17: Perjalanan Hadiatama

13.6K 1.2K 167
                                    

Halooo! Yasfar dan Nika update lagi!

Makasih buat yg udah nungguin cerita ini terus. Sehat-sehat yaa kalian🥰

 Sehat-sehat yaa kalian🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Perjalanan menuju pelabuhan untuk menyeberang ke Gili Trawangan memakan waktu kurang lebih satu jam dari hotel yang sebelumnya ditempati. Keluarga besar Hadiatama memutuskan menggunakan speed boat yang dapat memuat 4-7 orang satu unitnya. Seperti biasa, para orang tua akan bersama-sama, kecuali Jenitha dan Fariska yang memilih satu kapal dengan anak dan mantunya.

Mereka semua sudah menempati speed boat masing-masing. Berlayar bersama-sama di atas hamparan laut biru yang bergelombang tenang. Banyak senyum yang tercipta ketika memandang ke seluruh penjuru dengan mata berbinar-binar sebab pemandangannya sangat indah. Bukit-bukit rendah berwarna hijau. Pulau kecil serupa dengan tujuan mereka dengan nama yang berbeda. Mereka menikmati keindahan di bawah langit biru yang cerah. Angin lembut membelai wajah dan seluruh tubuh, membuat helai rambut melambai-lambai senang. Membuat rongga dada terasa lega karena menghirup udara segar di jam delapan pagi.

Yasfar dan Nika menempati sisi kapal paling belakang. Sebenarnya, itu adalah ide Nika yang memang ingin menikmati percikan-percikan air laut. Sebab kalau duduk lebih depan, tentu saja kedua sisi speed boat tertutup, jadi Nika memilih tempat paling belakang. Sementara Yasfar yang mendengar kabar kalau mereka akan sampai kurang dari lima belas menit, ia berpikir akan memanfaatkan waktu untuk mengganggu istrinya, jadi ia ikuti ke mana Nika pergi.

Nika menatap senang pemandangan melalui posisinya, wajahnya benar-benar terkena percikan air. Memang itu yang diinginkan. Senyumnya mengembang seiras dengan mata yang berbinar-binar. Kali ini, Nika mengenakan celana kulot polos dan manset longgar yang dibalut dengan kardigan satin bermotif pohon kelapa, khas baju pantai. Jilbabnya simple saja, lalu ditambah dengan topi pantai yang dibelikan Yasfar kemarin malam setelah pulang dinner bersama. Sementara kacamata yang sudah disiapkan, malah direbut paksa oleh Yasfar dan digunakan sendiri.

“Baaa!” seru Yasfar sambil memegang kedua pundak Nika dan mendorong pelan tubuh mungil itu ke arah bawah.

Spontan Nika menjerit kaget dan mencengkeram lengan Yasfar. “Yasfar!” pekiknya geram. “Jangan mulai, deh.”

Yasfar terbahak-bahak, terlebih melihat raut kaget bercampur kesal di wajah Nika. “Lagian, serius amat lihatin air. Suami ganteng di sebelah malah dicuekin,” katanya menggoda.

Nika tertawa hambar. “Sayangnya, air laut lebih enak buat dipandang daripada muka kamu.”

Seketika wajah Yasfar tertekuk. Ia angkat kacamatanya agar bertengger di kepala, makin kelihatan wajah kesalnya. Ia berbisik geram, “Inget, dong, kita lagi membangun chemistry. Romantis dikit gitu sama suami.”

“Susah tau,” balas Nika ikut berbisik. “Kamu jail, sih. Coba sikapnya, tuh, manis dan kalem dikit, gitu.”

“Maksudnya gini?” tanya Yasfar sambil memeluk Nika dari belakang. Kemudian, ia terkikik menyadari respons tubuh Nika yang seketika kaku dan terasa menahan napas. “Santai aja, dong. Kita bahkan udah ciuman,” bisiknya lagi dengan nada tengil.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang