4. Penolakan yang menyakitkan

1.9K 175 23
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatu

Hai semuanya 😍 bagaimana kabarnya hari ini? Bismillah Bunnes mau update cerita TSC yaaa 😆 Bunnes belum bisa memberikan target karena kesibukan yang sulit untuk di atur waktunya 🙂 tapi Bunnes akan berusaha tetap
update cerita ini 😉 kawal sampai ending yuk 🥰



༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

Di ruang tamu ndalem, Ziya tengah asyik memainkan ponselnya tanpa menghiraukan percakapan antara papahnya, Kyai Abdullah dan juga ustadz Arsyad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruang tamu ndalem, Ziya tengah asyik memainkan ponselnya tanpa menghiraukan percakapan antara papahnya, Kyai Abdullah dan juga ustadz Arsyad.

"Jadi bagaimana Yai? Apakah Ziya bisa masuk ke pondok pesantren ini?" Tanya Alex, memasukkan Ziya ke pesantren Annajah adalah keinginan terbesar nya.

Ziya yang tadinya asyik mengotak-atik layar ponselnya, kini melihat ke arah papahnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Maksud papah apa?" Tanya Ziya dengan tatapan penuh selidik.

Alex menghiraukan pertanyaan dari putrinya, ia masih menunggu jawaban dari Kyai Abdullah agar putrinya bisa memasuki ponpes Annajah.

"Nak Alex yakin?" Tanya Kyai Abdullah, sebab melihat tingkah laku Ziya hampir mirip dengan menantunya yaitu Aurora sewaktu pertama kali memasuki ponpes Annajah.

"Yakin Yai, Alex mohon terima putri Alex untuk menjadi bagian dari pondok pesantren Annajah." Tutur Alex dengan mata memohon.

"Baiklah, Ziya diterima untuk masuk ke pondok pesantren Annajah." Ungkap Kyai Abdullah mampu membuat Alex mengucapkan syukur.

Ziya langsung bangkit dari tempat duduknya, ia masih bingung dengan keadaannya sekitarnya. Ia sangat butuh penjelasan dari papahnya dan berbicara empat mata.

"Ziya ingin bicara sama papah di luar," ujar Ziya langsung melenggang pergi.

Alex memijat pelipisnya, tingkah laku Ziya sangat membuatnya pusing tujuh keliling.
Dirinya pamit kepada Kyai Abdullah dan ustadz Arsyad, untuk berbicara dengan putrinya.

"Yai, tadz. Saya izin bicara sebentar dengan Ziya, assalamualaikum." Izin Alex.

"Enggeh, bicarakan terlebih dahulu kepada putri mu, nak. waalaikumsalam," balas Kyai Abdullah memahami dengan perasaan Alex.

Di teras rumah ndalem, Ziya tengah melihat lurus ke depan dengan tangan bersedekap di depan dadanya. Di halaman ponpes beberapa santri maupun santriwati tengah melintas, panas matahari yang menyengat kulit tidak membuat para santri maupun santriwati meninggalkan kegiatannya.

Takdir Sebuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang