Bagian 53

497 14 2
                                    

Berkat ucapan ngasal Khalil tempo hari membuat orang lain menatap Arana berbeda.  Mereka yang biasa menganggumi siswi berprestasi tersebut lantas mengubah pandangannya secepat kilat. Begitu pula adik kelas yang selalu menaruh rasa segan ketika berpapasan dengan si kakak kelas.

Arana merasa aneh ditatap sesinis itu. Dia juga bingung kenapa orang-orang mulai berbisik ketika dia lewat? Selama ini Arana bersikap biasa saja padahal.

Kalau boleh jujur dia sangat kurang nyaman dihadapkan oleh situasi seperti ini. Apalagi bisik-bisik mereka makin kentara terdengar.  Meski kesehatannya dari hari ke hari semakin menurun, telinga adik tiri Nando tersebut masih sesensitif sebelumnya.

Terutama ketika dia melewati lorong kelas 12 IPS bisik-bisik yang semula terdengar samar berubah jadi lantang.

"Itu anaknya kan? Yang digosipkan jadi sugar baby?" Seorang kakak kelas menyuarakan isi kepalanya ketika melihat sosok Arana melewati kelasnya.

Teman-teman sekelas gadis itu mengangguki pertanyaan Sella. Salah satu dari mereka memandangi Arana sangat lekat. Grizzel yang sedang berlari hendak menyusul sahabatnya ikut kesal mendengar gosip tidak masuk akal ini masuk lagi ke gendang telinganya.

"Dengar-dengar yang jadi Sugar Dady-nya tu anak, pemilik Palma Grup. Perusahaan tempat kita study lapangan waktu itu. Kalian ingat kan?" tanya salah satu dari mereka menambah bahan bakar gosip kali ini.

"Iya, iya aku ingat. Pinter juga tuh anak nyarinya. Eh, Palma Grup itu perusahaan yang memproduksi minyak goreng kan?"

"Hooh, kira-kira tu anak udah kasih apa aja ya sama sugar dady-nya?" Pertanyaan itu jelas berniat mengejeknya.

Walau masih belum paham yang terjadi Arana lekas mempercepat jalannya. Mereka jelas sedang menggosipkannya, mengingat nama Nando serta Palma Grup yang disebut-sebut. Tumpukan buku di tangan dia pegang erat agar tidak jatuh berserakan.

Grizzel sudah tidak tahan. Dia lantas berlari ikut mengejar Arana. Telapak tangannya serasa gatal ingin mencabik-cabik mulut kotor mereka. Tetapi, saat ini akan dia biarkan saja para penggosip handal itu mengoceh sesuka hati.

Saudari kandung Gissel ini enggan cari masalah. Kasihan juga kalau rombongan cabe-cabean itu sampai dipanggil ke ruang kedisplinan.

Di dalam perjalanan, Grizzel kembali mendengar desus-desus itu. Sama seperti saat dia melewati lorong kelas 12 IPA 5 yang
membicarakan tentang sugar dady Arana.

Bahkan, mereka bertanya secara terang-terangan ke orang yang bersangkutan tanpa perlu mengcrosscek apakah gosip itu valid seratus persen. Ya, ampun mereka bukan bertanya melainkan menyindir Arana secara halus.

"Kalau emang punya sugar dady gak usah malu-malu-lah, Ran. Si Lola aja bangga lho jadi seorang sugar baby. Mana sugar dadymu itu tajir melintir mampus. Ya, gak, Lol?" Gadis bermulut besar ini malah malah melempar tanya ke temannya yang juga merupakan simpanan seorang pejabat daerah dan dibalas senyum sejuta watt oleh cewek ber-name tag

Memang tidak tahu malu! Aib sendiri saja diumbar di depan umum. Sungguh Grizzel tidak habis pikir dengan otak dua Pentium mereka.

Gatal hendak melabrak para jablay bermulut nyinyir tersebut, Grizzel lekas mengubah tujuannya.

"Kalian kalau gak tahu apa-apa, gak usah asal nyerocos. Punya otak itu dipakai. Jangan jadi pajangan doang. Gosip gak jelas aja dipercaya. Dasar manusia bodoh!"

Teriakan Grizzel di depan muka keenam cabe-cabean jablay itu. Mereka kaget melihat kelakuan bar-bar cewek Cindo tersebut.

"Oh ya, satu lagi, smartphone murahan kau itu dipakai buat googling. Cari tahu siapa Arnando Delicio. Kalau perlu kau telusuri
website-nya Palma Grup. Di sana ada foto Arana segede gaban di antara para pemegang saham inti yang kelihatan kaya raya nan mentereng itu."

Mereka sontak mendelik tajam. Hendak membalas keberanian Grizzel, keenamnya terdiam saat salah seorang anak cowok rese' di kelasnya membacakan profil dari setiap anggota keluarga pemilik Palma Grup.

Meski hanya informasi umum yang tertera di sana tetap saja nama Arana Swephira disebut-sebut dalam daftar. Gadis tujuh belas tahun itu juga merupakan pemilik saham beberapa persen dari Palma Grup.

Kadung emosi, Grizzel mendekat, tangannya dia kepalkan kuat-kuat seolah-oleh hendak menonjok bibir jablay mereka. Lantas dia minggat dari sana.

Cewek-cewek berotak dua pentium tersebut selalu saja cari gara-gara. Kelihatan mereka itu sangat iri, mengingat prestasi IPA 3 yang selalu membanggakan dan tidak bisa dianggap remeh.

Sempat Khalil dituduh melakukan kecurangan saat seleksi di tahap provinsi merekalah yang paling lantang menyerukan agar si ketua kelas IPA 3 di drop out.

Mengenai Khalil, Grizzel jadi ingat siapa yang pada awalnya menyebarkan rumor nyeleneh nan gila ini. Dirinya telah ingin melabrak Khalil detik itu juga, tapi tertahan sebab guru mata pelajaran pertama terlanjur masuk ke dalam kelas.

Niat ingin baku hantamnya langsung pupus. Tapi, setelah melihat keadaan makin tidak kondusif, dia sepertinya perlu memaksa Khalil untuk menjelaskan apa maksud semua ini.

Sumpah demi Tuhan tidak susah menemukan si penyebar gosip kalau dia langsung berubah menjadi detektif bayangan.

Tidak butuh waktu lama bagi Grizel untuk sampai ke kelas. Terlalu emosi membuatnya tidak bisa berpikir lagi. Dia harus melabrak si penyebar rumor itu. Nama baik serta reputasi Arana yang kali ini tengah dipertaruhkan.

Pendar tatapnya lantas memantau ke sepenjuru kelas. Mencari si biang kerok pembuat keonaran ini. Gayanya saja menyukai Arana padahal sebenarnya dia juga yang menyakiti gadis pujaan hatinya.

Grizzel tidak ada takut-takutnya sama sekali. Dia justru sangat berani menggebrak meja guru. Ya, si bedebah itu sedang duduk di meja guru hendak membagikan kertas ulangan kimia.

"Apa maksudmu nyebarin rumor kalau Arana itu punya sugar dady? Kau sengaja cari masalah hah?" Khalil yang dibentak demikian  tentu saja mengerutkan dahinya bingung.

Arana yang terlihat sibuk menulis sesuatu di meja sontak mengarahkan pandangannya ke Khalil serta Grizzel. Seisi kelas pun otomatis menaruh perhatian mereka ke kedua anak manusia yang sedang terlibat percekcokan.

"Kalau kau emang gak tahu apa-apa tentang Arana gak usah asal bicara! Apalagi menggiring opini yang gak-gak kayak gitu. Aku kecewa banget sama kau, Lil. Kau sama aja kayak mereka," pungkas Grizzel tak membiarkan Khalil membela diri.

Khalil masih mencerna situasi. Dan akhirnya dia paham apa yang Grizzel maksud, akan tetapi matanya malah menatap ke arah Arana. Membaca seperti apa ekspresi Arana.

Dapat dia lihat raut sendu terbingkai di wajah ayu itu. Apa dia salah telah membeberkan semua ini padahal Arana saja secara sukarela memberikan tubuhnya untuk pria bajingan tersebut.

Kalau boleh jujur dia sama sekali tidak menyesal sudah berujar demikian sebab memang itulah faktanya di lapangan. Dia sangat  yakin si brengsek Arnando Delicio sudah sangat jauh menyentuh Arana.

***

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang