37: Kabar Bahagia

10.5K 890 116
                                    

Haiii maafff lagi-lagi update kemalaman. Aku masih di tempat jauh dan ada urusan gitu, jadi waktu buat nulis agak berkurang 😆

Sudah 37 hari menemani kalian, apakah masih setia dan belum bosan?

Yang masih penasaran sama kelanjutan cerita ini tolong vote dan komen banyak-banyak yaaa, gapapa spam komen juga 🤩🥰💙 soalnya aku tambah semangat kalau komennya ramai 🥹👍

Makasih banyak yaaa <3

Makasih banyak yaaa <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Eh, Mas Yasfar.” Jihan berseru memanggil ketika anak dari majikannya baru saja menuruni anak tangga. Ia mendekati Yasfar sambil membawa sebuah kotak sebesar kotak sepatu baru yang terbalut kertas cokelat. “Ini ada paketan buat Mas Yasfar,” tutur Jihan menyerahkan kotak tersebut.

Yasfar mengernyit bingung. Tulisan untuk Yasfar Hadiatama terpampang jelas di bagian depan, tetapi tidak ada keterangan pengirimnya. “Dari siapa, nih, Bu?” tanya Yasfar sambil mengangkat satu alis.

“Ibu juga nggak tau, tadi udah ada di meja teras. Itu tulisannya buat Mas Yasfar,” jawab Jihan ramah.

Yasfar masih terheran-heran dengan paket itu. Ia membolak-balikkan kotaknya, tetap saja tidak ada petunjuk siapa pengirimnya.

“Oke, deh, biar aku bawa ke kamar aja.”

Jihan mengangguk paham dan mempersilakan Yasfar kembali naik, barulah ia kembali juga ke dapur. Sementara itu, Yasfar yang kini sudah di kamar, langsung meletakkan kotak itu di kasur. Yasfar penasaran ingin tahu apa isi dari paket yang tertuju untuknya itu.

“Apa itu, Yas?” tanya Nika yang sedang fokus memakai skincare pagi.

“Nggak tau juga. Katanya buat aku, tapi nggak ada nama pengirimnya.”

Nika beranjak dari depan cermin karena sudah selesai mengurus wajahnya. Ia merangkak naik ke kasur, mengambil posisi duduk di hadapan Yasfar yang mulai membuka kotak di hadapannya.

Ternyata sekali dibuka saja tidak cukup, masih ada kotak kedua di dalamnya. Yasfar masih mencoba sabar membuka. Lagi-lagi ada kotak ketiga, keempat, dan....

“Argh! Kesel banget. Ini nge-prank apa gimana, sih?” Yasfar mendesis.

“Sabar, Yasfar. Barangkali emang barangnya kecil kali.”

“Ya, kalau gitu nggak usah pakai kotak berlapis-lapis gini, dong. Bikin dongkol aja.”

Nika tersenyum tipis sambil mengusap lengan Yasfar. “Mau aku bantuin?”

“Nggak usah, nanti kamu ikut dongkol juga,” balas Yasfar masih kesal. Meskipun begitu, ia tetap membuka kotak menyebalkan itu. Tangannya mengangkat kotak—yang bisa jadi menjadi kotak terakhir—sambil mengembuskan napas kasar. “Ini kalau masih ada lapisan lagi dan ujung-ujungnya nggak ada isinya, aku kirim balik paketan bom.”

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang