Kacau. Satu kata itulah yang paling tepat menggambarkan penampilan Nando kali ini. Tidak ada wajah charming ala pangeran Inggris apalagi tampang bak model yang seringkali terpampang di fitur wajahnya. Yang ada hanyalah wajah kusut nan tidak bersahabat. Pukul 23.30 WIB. Hari yang sudah cukup larut untuk kembali ke rumah.
Bahkan, jeritan hewan malam pun dapat dia dengarkan sekarang. Benar-benar sungguh menakjubkan. Tepat lima tahun menjabat baru kali ini Nando harus menghadapi puluhan masalah dalam satu waktu. Kekeraskepalaan dewan direksi membuatnya sakit kepala.
Mereka semua memang tidak tahu diuntung. Sudah bagus dia ajak bekerjasama malah terlalu banyak bacot. Jujur, jika tidak membutuhkan investor, sudah dari dulu dia buat mereka menyesal setengah mati.
Selama menjadi manusia baru detik ini putra sematawayang Miranda itu sangat ingin melenyapkan orang. Namun, akal sehatnya masih berfungsi. Berurusan dengan aparat penegak hukum betul-betul merepotkan.
Mari lupakan soal lenyap-melenyapkan orang. Dia butuh obat penenang sekarang. Dan obat penangnya itu ada di dalam kamar ini, mungkin sedang terjebak dalam dunia mimpi. Siapa lagi kalau bukan adik tersayangnya. Arana Swephira. Gadis yang sudah dia tandai sejak bertahun-tahun lalu.
Tanpa minta izin siapa pun, seperti biasa dia masuk ke kamar Arana. Menerobos bak maling yang teramat cantik cara mainnya.
Senyum penuh artinya semakin terkembang.
Sungguh, aroma tubuh Arana adalah satu-satunya obat penenang yang Nando butuhkan, akan tetapi kubur saja harapan itu lebih dulu karena saat ini ranjang yang sering ditiduri Arana tampak rapi tak tersentuh."Pasti dia sedang di kamar mandi. Bukankah ini akan jadi tontonan yang menarik?" Monolog Nando entah muncul darimana pikiran mesumnya itu.
Apalagi memandangi tubuh polos Arana yang sama sekali belum dirinya jamah. Kalian pasti bertanya kan kenapa dia masih bisa menahan diri sampai sekarang? Ah, ini hanya masalah waktu saja.
Entahlah, Nando merasa ini terlalu cepat. Bukankah sebuah permainan harus diakhiri dengan ending yang menarik?
Setidaknya, biarkan matanya ini puas memandangi setengah polos tubuh Arana sebelum benar-benar mengeksekusinya, akan tetapi setelah menyembunyikan dirinya di sudut yang sedikit tertutup, tidak sekali pun dia mendapati bayangan Arana di sana.
Sialan, kemana gadis kesayangannya itu pergi!
Raut muka Nando berubah drastis. Sekali dobrak pintu kamar mandi itu pun terbuka dan benar saja dugaannya. Kamar mandi ini kosong. Semua perlengkapan mandi Arana pun masih tertata rapi di tempatnya.
"Kemana Arana malam-malam begini?"
Tidak perlu memastikan ke sudut lainnya, sepasang kaki galah itu memutar langkah menuju sebuah kamar. Kamar yang akhir-akhir ini sering dia kunjungi dan tidak ada siapa pun yang tahu isi kamar tersebut.
Bahkan pembantu di rumah ini tahu kalau kamar itu hanyalah sebuah gudang yang lama tidak terpakai. Tanpa mereka sadari ada rahasia besar yang Nando sembunyikan.
Selepas pintu kamar ini dia buka terlihatlah satu set komputer lengkap beserta monitor berukuran sedang. Nando tersenyum smirk. Ke neraka pun Arana pergi akan dia kejar sampai mati.
Jangan tanya bagaimana dia mengetahui keberadaan Arana, komputer ini akan menjawab tanpa perlu dia paksa. Mudah bagi Nando melacak keberadaan adik nakalnya itu lewat alat bantu canggih ini.
Kelima jarinya sudah menggerakan mouse. Tinggal hitungan detik dia akan tahu kemana dan dengan siapa Arana pergi.
Betapa terkejutnya Nando saat menyadari kehadiran Grizzel di tengah-tengah Arana serta Ibunya. Keadaan semakin terlihat jelas ketika mobil Jazz tersebut membawa Arana pergi.
Jadi, mobil Jazz yang dia lihat pagi tadi adalah milik Grizzel?
***
Holla! Flo update lagi. Jangan lupa vote, komen dan share yak. Thanks buat yang udah mampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Teen FictionDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...