Siapa pun tidak akan pernah tahu apa yang Khalil alami setelah fitnah tersebut menyebar luas. Orang-orang yang semula membicarakan hal positif tentang dirinya kini berbalik badan menggunjing yang tidak-tidak. Menganggap dirinya serupa benalu yang mesti disingkirkan. Tanpa mau mencari fakta yang sebenarnya terjadi.
Sekolahnya pun demikian. Mereka seolah tidak mau ambil pusing menolong si siswa bermasalah ini, justru sekarang hukumanlah yang wajib dia jalani jika tidak ingin dikeluarkan dari sekolah.
Hukuman yang lebih cocok Khalil disebut sebagai pembalasan dendam mereka karena dia telah menghancurkan reputasi sekolah.
Namun, semua itu bukan apa-apa sebab tidak ada satu pun dari mereka yang berani mengusiknya secara terang-terangan, tapi yang lebih menyakitkan adalah saat kedua orangtuanya kompak melakukan silent treatment.
Mendiamkan si anak sulung selama berhari-hari. Entahlah, mungkin mereka malu mengakui dirinya sebagai anak.
Setiap mengingat itu ingin sekali Khalil mencekik leher pria sialan bernama bernama Umar tersebut. Memberikan sedikit pelajaran berharga agar si bapak tua itu sadar telah salah mencari gara-gara dengannya.
Namun, semua dendam ini mesti Khalil simpan baik-baik lantaran seorang adik kelas tidak tahu diri tiba-tiba mengetukkan ketiga jarinya ke meja, seolah memperingati Khalil untuk fokus menjalankan tugas.
Sekian dari banyaknya hukuman, menjadi asisten penjaga perpustakaan sudah cukup menguras tenaganya serta emosinya. Terutama melayani anak-anak freak seperti adik kelas yang tengah berdiri di hadapannya ini. Si adik kelas bertampang songong yang sangat ingin dia robek mulutnya.
Enggan berlama-lama terjebak di gedung perpustakaan menyebalkan ini, tangannya langsung mengangkat buku filsafat setebal 500 halaman tersebut ke arah komputer agar barcode-nya ter-scan dengan mudah. Kontan status buku yang semula 'dipinjam' berubah menjadi 'sudah dikembalikan'
****
"Anda yakin Pak mengadakan field trip di bulan ini? Setelah sekolah kita mendapat sanksi karena kecurangan di OSN kemarin?" Seorang guru dengan rambut lurus bergelombangnya berdiri di hadapan Steven, menghentikan langkah si anak pemilik yayasan yang merangkap sebagai kepala sekolah.
"Iya, Bu Anye, apa ada masalah? Bukannya rencana itu udah dari lama kita bicarakan? Dan di rapat tadi semua udah sepakat kan?"
Bertubi-tubi pertanyaan Steven lemparkan.Dia malas sekali menjawab pertanyaan serupa. Kenapa pula hal ini yang terus rekan-rekannya permasalahkan?
"Benar, Pak, tapi setelah saya pertimbangkan rasanya waktunya kurang pas. Apalagi murid kelas 12 belas baru selesai ujian."
"Ibu takut saya saya suruh mengawasi IPS 5?" Anye langsung terdiam. Sepertinya niat terselubung guru muda ini tercium begitu cepat.
"Lagipula, anak-anak pasti gak akan senang kalau rencana liburan mereka dibatalkan begitu aja," jelas Steven tersenyum hangat. Setelah itu dia pun disibukan oleh sambungan teleponnya
usai mengucapkan kata permisi.Tanpa kedua guru itu sadari ada sebuah kepala yang tengah melongok di jendela, menguping percakapan singkat barusan.
Siapa lagi kalau bukan Dipo Mahendra, pentolan IPS 5 yang terkenal sejagat raya. Meski hatinya agak dongkol mendengar kalau wali kelasnya begitu enggan membimbing mereka di field trip nanti.
Namun, itu bukan masalah besar. Akan dia buat Bu Anye sepenuh hati menjalankan tugasnya sebagai wali kelas yang baik.
Si murid nakal itu menyunggingkan senyum penuh arti. Enggan mendengarkan berita menyenangkan ini sendirian lekas kepalanya perlahan turun, diikuti tumit kakinya ya sudah menyentuh ubin.
Beruntung jidat mulus bersih seperti tanpa kacanya ini tidak terantuk kusen jendela.
Serupa kutu loncat dia ngacir bak angin puting beliung. Semua orang yang berada di lorong dia beritahu tanpa terkecuali agar tidak ada yang bisa membatalkan ide jalan-jalan berkedok belajar ini.
Kurang dari lima belas menit berita field trip itu menyebar kemana-mana menggantikan gosip kecurangan yang Khalil lakukan.
Grizzel yang baru selesai dari toilet lantas menghentikan langkahnya. Sedang apa si Dipo di sana? Mau bagi-bagi THR lebaran? Kedengarannya heboh sekali.
Tidak tahan dengan rasa penasaran yang semakin beranak-pinak ini tanpa sadar sepasang kakinya telah mendekat ke arah kerumunan yang tengah Dipo ajak bicara.
Otomatis mulutnya terbuka saat mencuri dengar percakapan mereka. Astanga? Benarkah mereka akan liburan sebentar lagi?
Tanpa peduli lantai di sekitaran selasar gedung B ini licin sekali, kakinya secepatnya kilat berlari menuju kelas. Seolah-olah berita mengemparkan itu harus diketahui semua orang.
Arana harus tahu berita ini .....
****
Grizzel emang lebay ya 😭😂
Holla, aku update lagi. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Thanks to the moon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Fiksi RemajaDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...