"Ran, berarti nanti Kak Nando kan ya yang ngantar dirimu balik ke sekolah?" Satu baris pertanyaan yang menyelipkan nama Nando di sana melesat dari bibir seksi Grizzel.
Kala itu keduanya sedang duduk menunggu pelajaran keempat dimulai. Kursi yang biasa anteng di tempat bergerak perlahan merapat ke Arana. Separuh badan Grizzel condong ke depan, siap mendengar jawaban diplomatis ala Arana Swephira. Melihat rasa penasaran telah menumpuk di kepala Grizzel lekas Arana jawab dengan anggukan.
"Nah, kebetulan banget. Aku nebeng ya?" Sambar Grizzel seperti knalpot racing. Cewek absurd itu mengedip-ngedipkan matanya manja. "Pengen ngerasain atmosfer di protective-in Abang sendiri. Boleh ya, ya, ya?"
Arana mendelik lebar. Pengin ngerasain atmosfer diprotective-in abang sendiri? Apa dia salah dengar atau memang Grizzel-lah yang baru keracunan makanan tadi? Kenapa omongannya melantur kemana-mana? Dia saja risih dikekang-kekang begini. Cuma dia tidak menunjukkannya saja. Mungkin itulah yang membuat Grizzel berpikiran demikian.
Dan sepertinya Arana sudah mulai terbiasa .... Terbiasa akan tali kekang yang mengikat tubuhnya secara tidak kasat mata.
"Ya, kalau kamu mau ikut boleh aja kok. Asal izin dulu. Nanti aku yang disemprot Kak Nando," ucap Arana mengingatkan. Dia paham jika temannya ini begitu terpukau akan sisi romantis yang Nando perlihatkan padahal kenyataannya tidak begitu. Nando terlalu kejam untuk ukuran seorang kakak.
Pancaran bahagia tergambar di wajah chubby itu. Tangannya terangkat sedikit, mengambil sikap hormat. "Aye, aye, siap captain. Titah akan dilaksanakan." Sorak Grizzel kegirangan. Terkadang Arana tidak paham apa yang membuat sahabatnya sebahagia ini?
Tapi lupakan luapan kegembiraan tersebut kini kedua sudut bibirnya mendadak melengkung ke bawah. Ekspresi rada cemberut kelihatan membingkai mukanya. "Tapi, aku minta izin sama siapa ya?" Pertanyaan yang mengundang hujatan terlempar begitu mudah dari lidah Grizzel. Arana sampai menaikan kedua alisnya, heran.
"Ya, sama orangtua kamulah. Gak mungkin sama Canoy. Nanti dia bingung tiba-tiba ngelihat kamu cosplay jadi anaknya," balas Arana tertawa di ujung kalimat.
Grizzel meledakkan tawanya. Satu kelas nyaris mengarahkan fokus mereka ke gadis berperawakan seperti seorang idol itu. Tatapan sinis pun tak dapat terelak dari mereka yang merasa terganggu.
"Ih, gemes banget si teman aku yang satu ini. Masa Canoy sih? Gak level amat." Grizzel menjawil hidung Arana pelan. Membahas tentang Canoy ada saja kalimat berupa penistaan yang dia layangkan. "Mungkin minta izin sama Pak Anto aja kali ya. Beliau kan udah kayak wakil Mama-Papa."
Beginilah mempunyai orangtua yang sibuk. Di satu sisi dimanja oleh kemewahan, tapi di sisi lain dia seringkali merasa sangat kesepian, sedangkan kakak perempuan laknatnya baru kembali setelah libur semester bulan depan.
Arana tentu tidak banyak bicara, jika sahabatnya sudah mengatakan demikian dia bisa apa? Cewek ceria ini terlalu keras kepala. Bila memutuskan suatu hal maka terjadilah.
Entah keusilan darimana, dua buah sosis yang bersemayam di kotak bekal, Grizzel suapkan ke mulut Arana.
"Makan, Ran. Pelajaran selanjutnya bakal menguras tenaga. Kau butuh asupan supaya bisa ngasih aku contekan," ucap Grizzel padahal dia tak mau makan sendiri sebab kebosanan menunggu guru fisika mereka datang.
****
Holla! Aku update lagi. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Makasih juga buat yang udah mampir dan setia baca Brother Or Lovers.
Btw, di karyakarsa udah update sampai bagian 29 lho .... Yakin gak mau baca? No iklan dan bisa baca sepuasnya. Plus ada tambahan vocer diskon.
Klik link di bawah ini ya kalau mau mampir ke Karyakarsa
https://karyakarsa.com/purpleflo/brother-or-lovers-bagian-7-dan-7
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Teen FictionDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...