Langit yang telah dilingkupi kegelapan akhirnya membangun putri tidur yang tergeletak lemah di pembaringan. Jelas saja kesadarannya memulih setelah mencium aromaterapi elektrik yang terpasang di sudut ruangan.
Tampaknya Mirandalah yang memasangkan benda multifungsi itu.
Terlihat dari sebaskom air kompresan yang juga mengisi nakas. Suara azan sayup-sayup terdengar. Pasti langit telah menggelap di luar sana. Terhitung dua jam sudah dia pingsan.Kini kerongkongannya mengering bagai gurun sahara. Ketidaknyamanan Arana makin diperburuk oleh cuaca pana yang menyergap seluruh tubuh kala selimut berbahan tebal mengungkung setengah badannya.
Arana baru akan menyentuh gelas berisi air putih jika tidak melihat sebungkus obat-obatan di nakas sebelah kanan. Nyeri haid yang mengakibatkan badan mungilnya ambruk masih terasa di sekitaran pinggang serta perut bagian bawah.
Bila ada yang mengatakan feeling seorang perempuan tidak pernah meleset maka dia tepat sekali. Tanpa diberitahu sekali pun ruas-ruas jari si cantik kontan membawa bungkusan obat berlogo salah satu apotik terbesar di Pekanbaru ini ke ranjang.
Cekatan dia membongkar beberapa jenis obat-obatan tersebut. Di dalamnya tersapat satu tablet pil, sebotol kiranti dan pembalut berekstrak daun sirih.
Nyeri yang terus mendesak tidak membuat Arana lama-lama berpikir. Sekali dorong, pil kecil berwarna putih bersih ini masuk ke dalam tekak lambungnya.
Kepala dara cantik itu otomatis merebah di papan ranjang bagian atas, bernapas pelan-pelan setelah lama tidak sadarkan diri. Untunglah, ada Miranda di rumah, kalau tidak entah bagaimana nasibnya sekarang. Mengingat Miranda, kemana sosok ibunya itu pergi? Suaranya bahkan tidak terdengar.
Apa dia keluar saja? Hitung-hitung merenggangkan badan yang terasa kaku.
Dengan langkah tertatih Arana berhasil keluar dari kamarnya. Dia menyapu pandangan ke sepenjuru arah tapi tetap saja sosok wanita anggun nan lemah lembut itu tidak terlihat di mana pun.
Hanya langkah seorang pria yang Arana temukan dan orang itu adalah Lontara, pria yang dimintai tolong Miranda membeli obat pereda nyeri haid serta se-tablet pil penurun panas. Lebih tidak masuk akal lagi, plastik berlogo apotik terkenal di Pekanbaru tersebut masih erat tergenggam di jari jemarinya.
Jadi, apa maksud Miranda membeli dua obat yang Arana yakini isinya sama?
Mendadak perasaan takut memburunya Pasalnya, setelah menceritakan kejadian Lakse tempo hari kepada Grizzel, remaja berlesung pipi itu selalu dibayang-bayangi rasa takut. Mungkinkah seorang penguntit sedang mengintai seluruh gerak-geriknya?
***
Holla! Aku update lagi. Maaf part ini agak pendek.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys ya biar aku makin on fire ngetiknya. Di karyakarsa udah update sampai 26 bab lho! Yang mau mampir silahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Teen FictionDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...