36: Kencan Halal

9.4K 845 109
                                    

Halooo. Nggak tengah malam lagi yaaa update-nya 😁✌️

Jangan lupaaa spam komen banyak-banyak yaaa, aku tungguin loh 😙💙🥰

Jangan lupaaa spam komen banyak-banyak yaaa, aku tungguin loh 😙💙🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Urusan Nika di dapur akhirnya selesai pada jam sembilan malam. Kurang lebih setengah jam ia di sana, membuat minuman dan camilan berupa roti bakar pesanan Yasfar. Tumben-tumbenan Yasfar ingin mengunyah malam-malam.

Nika tidak hanya menyiapkan makanan ringan dan minuman itu untuk Yasfar, tetapi juga untuk papa dan mama mertuanya yang masih menikmati tontonan di ruang tengah.

“Ya, ampun, Nika. Repot-repot banget, deh.” Jenitha berujar sungkan ketika menantu satu-satunya itu membawa minuman hangat dan roti bakar. “Padahal Papa sama Mama bentar lagi udahan nontonnya.”

Sambil tersenyum ramah, Nika meletakkan bawaannya ke meja. “Nggak apa-apa, Ma. Nika lihat di sini kentang gorengnya udah habis,” jawabnya sopan. “Tenang aja, Ma. Ini selainya nggak banyak kok, nggak terlalu manis.”

“Wah, emang boleh sepengertian itu, Nika?” puji Gauri sepenuh hati. Sejak awal bertemu, Nika memang sudah berhasil mencuri hati kedua mertuanya, sudah mendapat kesan yang sangat baik. “Lumayan, daripada ngisi pakai mi instan,” lanjutnya bergurau.

“Itu mah, emang dasar Papa aja yang bandel,” cibir Jenitha sambil mendengkus, disambut gelak tawa Gauri yang sekarang menikmati roti bakar buatan Nika.

Tatapan Jenitha kembali pada menantunya. “Nika, gimana kabar mama kamu? Kemarin habis kangen-kangenan, ya? Ih, Mama jadi pengin nyambangi juga.”

“Mama baik-baik aja kok, Ma. Sebenarnya, Mama juga pengin banget ke sini, tapi kerjaannya masih numpuk, belum bisa ditinggalin.”

“Hebat banget mama kamu itu, Sayang. Jatuh bangun menghadapi banyak masalah, demi kamu dan demi hidup kalian.” Jenitha menghela napas. Ada sesuatu yang membuatnya kepikiran. “Sayang, mama kamu nggak berniat menikah lagi?” tanya Jenitha berhati-hati.

“Belum tau, Ma. Tapi, sepertinya Mama nggak mau menikah lagi.” Nika menggigit bibir bawahnya, merasa ragu, tetapi kemudian lanjut bicara, “Nika pernah tanya, kenapa Mama nggak mau menikah lagi. Mama bilang, Mama nggak mau merasa bersalah karena duain Papa. Nika udah coba buat kasih pengertian ke Mama, tapi sepertinya Mama benar-benar nggak bisa jatuh cinta sama laki-laki lain, Ma.”

Gauri yang tadinya begitu santai mengunyah, mendadak bergeming karena terenyuh mendengar cerita Nika. Begitu juga dengan Jenitha yang sekarang mengusap kepala Nika yang tertutupi jilbab.

“Kamu beruntung banget punya Mama hebat seperti itu, Sayang. Berjuang sendirian itu nggak mudah, tapi mama kamu berhasil melakukannya.” Tangannya kini beralih mengusap tangan Nika. “Mama juga pernah tanya, apa harapan terbesar yang mama kamu inginkan. Dia bilang, mau lihat Nika punya pendamping, supaya nggak selalu ikut dalam masalahnya, supaya Nika nggak merasakan hidup yang susah.”

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang