53 • Temu Rindu

10.7K 845 136
                                    

Halooo, ceritanya lanjut nihhh!

Jangan lupa vote dan komen yah agar cerita ini bisa tetap lanjut dan segera tamat 😍🥰♥️

Annisa—salah satu karyawan Katsyif Boutique—menghampiri Nika yang sedang berkutat di depan laptop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annisa—salah satu karyawan Katsyif Boutique—menghampiri Nika yang sedang berkutat di depan laptop.

“Mbak Nika, minggu depan kita mulai restock Shaliha long cardigan, kan? Aku mau hubungi Tania lagi buat cek ulang stok lama. Biar Kila juga nggak kebingungan buat nyalin datanya.”

Nika mengedip dengan keadaan mata yang berat. Dia mengantuk, padahal masih jam sembilan pagi. “Shaliha long cardigan?” sahutnya sambil berpikir. “Bukannya bulan depan, ya?”

“Kalau itu Garville cardi, Mbak,” balas Annisa memberitahu.

“Oh...” Nika manggut-manggut, lalu mengucek-ucek mata. Ibu hamil itu makin mengantuk saja, sudah berkali-kali menguap. “Aku agak bingung mau ingat jadwal buat up produk kita. Maaf banget, ya.”

“Mbak istirahat aja gih, ngantuk banget kayaknya,” balas Annisa memaklumi.

Nika menguap sekali lagi sebelum membalas, “Iya loh, Nis. Aku tuh ngantukan banget sejak hamil. Kalau lagi nggak ada kerjaan di rumah, pasti bawaannya pengin tidur mulu. Makanya mending aku ke butik biar ada aktivitas.”

“Emangnya Mbak nggak ada aktivitas di rumah?”

“Ada sih, beberapa yang aku kerjakan. Mas Yasfar kan suka tanaman tuh, nah kadang aku bertanam juga sama Kila, ngurusin tanamannya Mas Yasfar. Kalau lagi gabut banget, aku masak-masak iseng, dimakan bareng mama mertua gitu. Cuma, seringnya ngantuk ini yang nyerang duluan, jadi aku keburu K.O. sebelum beraktivitas.”

“Wajar aja sih, Mbak. Ini juga si Tania bilang, dia tidur mulu.”

Nika mengangguk dan tersenyum. “Tapi, ya ... ada satu lagi yang aku kerjakan, berat banget rasanya,” ucapnya amat lirih, mukanya juga berubah sedih.

Annisa menatap iba. “Apa tuh, Mbak?”

“Kangenin suamiku. Capek banget LDM-an. Berat banget rasanya,” jawab Nika masih dengan suara pelan dan lemah.

Mendengar itu, Annisa sampai menutup mulut dengan satu tangan karena tidak mau tawanya menyembur dan merusak suasana sendu atasannya.

“Bucin banget, Ibu Nika,” goda Annisa akhirnya. “Lucu loh, kalau ingat yang dulu, Mbak cuek dingin gitu sama Mas Yasfar. Sekarang udah luluh ya hatinya, Mbak? Suami Mbak itu manis banget pasti ya, sampai pertahanan Mbak akhirnya runtuh?”

Wajah Nika yang memerah langsung ditutupi dengan kedua tangan. Malu sekali rasanya. Ada benarnya juga. Nika pun kadang merasa lucu dan merasa bersalah sekaligus kalau mengingat masa awal-awal menikah—atau sampai pada pengungkapan kebenaran di balik pernikahannya. Nyaris saja amarahnya berubah menjadi benci—pada suami sendiri. Sekarang, Nika sadar bahwa segala hal yang terjadi dalam rumah tangganya bukan semata-mata karena kesalahan, tetapi justru ujian untuk makin memperbaiki kualitas hubungannya dengan Yasfar. Nika sadar bahwa sekarang ia sangat bergantung pada Yasfar hingga merasa berat jika harus berjauhan.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang