Bagian 47

1.1K 21 3
                                    

Arana memasuki kamarnya segera setelah Grizzel pamit pulang. Ah, lebih tepatnya usai sang kakak mengusir sahabatnya secara terang-terangan. Entah topeng macam apa lagi yang tengah Nando munculkan demi menutupi kedoknya. Yang pasti tingkah pria brengsek tersebut semakin menyebalkan padahal semua keinginannya sebisa mungkin Arana turuti.

Remaja berparas jelita itu mengepalkan tangan. Emosinya kian menggelegak saat ini. Terlebih saat iblis berwujud manusia tersebut menarik tangannya, memojokkan dia di sudut bawah tangga yang tidak dapat terlihat oleh siapa pun.

Mata setajam elang Nando melotot nyalang. Urat-urat di wajahnya tampak mencuat. Bukankah Arana yang harus marah di sini. Kenapa saudra tirinya itu yang berlagak paling tersakiti?

Saking murkanya Nando sampai mencengkeram tangan Arana kuat. Tanpa sengaja kuku-kukunya mengenai permukaan kulit seputih pualam tersebut.

"Kamu sengaja kan membawa Grizzel kemari? Kamu mau membeberkan semua yang sudah kakak lakukan selama ini? Jawab kakak, Arana!" Bentak Nando tak mengindahkan ringisan Arana yang terlihat kesakitan.

"Lepas kak ... Lepasin! Kakak udah keterlaluan!" Ronta Arana sudah muak dengan semua ini. "Demi Tuhan, aku udah coba turuti semua keinginan kakak. Aku gak cerita ke siapa pun padahal kakak tahu gimana rasanya aku mau mati setelah kejadian itu," tutur Arana justru berani menantang iblis berwujud Arnando Delicio. Walaupun dengan berlinang air mata.

"Kenapa kakak gak biarin aja aku bunuh diri waktu itu? Kenapa kakak sengaja cegah aku? Bukannya lebih baik aku mati supaya kejahatan kakak gak diketahui orang lain?" tanya Arana syarat akan rasa frustasi.

Arana menangis sambil menyuarakan pikirannya yang sudah kalut. Sungguh dia muak berada di situasi ini. Kalau boleh jujur, dia ingin mati saja, menyusul ibu kandungnya yang telah berpulang lebih dulu.

Nando yang telah tersulut emosi lantas melepaskan kepalan tangannya lalu menampar Arana keras. Adiknya tersebut benar-benar lancang. Siapa yang mengizinkan tawanan seumur hidupnya ini mengakhiri hidup? Takkan semudah itu Nando melepaskan mangsanya.

Jari-jari brengsek tersebut kembali menyakiti Arana. Dia menarik dagu Arana seolah-olah hendak mencekik gadis sialan ini.

"Berhenti bicara omong kosong, Arana! Nyawa dan tubuh kamu lebih berharga dari apa pun. Kakak rela menyingkirkan semua lalat penggangu selama bisa memiliki kamu seutuhnya. Camkan itu!"

Dialog yang sama dengan ancaman serupa. Nando seakan-akan tidak bosan mengulang-ngulang kalimatnya barusan. Arana saja sampai muak mendengar itu.

Jika akhir-akhir ini dia bungkam bukan berarti mulutnya akan terkunci rapat selamanya. Dia mengalah agar Nando tidak bertindak di luar batas. Sumpah demi apa pun, Arana berusaha mati-matian menjaga sisa kewarasannya.

"Dengarkan kakak, kalau sampai kamu berani memberitahu orang lain tentang hubungan kita, jangan salahkan kakak tubuh kamu akan lebih tersiksa!" Jarak antara Nando serta Arana yang kian menipis menyebabkan mereka merasakan deru napas satu sama lain. "Dan ingatlah, kakak tidak akan membiarkan orang yang mengetahui hubungan kita bisa hidup tenang. Termasuk Grizzel teman kamu."

Setelah mengatakan ancaman itu Nando lagi-lagi meninggalkan Arana sendirian. Membiarkan gadis itu semakin memupuk rasa bencinya terhadap Nando.

Selain tangan yang mengepal, Arana melayangkan tatapan dendamnya untuk Arnando Delicio. Dia tidak terima diperlakukan begini. Hatinya sakit. Mentalnya juga terusik. Terlebih trauma yang sedikit demi sedikit coba dia singkirkan.

Ritik air matanya perlahan kembali turun. Arana lelah dengan semua ini. Entah sikap seperti apa yang akan ayahnya ambil jika  mengetahui sang anak tirilah yang menyakiti putri kandungnya.

Sungguh dia tidak akan pernah memaafkan Nando sampai kapan pun ....

***

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang