5. Hatinya bukan untuk saya?

1.7K 181 32
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatu

Hai semuanya 😍 bagaimana kabarnya hari ini? Bismillah Bunnes mau update cerita TSC yaaa 😆 Bunnes belum bisa memberikan target karena kesibukan yang sulit untuk di atur waktunya 🙂 tapi Bunnes akan berusaha tetap
update cerita ini 😉 kawal sampai ending yuk 🥰


༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Samperin nggak ya?" Ziya berpikir dengan jari yang ada di dagunya. "Ck, ngapain juga gue samperin? Gara-gara tuh orang, gue harus nyapu!"

Ziya membuang sspu lidi tersebut ke sembarang arah, dirinya melangkahkan kakinya mendekati Azzam yang tengah duduk di kursi. Langkah nya terhenti tepat di hadapan Azzam, dengan tangan bersedekap di depan dadanya, Ziya melihat ke arah Azzam dengan tatapan mengejek.

"Kasihan, patah hati ya?" Ujar Ziya terkekeh ringan.

Azzam mendongakkan kepalanya, dirinya mengangkat alis tebalnya sebelah. Tak berapa lama ia bangkit dari tempat duduknya dan melihat ke arah Ziya. Gadis di hadapannya ini membuatnya darah tinggi setiap saat, kata-kata yang keluar dari mulut Ziya seperti sebuah pisau yang bisa menyakiti hati seseorang.

"Bukan urusan kamu."

Setelah mengatakan itu, Azzam melangkah pergi meninggalkan Ziya. Namun suara Ziya terdengar kembali.

"Kalau beneran suka atau cinta, perjuangin! Bukan malah menghindar dan putus asa!" Pekik Ziya mampu membuat Azzam menghentikan langkah kakinya.

"Percuma jika berjuang kalau hatinya memang bukan untuk saya," balas Azzam kembali melanjutkan langkahnya.

Ziya yang mendengar itu mengangkat kedua bahunya, dirinya memutuskan untuk kembali ke ndalem. Ia harus menemui papahnya karena sebentar lagi akan berpisah. Jauh dari papahnya tidak membuat Ziya menjadi rindu, dirinya sudah biasa sendirian bahkan jika di rumah ia jarang sekali bertemu dengan Alex. Lelaki yang menyandang sebagai orang tuanya itu jarang sekali pulang ke rumah.




-




"Jaga diri kamu baik-baik Ziya, papah harap kamu bisa berubah di sini." Papar Alex mengusap puncak kepala putrinya dengan lembut.

Ziya memutar bola matanya malas, ia hanya mengedipkan kedua matanya mengiyakan perkataan Alex.

"Seminggu sekali kirimin Ziya wine ya pah," pinta Ziya mampu membuat semua orang yang mendengarnya membulatkan matanya lebar-lebar.

Takdir Sebuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang