Karena ini adalah chapter terakhir, mohon bantuannya buat kasih komentar terakhir di cerita ini ya teman-teman readers semua ☺️❤️
Terima kasih dan selamat membaca :)
Pukul 15.10 waktu setempat. Nika, Yasfar dan Fariska sudah berangkat menuju rumah bersalin dengan kesepakatan untuk mengambil tindakan induksi. Sementara Jenitha dan Gauri menyusul di belakang mereka.
Sepanjang perjalanan, Nika tak habis-habisnya memejamkan mata sembari merapalkan banyak doa dalam hati. Kedua tangannya menyatu erat di atas paha yang kemudian menghasilkan keringat dingin. Hingga detik di mana mobil mulai masuk ke wilayah parkiran, Nika masih berharap perutnya bisa memunculkan reaksi alami. Namun, benar-benar hanya kegelisahan yang ia dapatkan.
Pada akhirnya, tindakan induksi memang jalan yang mereka ambil. Nika mengikuti semua instruksi dari perawat dan dokter. Melakukan pemeriksaan awal sebelum menuju tahap pentingnya.
Pakaiannya sudah berganti dengan pakaian pasien berwarna biru muda. Ia juga sudah diminta untuk berbaring di atas kasur dalam ruang rawat.
Tidak dapat dihindari, debar jantung Nika berpacu cepat. Diminta untuk tenang, Nika malah tambah deg-degan. Seorang perawat sudah kembali ke ruangan Nika dengan membawa sesuatu yang tidak dapat Nika tebak.
"Duduk dulu ya, Bu Nika."
Nika menurut. Dengan bantuan genggaman tangan Yasfar, ia mengubah posisi menjadi duduk. Mata sendu itu menatap si perawat-yang sedang menyiapkan sesuatu-dengan gusar.
"Buka mulutnya, Bu. Lidahnya dilipat ke atas ya," tutur si perawat sambil menyodorkan satu buah pil di hadapan Nika. Lagi, Nika hanya menurut tanpa bersuara, rasa penasaran bercampur gelisah menyelimutinya. Pil itu berhasil dimasukkan ke mulut Nika, tepatnya di bagian bawah lidahnya. "Dipertahankan di situ ya, Bu. Pilnya nggak perlu dikunyah, nanti bakal hancur dan larut sendiri di mulut. Jangan diberi minum dulu, ya."
Nika memejamkan mata seraya menutup mulut. Ia mulai merasakan rasa asing yang menyentuh gusi dan menyebar ke seluruh bagian mulutnya. Benar memang, perlahan pil itu seperti larut dengan sendirinya.
Si perawat pamit keluar ruangan, akan kembali lagi beberapa waktu ke depan katanya.
"Yas, sambil nunggu reaksinya, ajak Nika jalan-jalan pelan di depan ruangan," ucap Jenitha sambil melirik ke luar. "Suasananya lagi bagus, di luar juga adem, banyak tanaman sama burung. Nika bisa rileks."
"Iya, Ma." Selanjutnya, Yasfar kembali menggenggam tangan Nika dan mengelus-elus punggung tangan itu dengan penuh kasih.
Tidak bicara apa-apa, Yasfar memilih untuk mengamati Nika yang juga fokus pada sesuatu di mulutnya. Menatap pada Nika yang agak pucat, hati Yasfar begitu terenyuh. Istrinya sedang berjuang, istrinya sedang menanti proses yang istimewa dalam hidupnya, istrinya sedang berusaha memberi tambahan bahagia dalam rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓
Romance✨ Cerita terpilih untuk Reading List @RomansaIndonesia [ Bittersweet of Marriage - Mei 2023 ] Demi menghindari rasa malu karena gagal menikah dan demi mendapatkan model untuk ide pembuatan desain pakaian laki-laki, Kathanika Syifa memilih Yasfa...