Bagian 29

1.4K 23 2
                                    

Sepasang kaki yang masih mengenakan sepatu sekolah tersebut terus berayun kecil. Sesekali dia bergumam lirih, berusaha melupakan kalau hari sudah semakin gelap dan jam telah menunjukkan pukul lima sore lewat tiga puluh menit.

Namun, dia terlalu pintar menutupi rasa bosannya tanpa mengeluh sedikit pun. Cuma ensiklopedia ilmiah yang menjadi teman bacaanya sepanjang menunggu jemputan.

Beberapa kali gadis berjepit rambut lidi itu juga memainkan ponselnya, tapi apa boleh buat tidak ada yang menarik selama jarinya berselancar di media sosial. Terlebih pesan dari Deva yang dia tunggu-tunggu tidak kunjung muncul padahal gadis itu butuh kepastian mengenai jadwal wawancara besok.

Arana mengembuskan napas panjang. Dia lelah minta ampun. Dan kalau bukan karena Nando yang mengultimatum untuk tidak pulang menggunakan angkutan umum.

Sudah jelas anak gadis Setya itu tidak akan terjebak terlalu lama di sekolah. Semua temannya mungkin sudah rebahan di kamar sembari mendengar satu dua lagu di playlist atau membaca komik online kesukaanya.

"Tahu Kak Nando lagi sibuk di kantor, udah kuterima ajakan Grizzel buat pulang bareng tadi," ucap Arana menyanyangkan nasibnya.

Bukan tanpa alasan Arana berkata demikian sebab Nandolah yang mengatakan dia akan terlambat pulang hari ini dan meminta saudari tak sedarahnya itu menghubungi Lontara.

Itu pun setelah Arana yang berinisiatif menghubungi sang kakak duluan via sambungan telepon jika tidak dia pasti terlihat seperti orang bodoh yang menunggu sendirian di sini.

"Gimana caranya aku pulang coba? Mau naik ojol takutnya Pak Lontara tiba-tiba jemput. Tapi, sampai sekarang gak kelihatan batang hidungnya." Lontara yang jadi harapan terakhir Arana entah dimana keberadaannya padahal sudah gadis itu hubungi berkali-kali.

Si Nona muda ini bukannya manja atau apa, dia sudah terlalu lelah menunggu sendirian di sini. Sekujur badannya telah lengket oleh keringat. Gadis berzodiak akuarius tersebut hanya ingin pulang lalu mengistirahatkan tubuhnya yang terlanjur lelah.

Arana menepuk rok bagian depannya. Dia segera bangkit kemudian mondar-mandir tidak jelas. Sesekali kepalanya menoleh ke ujung jalan sana, mencari keberadaan mobil yang biasa Lontara kendarai. Siapa tahu di jalan utama sana, sang supir sedang menuju ke sini.

"Astaga, mau sampai jam berapa aku di sini?" Arana mengigit bibirnya dalam. Batinnya berperang ingin menunggu saja atau pulang naik angkutan umum lalu dimarahi habis-habisan oleh Nando.

Dia bisa mati lumutan di sini lantaran terlanjur letih menunggu. Ponsel android-nya pun sudah kedip-kedip manja, minta di-charge oleh pencatu daya. Entahlah, Arana mulai kesal sekarang. Semua orang seolah tengah mengerjainya. Sungguh tidak lucu bila dia tertahan di jalanan sampai malam bagai gelandangan yang tidak punya rumah.

Akan tetapi, lagi-lagi kesabaran yang perlahan menipis itu kembali terjalin. Bisa saja insiden kecil tengah menimpa Lontara. Entah itu ban bocor atau macet yang selalu jadi momok menyeramkan bagi setiap warga yang menetap di kota.

Arana lantas memilih duduk kembali. Pegal juga tumit serta kakinya berdiri dan mondar-mandir bagai seterikaan berjalan. Bibirnya melengkung ke bawah, sedikit cemberut karena tahu akan pulang sangat terlambat dari jam yang seharusnya.

Perasaanya sungguh campur aduk. Kalut, sedikit kesal dan sekarang perasaan takutlah yang turut menguasai. Sumpah demi Tuhan dia tidak sama sekali dengan entitas bernama setan. Manusia berwujud setanlah yang seharusnya patut remaja itu waspadai.

Terlebih kalung berbandul tiara pemberian Nando masih melekat di lehernya. Menimbulkan sedikit kecemasan yang membuat Arana terpaksa menyembunyikan perhiasan mahal itu di antara helaian rambut panjangnya.

Mengingat tentang kalung, sampai saat ini Arana tidak paham maksud Nando memberikan kalung tersebut padahal dia sendiri sudah mengenakan perhiasan berupa anting bila Nando ingin adiknya terlihat high class di antara sepupu-sepupunya yang berpenampilan glamor.

"Ran, belum pulang juga? Aku kira kamu udah balik dari tadi." Arana hampir serangan jantung kala mendengar suara tersebut. Untunglah, si pengendara motor yang tiba-tiba menjumpainya ini langsung membuka helm full face-nya.

Arana mengangguk, mengiyakan pertanyaan Khalil. Ya, orang yang tiba-tiba mendatanginya per tiga detik lalu adalah Khalil. Pemuda itu tampak masih tertahan juga di sekolah. Bedanya Khalil punya tujuan sementara dia tidak.

"Kalau boleh tahu siapa yang jemput kamu emangnya hari ini? Gak bertanggung jawab banget kayaknya." Sindiran itu tentu tertuju untuk Arnando Delicio, Kakak laki-laki paling protective yang Arana miliki.

Entahlah, Khalil rasanya tidak suka saja dengan keberadaan pria dewasa itu di kehidupan Arana. Puncaknya adalah saat pria dua puluh sembilan tahun tersebut dengan ekspresi datar mengajak Arana pulang seolah telah menunggu adiknya selama tiga jam penuh di tengah derasnya hujan.

Khalil ingat itulah pertemuan pertamanya dengan Arnando Delicio. Pun secara tidak langsung kakak tiri Arana itu mengatakan 'tidak baik terlalu menaruh rasa percaya pada orang asing' seakan-akan Khalil adalah penjahat yang ingin mencelakai Arana.

"Aku pulang sama--"

"Saya yang jemput. Apa ada masalah?" Belum sempat Arana menyelesaikan ucapannya, sebuah suara bariton menyela. Kedua remaja itu menoleh. Dengan Khalil yang tersenyum miring melihat kehadiran orang yang baru saja dia sindir.

Nando melipat kedua tangannya di dada. Memandangi Khalil begitu tajam, syarat akan permusuhan.

"Kamu masih ingatkan, Ara sama yang selalu Kakak wanti-wanti?" Bukannya menyuruh Arana masuk ke mobil, Nando justru melemparkan sebuah kalimat tanya. "Jangan terlalu percaya sama orang asing karena bisa aja dia yang perlu kamu waspadai di masa depan. Apalagi yang bermulut manis dan sok perhatian," ungkap Nando menyinggung Khalil terang-terangan.

Khalil justru tersenyum tipis. Sindiran yang tepat mengenai sasaran. Namun, bukannya merasa, sepupu Khairani ini malah berpikir Nandolah yang patut Arana waspadai. Entahlah, feelingnya mengatakan Nandolah si pembawa petaka yang akan menghancurkan masa depan gadis pujaan hatinya.

***

Terpantau ada yang cemburu buta di sini 😂😭

Btw, kalian ngebayangi visual Nando itu kayak gimana? Apa kayak salah satu aktor di drama korea gitu? 😋

Oh ya, follow akun tiktok purple_flo dong. Rencananya update dan spoiler tentang cerita ini mau aku share di sana.

Thanks to the moon buat yang udah mampir, vote dan komen. Jangan bosan-bosan baca cerita ini ya. Kalau bisa rekomendasikan ke teman kalian biar banyak yg baca Brother Or Lovers.




Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang