44. Perubahan Azzam

1.7K 147 14
                                    

Assalamualaikum semuanya 🤍

Gimana hari ini? Lancar? Semoga hari kalian selalu bahagia di setiap waktunya yaa 😍

Tinggalkan vote dan komentar yuk... terima kritik dan saran dari kalian 😘

Maaf atas keterlambatannya untuk update... nggak sampai lumutan kan... nungguin TSC?😁🤍

Follow akun wattpad Bunnes yuk 😍biar ada notifikasi dari Bunnes 😘😘 jangan lupa untuk share ke teman-teman kalian 🤍🤍🤍




༓☾ SELAMAT MEMBACA ☽༓

Sepanjang jalan Ziya mengusap air matanya, dirinya bukan menangis sebab menolak Al namun ia menangis sebab telah menyakiti hati orang yang sudah Ziya anggap sebagai sahabat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang jalan Ziya mengusap air matanya, dirinya bukan menangis sebab menolak Al namun ia menangis sebab telah menyakiti hati orang yang sudah Ziya anggap sebagai sahabat. Beberapa santriwati yang tidak sengaja berpapasan dengan Ziya terheran-heran melihat Ziya menangis, bahkan ada beberapa santriwati yang menanyakan kenapa Ziya menangis namun tidak di jawab oleh Ziya.

Ziya terus berjalan dengan langkah kaki cepat, dirinya menghiraukan panggilan dari banyaknya santriwati yang menanyainya.
Hingga pada akhirnya, Ziya menabrak dada seseorang yang membuatnya mendongak ke atas dan terkejut bukan main saat mengetahui laki-laki di hadapannya saat ini.

"Kenapa nangis?" Tanya Azzam dengan wajah datarnya melihat Ziya sesegukan.

"H-ha?" Beo Ziya gugup dan menelan saliva nya susah payah, ia segera mengusap bekas jejak air matanya.

"Kenapa nangis hm?" Ulang Azzam dengan bahasa lembut.

"O-oh nggak papa, gue nggak papa." Elak Ziya merasa gugup, entah kenapa ia menjadi seperti sekarang ini ketika dekat dengan Azzam.

"Gila, seriusan tuh ngobrol sama Azzam di tempat umum?" Celetuk Sindy melihat Azzam dan Ziya tengah mengobrol dari kejauhan.

"Bukan gila namanya, tapi edan." Sambung Naya yang merupakan sahabat terdekat Sindy.

"Nyebelin banget sih, seorang Azzam seorang santri favorit di pesantren ini ngobrol sama tikus got? Nggak! Nggak bisa, tuh orang harus di kasih pelajaran biar nggak ganggu Azzam lagi." Kesal Sindy dari kejauhan.

Naya yang mendengar itu sontak tergelak tertawa, melihat sahabatnya tertawa Sindy terheran-heran.

"Kenapa lo ketawa? Ada yang lucu?" Tanya Sindy dengan nada kekesalan.

"Lo kemana aja Sin? Santri maupun santriwati di sini udah nggak heran lagi ngelihat mereka berdua deket. Tapi yang buat heran, kenapa mereka nggak di hukum sama pengurus ponpes. Sedangkan kalau itu di lakuin oleh santri-santri lainnya pasti mendapatkan hukuman." Jelas Naya.

Takdir Sebuah Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang