49. Translate nya???

1.6K 141 24
                                    

Assalamualaikum semuanya 🤍

Gimana hari ini? Lancar? Semoga hari kalian selalu bahagia di setiap waktunya yaa 😍

Maafkan Bunnes yang telat update 😭 belum sampai lumutan kan? Hehehe 😭😭

Tinggalkan vote dan komentar yuk... terima kritik dan saran dari kalian 😘

Follow akun wattpad Bunnes yuk 😍biar ada notifikasi dari Bunnes 😘😘 jangan lupa untuk share ke teman-teman kalian 🤍🤍🤍



༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

Ziya menutup pintu lumayan kencang hingga menimbulkan suara yang sedikit keras, dirinya mengunci pintu tersebut berharap Azzam tidak bisa masuk ke kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ziya menutup pintu lumayan kencang hingga menimbulkan suara yang sedikit keras, dirinya mengunci pintu tersebut berharap Azzam tidak bisa masuk ke kamar. Tanpa berlama-lama, Ziya melepaskan hijab miliknya dan melemparkannya ke ranjang.

"Ngeselin banget sih tuh kodok, bisa-bisanya ke toko bunga gue nggak di beliin?" Gerutu Ziya dan duduk di sofa. Ia meraih remote AC, ruangan yang begitu dingin sangat cocok untuknya yang saat ini tengah di landa emosi.

"Gue tuh mampu beli bunga, jangankan satu buket bunga, toko-tokonya juga gue bisa beli kalau gue mau. Tapi kalau di kasih kan rasanya beda," Ziya melemparkan boneka buaya miliknya. Rasa kesal kepada Azzam masih belum reda juga.

Di tengah-tengah Ziya menggerutu kesal, suara ketukan pintu kamar membuat Ziya terdiam. Ia bisa menebak itu pasti Azzam yang ingin masuk ke dalam.

"Zi, bukain pintunya saya mau ngomong sebentar sama kamu." Ujar Azzam kembali mengetuk pintu, ia berharap istrinya berlapang dada mau membukakan pintu untuknya.

"Gue cape mau istirahat, kalau mau ngomong nanti aja!" Balas Ziya dengan ketus.

Dari luar Azzam hanya geleng-geleng kepala, ia bingung harus bagaimana lagi agar bisa bertemu dengan Ziya di dalam kamar.

"Bukain pintunya dulu, saya mau masuk." Pinta Azzam lagi.

"Lo denger nggak sih, gue tuh cape mending lo pergi sana!" Usir Ziya dan bangkit dari tempat duduknya dan menuju jendela kamarnya.

Azzam menghela nafasnya panjang, percuma saja dirinya membujuk Ziya di saat perempuan itu tengah merajuk kepadanya.

"Kalau udah tenang, saya akan temui kamu Zi." Ujar Azzam dan melenggang pergi dari depan pintu kamar.

"Terserah," balas Ziya dan tetap fokus melihat pemandangan ponpes.





-




Dari siang hari hingga menjelang sore, Azzam menyibukkan dirinya untuk mengajar para santri di kelas. Walaupun pikirannya tengah tertuju kepada istrinya, karena sejak tadi siang ia sama sekali tidak melihat Ziya berada di lingkungan pondok pesantren.

Takdir Sebuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang