36. Sayur lodeh

1.5K 149 18
                                    

Assalamualaikum semuanya 🤍

Gimana hari ini? Lancar? Semoga hari kalian selalu bahagia di setiap waktunya yaa 😍

Tinggalkan vote dan komentar yuk 😍 terima kritik dan saran dari kalian 😘

Follow akun wattpad Bunnes yuk 😍biar ada notifikasi dari Bunnes 😘😘 jangan lupa untuk share ke teman-teman kalian 🤍🤍🤍

༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Lepasin tangan lo," Ziya menatap tidak suka saat tangannya di genggam erat oleh Azzam.

Azzam genggaman tangannya, ia menatap datar ke arah Ziya. Berbeda dengan Ziya, istrinya itu memperlihatkan mimik wajah kesal seraya menunduk.

"Kenapa berantem?" Tanya Azzam dengan suara lirih.

Ziya hanya diam, dirinya duduk di teras rumah seraya memetik daun-daun di jari-jemarinya. Azzam yang melihat itu hanya menghela nafasnya panjang dan mengikuti Ziya, ia turut duduk di sebelah istrinya.

"Sebenernya Sindy tuh siapa? Kenapa penampilannya kayak gitu?" Tanya Ziya to the poin.

Azzam bingung harus menjawab apa, ia juga jarang sekali melihat Sindy berada di ponpes. Namun yang Azzam tahu, sikap dan penampilan Sindy sama persis dengan Ziya.

"Sindy santriwati di ponpes ini juga, dan masalah penampilan itu atas kemauan dia sendiri." Ujar Azzam apa adanya.

"Bukannya ada peraturan di ponpes ini? Dia bisa pake celana di ponpes, sedangkan gue nggak boleh." Gerutu Ziya memalingkan wajahnya dengan tatapan kesalnya.

"Kalau menantu cucu Kyai pakai celana, apa kata santriwati lainnya hm?" Tanya Azzam hingga membuat Ziya terkejut.

"Menantu?" Beo Ziya, ia baru menyadari jika dirinya saat ini adalah istri orang yang berada di sampingnya.

"Lebih baik kamu masuk ke ndalem, udah di tunggu sama bunda." Pinta Azzam dan bangkit dari tempat duduknya.

Ziya terdiam beberapa saat, ia turut bangkit dari tempat duduknya.

"Kapan pernikahan ini berakhir?" Tanya Ziya secara tiba-tiba membuat Azzam yang hendak masuk ke dalam rumah memberhentikan kakinya, ia menoleh ke belakang. Dilihatnya Ziya yang menunggu respon darinya, entah kenapa Azzam tidak suka jika Ziya mengatakan hal itu.

"Pernikahan itu bukan untuk main-main," jawab Azzam dan membalikkan tubuhnya kembali. "Wallahi, saya akan tetap jaga pernikahan ini sampai kapanpun Zi." Lirih Azzam yang hanya mampu di dengar olehnya.

Ziya berdecak sebal, dirinya sungguh tidak menyangka harus terjebak dalam masalah yang begitu rumit.





-




Takdir Sebuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang