Chapter ini isinya haha-hihi aja sih sepertinya, sebagai selingan sebelum menuju konflik 😆
Komennya kendoorr banget nih astaga pada ke mana warga-warga? wkwkwk jangan pergi duluuuu, ceritanya belum kelar loh 😂
***Wejangan dan omongan mama mertua terus bercokol dalam pikiran Nika yang lantas bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Memangnya benar kalau dia sangat cuek dengan Yasfar? Seingatnya, ia sudah berusaha untuk memposisikan diri sebagai istri yang baik. Bahkan, di saat Yasfar selalu emosi dengannya tanpa alasan jelas, Nika mencoba untuk memaklumi. Perhatian seperti apa yang Yasfar inginkan, ya? Karena sejujurnya, Nika tidak pernah memberikan banyak perhatian untuk laki-laki selain papanya. Mungkin pernah, tapi ... Nika tidak menyadarinya-atau, melakukan itu tanpa niat sebelumnya, tanpa rencana, dan naluri alami yang membuatnya melakukan itu, juga entah untuk siapa, yang jelas Nika tidak ingat sama sekali.
Semestinya Nika bisa memberikan perhatian pada suaminya, ya ... seperti yang dia berikan untuk papanya. Mereka sama-sama laki-laki, kan? Seperti biasa, pikiran Nika susah menjangkau segala hal yang sebenarnya terlihat mudah. Dari kemarin, Nika sibuk memikirkan omongan mama mertuanya. Benar-benar sibuk, sampai tidak berkomunikasi dengan Yasfar, kecuali saat Nika memberikan tawaran pijatan. Yasfar pun juga sibuk dengan hal lain. Kalau Yasfar, jelas karena masih dongkol dengan Nika, makanya malas mengeluarkan suara. Sementara Nika, justru merasa otaknya penuh untuk mencari jenis perhatian yang dapat ia berikan untuk Yasfar.
Pagi ini, Nika berdiri di samping jendela kamar, menyaksikan rintik hujan yang mulai turun setengah jam lalu. Nika sengaja menunggu Yasfar yang sedang mandi. Tadi, mereka tidak ibadah berjemaah. Yasfar bangun duluan, sementara Nika bangun agak telat saking kelelahan berpikir malam-malam tadi.
Suasana sejuk yang mendominasi sangat mendukung pikiran Nika untuk berkelana, lalu melamun tanpa arah. Padahal berniat menunggu Yasfar, tetapi malah tidak sadar saat Yasfar sudah keluar dari kamar mandi. Agak heran melihat istrinya, Yasfar mulai menyimpulkan sesuatu—seperti pikirannya kemarin-kemarin—bahwa Nika kerap kali melamun semenjak bertemu dengan Faris di momen liburan mereka. Yasfar mendengkus dan memilih duduk di pinggir kasur sambil memainkan ponsel, sementara tubuhnya yang bertelanjang dada itu dibiarkan begitu saja.
Lamunan Nika pun buyar seketika saat kilat panjang melintang di langit. "Astagfirullah," gumamnya terkejut dan langsung menutup tirai jendela. Memutar badan, lantas tersenyum lebar melihat Yasfar sudah duduk di pinggir kasur.
"Yasfar!" Nika berseru semangat. Tubuh mungilnya yang terbalut home dress selutut itu langsung meloncat ke kasur dan memegang kedua pundak Yasfar yang masih lembab.
Yasfar terkejut dan spontan menoleh ke belakang dengan dengkusan tajam. "Nika! Ngapain, sih? Doyan banget bikin kaget."
Mulut Nika tertutup rapat, terkejut juga dengan respons Yasfar. Sebelum akhirnya sadar kalau memang dirinya yang terlalu tiba-tiba. Sudah tau suami emosian, malah senang memancing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓
Romance✨ Cerita terpilih untuk Reading List @RomansaIndonesia [ Bittersweet of Marriage - Mei 2023 ] Demi menghindari rasa malu karena gagal menikah dan demi mendapatkan model untuk ide pembuatan desain pakaian laki-laki, Kathanika Syifa memilih Yasfa...