Bagian 50

962 16 2
                                    

Pernah dengar bahkan dinding sekali pun memiliki telinga? Tidak cuma telinga, dia juga bisa menjadi mata yang dapat mengintai seseorang dua puluh empat jam  jika orang itu tidak berhati-hati dalam berbicara dan mengungkapkan sesuatu.

Momen seperti itulah yang Nando manfaatkan sebaik mungkin. Tanpa perlu bersusah payah menguping atau pun memata-matai, dia dapat mengetahui siapa tamu spesial yang tengah bertandang ke kediamannya.

Nando tersenyum sinis. Sudah dia duga akan seperti inilah jadinya apabila Grizzel dan keingintahuannya belum mampu Nando bendung. Susah sekali menghadapi ego seorang remaja yang begitu penasaran terhadap sesuatu.

Sesuatu yang seharusnya tidak perlu gadis itu telusuri lebih jauh.

Sejak melihat Grizzel di gerbang depan kakinya lantas mengikuti kemana remaja berdarah Tionghoa tersebut melangkah. Bu Siti yang mengarahkan gadis itu ke halaman belakang. Tidak lama kemudian Arana muncul dengan wajah lesunya.

Voila! Ekspresi gadis kesayangannya itu berubah drastis dari yang semula murung tampak kembali ceria. Rupanya hidup dalam sangkar emas yang Nando ciptakan membuat Arana sangat tertekan padahal semua ini baru permulaan.

Keduanya langsung menduduki ayunan. Kicauan burung bersahutan di sekitar. Raut canggung terlihat dari gerak-gerik gadis berdarah Tionghoa tersebut. Termasuk jarinya yang saling meremas satu sama lain. Kentara begitu gelisah.

Sebenarnya apa yang mau gadis ini katakan pada Arana?

Nando kembali menerka-nerka agar dia tidak kecolongan lagi. Insting Grizzel tak bisa dirinya abaikan begitu saja. Setelah memasang telinga baik-baik akhirnya remaja tujuh belas tahun itu mengungkapkannya.

Dia mengkhawatirkan 'sikap tak biasa' Nando sebagai kakak kepada Arana, adiknya. Yang membuat Nando serasa ingin tertawa kencang. Lantaran percuma saja Grizzel sepeduli itu, Arana akan tetap diam sebab telah dia ancam sedemikian rupa.

Meski berjarak sepuluh meter dari tempat kedua gadis itu duduk, pendengaran Nando yang setajam burung hantu masih tetap menguping pembicaraan kedua remaja itu.

Obrolan yang cukup sekali dengar mampu membangkitkan sisi iblisnya. Sekarang di dalam otaknya bermunculan berbagai rencana untuk menjauhkan Arana serta Grizzel.

Tidak butuh waktu lama, Nando sertamerta tersenyum sumringah sebab menemukan ide yang sangat briliant dan tentunya sangat ampuh menjauhkan kedua remaja yang sudah bersahabat sejak SMP tersebut.

Tak ingin Grizzel menyadari keberadaannya di sini, Nando bergegas pergi meninggalkan area taman belakang. Informasi yang dia dapatkan sudah sangat cukup. Dia takkan mentoleransi sikap apa pun yang nantinya bakal menggagalkan semua rencananya.

***

"Kalau gitu, aku pamit dulu ya, Ran. Jaga diri baik-baik," titah Grizzel kemudian memeluk Arana. Perasaan tidak tenang itu selalu membuat dia khawatir.

Tapi, setidaknya setelah berbicara dengan Arana dia bisa sedikit merasa lega. Lagipula, mungkin dirinya terlalu berlebihan. Mana mungkin Nando mempunyai perasaan lebih ke Arana. Kalau pun ada, Grizzel tidak masalah. Apalagi jika Nando begitu tulus mencinta sahabatnya.

Siluet tubuh Grizzel yang menghilang dari pandangan membuat Arana lebih memilih masuk daripada berlama-lama di sini. Semua kekhawatiran yang Grizzel sampaikan tadi, cukup mengguncang Arana.

Ternyata selama ini Grizzel peka dengan situasi yang ada. Tapi, mau bagaimana lagi, ancaman Nando tak mengizinkan dirinya untuk buka suara dan membeberkan apa yang telah dia alami.

"Sudah selesai berbagi perasaannya?" Sebuah suara terdengar menggema saat Arana melangkahkan kaki ke rumahnya. Dia tidak terkejut lagi melihat Nando tengah duduk sambil menatap Arana lekat.

Senyum seringai tak luput dia ulas merekah. Untuk sekian kalinya, Arana mencoba tidak terpengaruh. Walau keberaniannya itu selalu mengikis kala Nando memutus jarak di antara mereka.

"Kenapa kamu tidak ceritakan saja semuanya ke Grizzel. Kenapa masih tetap bungkam, Sayang? Apa kamu takut? Padahal kakak gak masalah kalau memang kamu mau meresmikan hubungan kita."

Nando mendekatkan wajahnya ke Arana. Tangannya juga membelai anak rambut yang sedikit menutupi dahi sang adik yang telah dipenuhi keringat.

"Tapi, jangan menyesal kalau keselamatan teman kamu yang akan jadi taruhannya."

Badan Arana mulai gemetar ketakutan begitu melihat dua orang pria berseragam hitam nampak menguntit Grizzel. Sahabatnya yang baru saja meninggalkan area sekitar rumah sama sekali tak sadar sedang diikuti.

Arana menggeleng keras, meminta Nando untuk tidak merealisasikan rencana gilanya.

Tapi ....

****

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang