7: Kediaman Hadiatama yang ramai

13.8K 1.2K 73
                                    

Halo halooo. Benang Merah update kembali :))

Jangan lupa vote dan komennya yahh makasih semuanya ☺️✨🥰

Bunyi klakson mobil secara berturut-turut terdengar memasuki kediaman keluarga Gauri Hadiatama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunyi klakson mobil secara berturut-turut terdengar memasuki kediaman keluarga Gauri Hadiatama. Sesuai rencana yang sudah dibicarakan melalui grup keluarga, mereka datang setelah salat Ashar.

Yasfar dan Nika turun tangga bersama. Yasfar menggeleng-geleng mendengar klakson yang terus berbunyi, tahu betul kalau para sepupunya memang suka jail begitu.

Nika pun tertawa kecil. “Sepupu kamu emang pada seru, ya.”

Yasfar berdecak. “Paling seneng bikin ribut.”

Nika pun masih terus tertawa hingga mereka sampai di teras rumah. Sudah ada Gauri dan Jenitha juga di sana yang siap menyambut. Rombongan keluarga Hadiatama sudah memarkirkan kendaraan dan melangkah bersama-sama.

Sebagai saudara tertua, Kinanti Putri Hadiatama—kakak Gauri—bersama suaminya bernama Galih Biasfarisky, berada di barisan pertama rombongan. Mereka yang pertama disambut oleh Gauri sekeluarga. Saling menyapa, mengucap salam, berpelukan, cipika-cipiki untuk para perempuan. Di sambung dengan Arawindy Putri Hadiatama—anak bungsu, alias adik Gauri—yang hanya datang bersama anak-anaknya, tidak bersama sang suami sebab sedang dinas di luar kota. Dilanjutkan dengan para sepupu Yasfar yang luar biasa hebohnya kalau sudah bertemu. Seorang Bara yang hari itu bersikap ketus, tampaknya lebih bersahabat hari ini. Ia datang dengan senyuman hangat dan sapaan ramah. Lalu, ada dua anak kecil yang merupakan cucu Arawindy dari anak pertamanya yang bernama Karos—dia adalah kakak dari Bara dan Dipta. Karos membawa serta dua anaknya dan istrinya bernama Jingga.

“Hai, Nikaaa!” seru Renata saat gilirannya bersalaman dengan Nika, perangainya amat riang dan ramah.

“Hai juga, Ren,” balas Nika dengan sikap yang sama.

“Eh, sorry, aku nggak pakai produk kamu hari ini,” ucapnya dengan pupil mata mengecil. “Aku, kan, punya tiga dress dari produk kamu. Nah, tiga-tiganya aku bawa ke laundry soalnya udah aku pakai dua-tiga hari yang lalu. Mau aku pakai hari ini, tapi kayaknya belum selesai, deh.”

“Ya, ampun, nggak apa-apa kali, Ren. Kan, nggak harus selalu pakai produk aku juga.” Nika tersenyum malu, cukup tersanjung dengan Renata yang selalu bersemangat membahas tentang produknya.

“Maksudnya, kan, aku jadi bisa pamer langsung ke designer-nya gitu. Hahaha,” gurau Renata, kemudian menatap sinis ke arah Yasfar yang terlihat jenuh melihat interaksi mereka. “Apa lo, lihat-lihat? Ini urusan cewek, lo nggak usah ikut-ikutan.”

Nika melirik suaminya, lalu tertawa kecil.

Yasfar menggeleng-geleng malas. “Siapa juga yang mau ikut-ikutan. Masuk sana, lo. Bikin antrian jadi mogok aja. Masih ada yang belum sapa-sapaan sama Nika, noh.”

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang