19: Amarah Nika

13.8K 1.1K 76
                                    

Haii! Yasfar dan Nika update kembalii🤩

Jangan lupa vote dan komen banyak-banyak 🥰

Jangan lupa vote dan komen banyak-banyak 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💫

Ketika Nika kembali ke kamar, Yasfar terlihat baru membuka matanya. Yasfar menyapa dengan kesadaran yang masih minim, lalu Nika balik menyapa sekenanya. Di saat Nika sudah lelah berada di luar, Yasfar malah baru mau keluar dan mengajak Nika, tetapi dengan berhati-hati Nika menolak dengan alasan mengantuk. Alhasil, Yasfar keluar sendirian dan meninggalkan Nika yang ia pikir akan tidur. Namun, kenyataannya, hingga hampir tengah malam, Nika tidak juga tidur, pun Yasfar juga belum kembali ke kamar.

Nika sibuk mencoret-coret di buku gambar. Berkali-kali ia coba membuat desain, tetapi selalu kurang cocok dengan keinginannya. Alhasil, Nika terus saja merobek dan mengepalkan kertas-kertasnya, lalu dibuang ke tempat sampah. Padahal, biasanya Nika akan menggunakan penghapus untuk memperbaiki gambarannya yang salah atau tidak sesuai keinginan. Namun, kali ini rasanya Nika butuh melampiaskan kekesalannya. Sampai akhirnya, gerak tangannya sudah tidak sinkron dengan pikiran yang acakadut. Nika menekan kuat-kuat pensil di atas buku gambarnya sambil mengatupkan bibir, sampai wajahnya tertekuk begitu dalam, ditekan terus menerus sampai isi pensilnya itu patah.

“Aaargh!” erangnya sambil mengempaskan semua peralatan bergambar miliknya yang berada di atas meja.

Napas Nika tersengal-sengal. Matanya terpejam kuat. Mulutnya mengeluarkan isakan. Nika seperti menangis dalam hati, tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Kecewa bercampur amarah. Emosinya berkecamuk setelah terlihat baik-baik saja di hadapan calon suaminya yang gagal.

“Kenalin, Nik. Ini Faris, orang yang waktu itu gue ceritain.”

Saat itu, Deyana mengajak serta Nika untuk menikmati makan malam dengan calon tunangannya dan adiknya. Nika yang rasanya sudah tidak bisa menapak di tanah, harus berusaha untuk tenang, mengikuti keinginan Deyana seakan tidak ada beban. Laki-laki yang sempat membuat Nika jengkel karena secara mendadak membatalkan pernikahan itu hanya diam dan menatap dengan kecemasan.

Nika tidak lagi bisa menikmati apa pun. Makanan, minuman, suasana malam, deburan ombak, angin sepoi-sepoi. Semuanya sudah terasa hambar.

Faris mengulurkan tangannya sambil tersenyum tipis. “Faris,” katanya memperkenalkan diri.

Kalau boleh jujur, mendengar suara itu saja rasanya Nika muak. Sialan. Bisa-bisanya ia sempat terpesona dengan suara itu saat pendekatan dulu. Suara yang pernah menyatakan sebuah kalimat bulshit untuk meyakinkan Nika agar mau menikah dengannya.

Nika berusaha untuk tersenyum. Ia mengulurkan tangannya juga, tetapi tidak sudi menyentuh kulit tangan Faris barang sedikit saja. “Nika,” balasnya sambil membelokkan tangan, berlalu seperti angin. Untungnya, Deyana tidak menyadari itu.

“Kalau boleh tau, kalian kenal di mana?” tanya Nika di sela-sela mengunyah kentang goreng yang benar-benar terasa hambar, bahkan saus pedas pun seakan berubah seperti rasa kecap.

Benang Merah [Completed & Segera Terbit] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang