55. Bagaikan kucing dan anjing

1.8K 141 29
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Gimana kabarnya guys 😍 ada yang nungguin TSC nggak sii😃

Ramadhan kali ini di temani oleh TSC yaa, sebelum ke ceritanya alangkah lebih baik jika kalian vote terlebih dahulu hehe 😁

Okay, langsung aja meluncur ke ceritanya 🤍🤍🤍

༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

"What? Gue di hukum?" Guman Laura menunjuk dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"What? Gue di hukum?" Guman Laura menunjuk dirinya sendiri. "Sebentar ustadzah, saya bukan santriwati di sini loh. Kok saya ke geret-geret?" Tanya Laura tidak terima.

Tangan ustadzah Anggun bersedekap di depan dadanya melihat ke arah Laura.
"Sampean ndak merasa membuat onar tadi? Walaupun bukan santriwati sekalipun kalau dia melakukan kesalahan wajib di hukum." Tegas ustadzah Anggun.

Laura hanya mampu bungkam, percuma saja ia membela diri karena ustadzah di hadapannya ini sangat keras kepala.

"Ikut saya ke lapangan." Pinta ustadzah Anggun dan segera pergi terlebih dahulu.

Laura segera bangkit dari tempat duduknya, ia memegang sarung nya agar tidak merosot ketika dirinya jalan. Sedangkan Sindy menyusul di belakangnya.

Sesampainya di tengah lapangan yang kosong, Laura menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sinar matahari masih memancar sempurna membuatnya menyipitkan matanya.

"Kalian berdiri di sini, sampai sore hari. Mungkin seketika satu jam lagi sudah memasuki waktu sore." Ujar ustadzah Anggun.

"Ustadzah tolong jangan sampai satu jam, saya ada kelas belum lagi antri mandi nya." Mohon Sindy dengan wajah melasnya.

"Itu urusan sampean." Balas ustadzah Anggun.

"Bisa berubah jadi pantat wajan nih gue," ujar Laura dalam hatinya.

Ustadzah Anggun melihat ke arah Laura, tumben sekali gadis itu tidak protes dengan ucapannya barusan.

"Kenapa sampean ndak protes?" Tanya ustadzah Anggun heran.

Laura menghela nafasnya kasar, ia melihat ke arah ustadzah di sampingnya dengan tatapan tajamnya. "Ustadzah sebenarnya maunya apa sih? Saya protes salah saya tidak protes juga salah. Orang-orang di sini tuh aneh-aneh ya."

"Lo ngatain gue aneh juga?" Tanya Sindy.

"Menurut lo?" Balas Laura.

"Sudah-sudah kenapa kalian ribut lagi, mau di tambahin hukumannya?" Keduanya terdiam dan saling mengalihkan pandangan. "Saya tinggal dulu, assalamualaikum."

Setelah mengatakan itu ustadzah Anggun segera bergegas pergi dari lapangan dan meninggalkan kedua gadis yang di hukumnya.

Keheningan di antara Laura dan Sindy membuat suasana menjadi menyeramkan, baik Sindy maupun Laura tidak ada yang berani memulai pembicaraan.

Takdir Sebuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang