Siapkan hati dan jangan lupa pegangan yaaaa. Soalnya chapter ini sepertinya ‘agak tegang’ wkwkkw.
Meskipun tegang dan mungkin bikin dongkol hati, harap jangan lupa berkomentar lebih banyak lagi yaaaa 😆🫶💙 Makasih semuanyaaa ~
Sejak mengetahui kehamilan sang istri, Yasfar jadi punya rutinitas yang dilakukan di pagi hari setelah bebersih diri dan di malam hari sebelum tidur, yaitu menyapa dan berbincang ringan dengan calon bayinya. Meskipun paham bahwa usianya masih sangat muda, belum bisa mendengar suara dari luar dinding rumahnya di dalam perut sang ibu, tetapi Yasfar tetap melakukan rutinitas itu. Rasanya menyenangkan setiap kali berbaring di paha Nika dan mengetuk-ngetuk perutnya yang belum kelihatan buncit.
Pagi ini, Yasfar belum menyapa sang jabang bayi. Laki-laki itu terlihat sibuk dengan ponselnya, membuat Nika terheran-heran. Biasanya, ketika Nika sudah selesai melepas mukena dan duduk di pinggir kasur, Yasfar pasti langsung mendekatinya.
“Hari ini aku pemotretan buat produk Koh Aheng yang baru,” ucap Yasfar yang kini menatap cermin untuk merapikan rambutnya, tidak menatap Nika yang sedang diajak bicara. “Aku pulang malam kayaknya,” lanjutnya.
Tadi, Nika mulai jengkel karena Yasfar melupakan salah satu rutinitasnya menyapa si bayi dalam perut. Sekarang, Nika pun masih bergeming karena tambah kesal mendengar nada bicara Yasfar yang terkesan dingin.
Yasfar sudah membalik badan, berhadapan dengan Nika yang menekuk wajah. “Aku berangkat.”
Nika mengernyit bingung. Yasfar bahkan tidak menyerahkan tangannya untuk disalami seperti biasa. Laki-laki itu melangkah menuju pintu dan siap keluar.
“Yasfar,” panggil Nika agak menggertak.
Yastar urung melangkah, kini sudah berbalik badan lagi. Kedua alisnya pun nyaris menyatu karena menyadari kekesalan terpatri di wajah istrinya. “Kenapa, Sayang?” tanyanya dengan lembut—berbeda dengan nada bicara sebelumnya.
“Aku mau ikut,” jawab Nika ketus.
“Ikut? Ikut aku pemotretan?”
“Iya.”
“Katanya mau istirahat dulu karena lagi lemes? Kamu di rumah aja, ya.”
Nika menggeleng cepat, menolak keras. Memang benar tadinya ia berniat untuk istirahat, sudah izin pula untuk tidak datang ke butik. Kepalanya agak berat, sebelum mandi juga sempat mual dan muntah, perutnya seperti diremas-remas. Namun, melihat sikap Yasfar yang berbeda dari biasanya, Nika jadi kepikiran. Melihat suaminya yang terkesan dingin dan cuek itu rasanya lebih mengilukan daripada sakit-sakit yang tubuh Nika rasakan.
“Yakin mau ikut? Tapi, nanti langsung bilang aku, ya, kalau kamu mulai ngerasa nggak enak badan lagi.” Nika hanya menjawab dengan anggukan. “Ya, udah. Kamu siap-siap aja, aku tunggu di bawah, ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓
Roman d'amour✨ Cerita terpilih untuk Reading List @RomansaIndonesia [ Bittersweet of Marriage - Mei 2023 ] Demi menghindari rasa malu karena gagal menikah dan demi mendapatkan model untuk ide pembuatan desain pakaian laki-laki, Kathanika Syifa memilih Yasfa...