Malam itu jarum jam terasa bergerak lebih cepat, akan tetapi langkah tegasnya membaur di tengah sunyi senyap yang melingkupi. Suara jangkrik yang biasanya terdengar kini tergantikan oleh bunyi keras sol sepatu yang menjejak permukaan lantai.
Si pemilik derap terlihat amat santai melenggang, melewati tiap ruangan yang berada di rumah besar ini. Temaram cahaya lampu dari ujung ke ujung tak memudarkan niatnya menaiki satu demi satu undakan tangga yang menghubungkan ke lantai dua.
Setidaksabaran itu dia memang. Perasaan membuncah ini kerap kali berhasil menarik raganya untuk mendekat ke objek yang sama. Ya, selalu saja seperti itu berulang-ulang kali. Entah mengapa seluruh impuls saraf dalam tubuhnya berkoordinasi satu sama lain menuruti gelenyar aneh yang mungkin orang lain sebut sebagai sebuah kelainan.
Dan simpul senyum itu justru kian merekah. Makin jelas terlihat kala pintu coklat yang berada di antara deretan lorong ini dia dorong perlahan. Bunyi berderit tentu terdengar, menandakan kalau dia sudah sedekat itu dengan sang gadis. Beruntung tidak satu pun orang mengetahui keberadaannya di sini. Tepat di tengah malam pula.
Dari ambang pintu, dia dapat melihat sosok gadisnya sedang tertidur pulas. Menyelimuti separuh badan menggunakan bad cover sewarna pink pastel. Entah kenapa mau dilirik dari segi mana pun, gadis kesayangannya itu semakin cantik dari hari ke hari. Pinggangnya yang ramping, helaian rambut hitam nan berkilaunya sampai bola mata selegam arang yang acapkali menampilkan tatapan paling teduh.
Jangan lupakan pipi yang ikut bersemu merah itu, juga bibir pink yang terus menguji keimanannya sebagai seorang lelaki. Rasanya tidak salah menaruh hati pada gadis ini. Dia cantik dan tentunya sangat patuh.
"Gak terasa waktu berlalu begitu cepat. Dan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Kakak suka dengan bentuk bibir kamu, Sayang," ungkap Nando menyentuh bibir Arana menggunakan telunjuknya. "Pasti rasanya lebih manis ketika dikulum."
Jarak sepersekian senti yang membentang tidak menghalangi netra coklat pria kelahiran delapan belas Desember itu memandangi keindahan di depan mukanya. Devil smirk-nya melengkung tajam. Enggan enyah karena tahu mangsanya berada di radar sedekat ini.
"Rasanya kakak gak ingin ngelepasin kamu. Mau sejauh apa pun kamu berlari," urai Nando mengusap-ngusap punggung tangan Arana. Perasaannya selalu membuncah ketika berdekatan dengan putri sematawayang Setya. "Katakanlah kakak gila, tapi itulah fakta sebenarnya." Untuk ke sekian kalinya, Nando mencium tangan Arana penuh cinta. Tatapan sayu turut terlayang kala kakak laki-lakinya menyuarakan isi hati.
"Kamu gak perlu takut, Sayang. Selama kamu jadi gadis yang penurut, Kakak gak segan-segan meratukan kamu di rumah ini dan sebaliknya jika membantah, kamu rasakan sendiri bagaimana akibatnya nanti." Nada sendu yang pita suaranya hasilkan secepat kilat berubah jadi berat. Dia tidak main-main akan ucapannya barusan.
Nando tidak henti-hentinya mendaratkan kecupan mesra ke punggung tangan Arana. Surai hitam mengkilap sang adik dia selipkan ke telinga. Figur khas wajah perempuan Indonesia tersebut lantas terbingkai erat di kedua telapak tangannya.
"Seterusnya jadi gadis penurut. Kakak suka Arana yang patuh. Jujur, kakak sakit dengar kamu ngomong begitu semalam. Posisi Kakak di dalam hidup kamu, dengan mudahnya kamu lupakan gitu aja." Akhirnya kekesalan yang dia pendam selama beberapa hari ini tersampaikan juga walau cuma keheningan yang menjawab.
"Dan satu lagi, Kakak udah memaafkan kamu. Tapi, bukan berarti Kakak bisa melupakan semuanya dengan mudah. Kakak bakal terus mendiamkan kamu sampai kamu sadar kalau cara kamu memperlakukan Kakak itu salah."
Setelah mengatakan rentetan kalimat panjang lebar seumpama pidato, Nando mengakhiri semua kegilaanya malam ini dengan mencium kening Arana. Tentu setelah memastikan bahwa benda yang sengaja dia bawa kemari berguna sebagaimana mestinya.
****
Holla! Aku update lagi nih. Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman kamu. Oh ya, di Karyakarsa udah nyampai bab 25 ya, yang mau baca lebih cepat bisa mampir ke sana.
Thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Teen FictionDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...