40. Bidadari?

1.7K 166 24
                                    

Assalamualaikum semuanya 🤍

Gimana hari ini? Lancar? Semoga hari kalian selalu bahagia di setiap waktunya yaa 😍

Tinggalkan vote dan komentar yuk 😍 terima kritik dan saran dari kalian 😘

Follow akun wattpad Bunnes yuk 😍biar ada notifikasi dari Bunnes 😘😘 jangan lupa untuk share ke teman-teman kalian 🤍🤍🤍


༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

Aurora dan seorang dokter perempuan berjalan menyusuri lorong asrama, beberapa santri maupun santriwati yang melihat itu mengamati dokter yang di bawa Aurora

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurora dan seorang dokter perempuan berjalan menyusuri lorong asrama, beberapa santri maupun santriwati yang melihat itu mengamati dokter yang di bawa Aurora. Begitupun dengan Nayla dan juga Sarah, keduanya tampak bingung kenapa Aurora memanggil dokter malam-malam seperti ini.

Kini Aurora dan dokter tersebut sampai di depan kamar Azzam, kenop pintu di buka di barengi dengan ucapan salam dari Aurora dan dokter itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," balas Azzam dan langsung bangkit dari tempat duduknya. Genggaman tangannya dengan Ziya terlepas, membuat Ziya sedikit menggeliat.

"Dok, tolong periksa istri saya." Pinta Azzam dengan wajah penuh kekhwatiran.

Dokter itu mengangguk, ia segera menempelkan stetoskop miliknya di dada Ziya untuk memastikan denyut jantungnya.

Aurora melihat wajah putranya yang tampak begitu cemas, baru pertama kali ini dirinya melihat Azzam khawatir seperti itu.

Setelah memeriksa suhu tubuh Ziya, dokter tersebut kembali membereskan barang-barangnya dan menuliskan resep obat untuk Ziya.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, Ziya hanya demam biasa tetapi pesan saya dia harus di jaga suhu tubuhnya. Karena udara dingin seperti ini tidak baik untuknya, saya tuliskan resep obat nanti bisa di tebus ke apotek terdekat." Jelas dokter itu seraya menyerahkan resep obat tersebut kepada Azzam.

"Baik dok, terimakasih karena malam-malam sudah mau datang." Balas Azzam bernafas dengan lega.

"Kalau gitu saya pamit, assalamualaikum."

"Mari saya antar dok." Balas Aurora.

"Waalaikumussalam."

Sepeninggal dokter perempuan itu, Azzam kembali melihat ke arah Ziya. Ia mengusap puncak kepala istrinya dengan lembut, entah kenapa hatinya berdebar saat ia menyentuh Ziya. Sontak saja Azzam menarik tangannya kembali, dirinya menjauh beberapa langkah dari ranjang dan langsung melenggang pergi.

Takdir Sebuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang