15: Dua Bentuk Penyatuan

17.2K 1.4K 159
                                    

Haiii! Yasfar dan Nika update kembaliii!


Makasih buat semuanya yang udah selalu mampir dan meninggalkan jejak berupa vote dan komen :))

Chapter ini bertebar banyak cinta—mungkin🥰✨ jadi tolong kasih apresiasi buat pasutri kita yang mulai ada kemajuan yahh weheheh :)))

Chapter ini bertebar banyak cinta—mungkin🥰✨ jadi tolong kasih apresiasi buat pasutri kita yang mulai ada kemajuan yahh weheheh :)))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💫

Sekarang, Nika sudah paham kebiasaan Yasfar kalau berkunjung ke suatu tempat dan bertemu kamar, pasti akan langsung merebahkan badannya, lalu tidur enak tanpa berpikir apa-apa lagi. Namun, kali ini, Nika tidak akan membiarkan Yasfar langsung tidur. Kali ini, Nika harus berani mengungkapkan keinginannya.

Lagi pula, sudah mau sore. Kalau Nika, benar-benar pantang untuk tidur kalau hari sudah sore, atau sore menjelang malam. Itu akan membuat badannya pegal-pegal dan kepala menjadi pusing.

Nika duduk di depan cermin, membuka jilbabnya dan merapikan ulang rambutnya dalam satu ikatan. Meskipun fokus menata rambut dan menyimpan jilbabnya, mata Nika memantau tajam ke arah Yasfar yang baru saja keluar dari kamar mandi. Nika akan bersiap-siap menghalangi Yasfar saat mendekati kasur.

Yasfar mulai mendekat, tetapi mata dan jari-jarinya fokus pada layar ponsel. Nika melotot saat sudah hampir dekat, ia langsung beranjak dari kursi dan berlari hingga sampai di depan Yasfar. Kaki belakang Nika amat dempet dengan kasur, sementara Yasfar yang tidak tahu ada Nika di depannya langsung mendorong tubuhnya sendiri.

"Stooop!" pekik Nika. Namun, terlambat! Sebab tubuhnya sekarang sudah terempas ke kasur bersama Yasfar di atasnya.

Yasfar melotot kaget, ponselnya terlempar dan refleks kedua tangannya menahan bobot badannya agar tidak benar-benar menindih tubuh Nika. "Nika! Lo ngapain, sih?" pekiknya sampai tidak sadar mengubah panggilan.

Sementara Nika, ia memejamkan mata rapat-rapat, sangat syok. Ditambah lagi suara galak Yasfar itu membuatnya makin menciut. "J-jangan tidur dulu," balas Nika dengan suara tertahan, nyaris tidak terdengar.

Yasfar menganga heran. "Maksud lo apa, sih? Kenapa jangan tidur?"

Nika masih belum minat membuka mata. Kedua tangannya pun masih menyilang di depan dada. "A-aku ada perlu sesuatu, kamu jangan tidur dulu."

"Astaga, Nika!" Yasfar geram. "Lo bisa langsung ngomong tanpa perlu begini! Banyak tingkah banget, sih!"

"Ngomongnya ...," lirih Nika, bermaksud memperingati.

Yasfar menyerngit sebelum akhirnya sadar kalau sudah kebablasan bicara seperti awal-awal. Ia menelan ludah dan berusaha menetralkan emosinya. Namun, bukannya tenang, malah kini jantungnya berdetak kencang sebab Nika sudah membuka mata dan pandangan mereka bertemu. Yasfar merasa tenggelam ke telaga bening dalam mata indah Nika yang teduh dan damai.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang