57. Hari-Hari Penantian

9.7K 692 58
                                    

Siapa yang rindu pasutri halal kita yang satu ini? Cungggg angkat tangan!

3200+ kata untuk chapter ini.

Ohya, buat yang mau lihat visualisasi scene malam ini, bakal aku upload di Instagram @cutsyifuu besok dalam bentuk AU yaa 😍

Ohya, buat yang mau lihat visualisasi scene malam ini, bakal aku upload di Instagram @cutsyifuu besok dalam bentuk AU yaa 😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“Ey, Ibu!”

Seruan penuh semangat itu membuat Nika langsung menoleh dan seketika memberengut sebal karena telunjuk Yasfar menusuk pipi kanannya.

“Mas! Jail banget, sih!” sungut Nika sambil berdecak kencang. Kedua tangannya sedang memegang tanah dan salah satu bunga. Alhasil, ia mengusap pipi dengan punggung tangan.

Yasfar tertawa gemas. Bukan Yasfar namanya kalau tidak senang membuat Nika kesal. Berbanding terbalik dengan dulu, Nika yang dengan polosnya gampang memantik sumbu amarah Yasfar sampai berkali-kali disemprot dengan mulutnya.

“Pipinya makin chubby, enak banget dicolek-colek,” goda Yasfar yang pura-pura tak peduli dengan kesalnya Nika. “Dicubit-cubit gini juga enaaak!” lanjutnya sambil mencubit gemas kedua pipi Nika dengan kedua tangannya.

“Mas!” Nika yang tadinya duduk di sebuah kursi pendek, langsung beranjak dan memukul dada Yasfar hingga laki-laki itu meringis. “Orang lagi serius mupuk gini loh, digangguin mulu,” resahnya.

“Ampun, ampun!” balas Yasfar yang menyudahi gelak tawanya. “Habisnya Mas gemes lihat kamu serius gitu. Biasanya serius ngurusin desain atau kain, sekarang serius ngurusin tanaman, sampai Mas dikacangin loh.”

“Mas yang ngajak aku bertanam, Mas juga yang heran lihat aku antusias gini. Dari kemarin aku habis belajar cara merawat tanaman tau, terus tanya-tanya juga sama Kila. Ternyata seru juga ngurusin tanaman gini.”

Masih dengan mimik jengkel karena dijaili, Nika akhirnya menyerahkan bunga di tangannya pada Bu Jihan yang kebetulan lewat.

“Mas,” panggil Nika sembari mencari posisi agar bisa tepat berhadapan dengan suaminya. Satu detik setelah Yasfar merespons, dengan tawa jailnya Nika mengusap wajah Yasfar dengan kedua tangan yang keseluruhannya masih ada jejak tanah. “Suamiku sayaaang...,” godanya membalas kelakuan suaminya tadi.

Yasfar menutup mata sambil menahan napas meskipun pada akhirnya aroma tanah yang memenuhi wajahnya tetap tercium juga. Mencoba menahan kesal, menampilkan senyum paksaan, yang sialnya malah membuat Nika terbahak-bahak.

“Oh, sekarang pinter mengendalikan emosi ya, Mas? Kata aku mah, kalau mau marah ya marah aja,” ejek Nika di sela-sela tawanya. “Rasain, tuh. Sebel, kan?” Gelak tawanya makin kencang. Perutnya tergelitik sekali melihat si suami yang akhirnya membuka mata dan melotot.

“Takuuuut, ada monster!” jerit Nika penuh drama, langsung berbalik badan dan mencoba berlari sampai ngos-ngosan. Yasfar menyusulnya dengan santai, tetapi langkahnya panjang. Yasfar yakin, istrinya tidak bisa berlari lebih jauh.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang