30: Janji Bersama

10.5K 859 40
                                    

Halooo! Chapter ini adalah chapter terbaru yang belum di-publish sebelumnya, jadi pembaca lama pun belum baca bagian ini. So, selamat membaca dan selamat mengikuti perjalanan rumah tangga Yasfar dan Nika yaaa! <3

Makin banyak komennya, makin rajin updatenya. 🤩🫶

"Assalamualaikum, Papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum, Papa ...."

Laki-laki yang sudah berjongkok itu mulai menyentuh pusara yang bertuliskan nama Kathan Andiansyah-seorang kepala keluarga berusia 55 tahun yang pergi selamanya dan meninggalkan seorang istri juga putri semata wayangnya.

"Saya mohon izin untuk menjadi pendamping hidup anak Papa satu-satunya. Saya mengaguminya, saya menyukai kelembutan hatinya." Dia menghela napas. Matanya terangkat sedikit, melirik seorang perempuan di sebelahnya. Mereka bertemu tatap secara sendu, lalu si perempuan tersenyum tipis. Laki-laki itu kembali berbicara, "Saya akan menjaga Nika dengan baik. Saya akan mencintainya sepenuh hati. Saya janji nggak akan menyakitinya sedikit pun."

Mata si perempuan mulai berair, serupa dengan langit yang mulai menjatuhkan rintik-rintik air. Ia mengulas senyuman haru, dalam hati memegang erat ucapan laki-laki di sampingnya.

Perempuan itu berpikir, mungkin sudah waktunya hatinya yang kaku dan kosong itu diisi dengan perasaan baru. Ada setitik harapan setelah mendengar ucapan laki-laki itu.

Hujan mulai mengguyur. Mereka bangkit untuk berteduh. Laki-laki berjanggut tipis itu melepas jas hitamnya untuk diangkat ke atas kepala si perempuan. Dia ingin melindunginya, setidaknya dari hujan yang bisa membuat perempuan itu sakit.

"Makasih, ya, udah mau bicara sama Papa," ucap si perempuan terharu.

"Aku emang harus minta restu sama laki-laki pertama yang mencintai kamu, kan? Supaya aku bisa melanjutkan tugasnya-mencintai kamu."

Mendapat sebuah sentuhan, Nika langsung tersentak. Yasfar di sebelahnya menatap keheranan karena Nika melamun. Sesuatu yang ia pikirkan sejak awal memijakkan kaki di pemakaman sang papa, yaitu ingatan bahwa ia pernah juga ke sini bersama laki-laki lain. Laki-laki yang mengucapkan janji palsu. Sialnya, laki-laki itu sudah akrab sekali memanggil kedua orang tua Nika dengan sebutan mama dan papa. Ujung-ujungnya tidak jadi menikah.

Untung saja ingatan itu hanya lewat sepintas, datangnya pun setelah Nika selesai membaca doa untuk papanya. Nika agak kesal ketika harus tiba-tiba teringat masa lalu.

"Nggak capek?" tanya Yasfar lembut. Nika paling senang kalau Yasfar tenang begitu, tidak mencak-mencak.

Nika menggeleng pelan. "Nggak, Yas. Kenapa?"

Yasfar melirik Nika yang berjongkok dengan heels. Yasfar mengambil kantong plastik yang tadi mereka pakai untuk membawa bunga. Ia meletakkan plastik itu di bawah bokong Nika, lalu pelan-pelan menuntun Nika untuk duduk.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang