Bagian 52

1.3K 23 0
                                    

Sekali Nando sudah turun tangan tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya. Tanpa perlu banyak bicara, dia telah berhasil sedikit demi sedikit menjauhkan Grizzel dari Arana. Itu semua dimulai ketika dia meminta orang suruhannya menciptakan kekacauan di kelas IPA 3.

Seisi tatanan kelas berubah. Termasuk Grizzel yang tidak lagi menjadi teman sebangku Arana. Itu baru langkah pertama. Kini bidak catur yang tengah dia gerakkan sebentar lagi akan membuat Grizzel sangat sulit bertemu dengan Arana.

"Saya merasa terhormat karena Bu Dinda dengan senang hati menerima tawaran tersebut. Semoga siswa-siswi yang mengikuti olimpiade nanti dapat membawa hasil yang memuaskan," ujar Nando teramat diplomatis.

Aura pemimpinnnya memancar kuat. Terutama ketika dia menyilangkan kaki duduk berhadapan bersama pembimbing olimpiade Arana.

"Kami yang seharusnya berterimakasih kepada Pak Arnando karena telah memberikan kami fasilitas yang cukup memadai. Apalagi anak-anak bisa lebih fokus mempersiapkan kompetisi yang sebentar lagi terselenggara," balas Dinda tersenyum sangat ramah.

Keluarga Arana Swephira betul-betul dermawan. Entah sudah berapa banyak uang yang mereka donasikan untuk sekolah.

Seperti itulah pertemuan antara Nando serta mentor olimpiade Arana. Tanpa guru muda ini ketahui itu siasat jitu Nando agar rencananya tidak dicurigai orang lain.

Seekor lalat pengganggu bernama Grizzel telah berhasil dia singkirkan. Situasi aman terkendali sekarang. Takkan ada lagi manusia yang mencoba mengorek-ngorek rahasia yang selama ini dia sembunyikan.

Namun, sepertinya terdapat sebuah objek yang tanpa sengaja dia lewatkan. Objek itu berbentuk sesosok remaja laki-laki yang acapkali membangkitkan jiwa psikopatnya.

Apa tidak cukup pelajaran yang tempo hari dia berikan? Kenapa bocah tengik tersebut tidak jera-jera juga? Setertarik itukah diri dia terhadap Arana?

Tak mau melewatkan kesempatan paling berharga ini, Nando mengurungkan niatnya untuk meninggalkan area Patra Yudha. Dia keluar dari mobil lantas melangkah mendekati sepasang remaja berbeda jenis kelamin tersebut.

Air muka datarnya tak bisa lagi disembunyikan. Terdapat sedikit gurat kemarahan saat tak sengaja melihat remaja tanggung tersebut mulai cari-cari kesempatan.

"Ran, pulang sekolah nanti jadi kan ngerjain tugas dari Bu Siska?" tanya Khalil mengejar langkah Arana yang hendak berbelok ke gedung B.

Mendengar suara Khalil otomatis Arana menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke samping dan menemukan sang teman sekelas sedikit ngos-ngosan mengejar laju langkahnya.

"Tanggal pengumpulannya tiga hari lagi, Ran. Kalau gak dari sekarang dikerjakan takutnya kelompok kita yang kerepotan," jelas Khalil sadar Arana belum buka suara. Seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu.

Didesak demikian Arana lantas bicara. Namun, suaranya tertahan saat sebuah ucapan lebih dulu menyela perkataannya.

"Arana gak bisa kemana-mana. Dia ada jadwal cek-up ke dokter," sembur Nando memukul mundur Khalil yang coba mendekati gadis pujaannya. "Kalau ada yang kalian butuhkan terkait dana bisa hubungi sekretaris saya." Dengan angkuhnya kakak sulung Arana itu menyodorkan kartu namanya.

Tahu ucapannya diserobot oleh orang tak bertanggung jawab, Khalil hanya menatap datar kartu nama tersebut. Muak sekali dia melihat pria brengsek ini. Dia pikir kekayaannya itu dapat membeli segalanya.

Tidak perlu menunggu respon Khalil, Nando meraih tangan Arana lalu berkata, "Ayo, kita pulang. Kakak udah minta izin ke guru kamu. Tas kamu biar Arya yang ambil."

Setelah itu Nando menggandeng Arana pergi. Tawanya meledak di dalam hati. Puas sekali rasanya membuat anak ingusan ini sadar diri siapa yang tengah dia lawan.

Bahkan, demi memanas-manasi bocah tengil itu Nando sengaja memberikan perhatian-perhatian kecil untuk Arana. Sontak dia berubah menjadi pria paling berkepribadian Act Of Service.

Arana yang digandeng semesra itu membuat Khalil terdiam tak bisa berbuat apa-apa. Di balik saku itu, tangannya mengepal kesal. Tatapan penuh luka tersebut kian lurus tertuju ke kakak-beradik yang lebih seperti sepasang kekasih.

Sialnya, Roni anak kelas sebelah malah datang mengganggunya. Sosok yang beberapa hari ini seringkali mengintili Khalil bagai bayangan. Itu karena dia membutuhkan bantuan Khalil supaya bisa mendekati teman sekelasnya yang tidak berperikemanusiaan.

"Kemana aja sih kau, Lil dari tadi kucariin pun. Ngilang terus kaya' kang gosting." Omelan singkat itu tak Khalil gubris. Roni yang kepo setengah mati sertamerta melihat ke arah pandang yang sedari tadi sobatnya tatap. "Serius banget sih natapnya. Pakai segala melotot lagi, eh btw itu kakaknya Arana kan? Mesra banget buset kaya' truk gandeng."

Mendengar itu, Khalil menoleh ke Roni. Tatapan sengit dia hunuskan. "Dia bukan kakak Arana, tapi sugar dady-nya. Kalau gak percaya tanyain aja langsung."

Gelenyar emosi bercampur cemburu tersebut mengakibatkan mulut Khalil lancar sekali memfitnah Arana.

"What the fuck! Kau bercanda kan?" Masih cengengesan Roni menanggapi.

"Kau pikir bekas cupang di lehernya itu apa? Lagipula, gak ada hubungan kakak-adik semesra mereka. Selagi masih saudara tiri, sah-sah aja kan punya hubungan terlarang?"

Omongan ngasal serta tidak berdasar Khalil membuat Roni mulai berpikir yang tidak-tidak tentang Arana. Apalagi anak SMA zaman sekarang marak menjual diri ke Om-Om demi hidup nyaman.

Terlanjur kesal Khalil kemudian meninggalkan Roni sendirian. Masih ada jam matematika sebelum sekolah benar-benar usai hari ini, sementara teman satu sekolahnya itu masih bengong mencerna seluruh fakta yang beruntun masuk ke otaknya.

Fitnah barusan rupanya didengar siswa-siswi lain yang kebetulan sedang melintas di gedung A. Mereka yang mempercayai ucapan Khalil tanpa sadar menyebarkan rumor tersebut. Menyebabkan Arana serta Sugar Dady-nya jadi topik terhangat di sepenjuru Patra Yudha.

***

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang