Dering sebuah bel listrik terdengar kuat memekakkan telinga, akan tetapi si tersangka malah cengengesan tidak jelas. Tawa kecilnya bahkan sedikit menyembur, tidak luput dengan senyum tiga jari yang bertakhta.
Uh, Grizzel tidak sabar mengacaukan hari minggu Arana yang penuh ketenangan.
Dia mau temannya itu merasakan euphoria tak terhingga sebagai remaja yang akan beranjak dewasa. Katakanlah Grizzel lebay, tapi sesungguhnya mengajak Arana keluar sama sulitnya dengan menakhlukan hati Kim Seokjin.
Terlalu bahagia menyebabkan dia mirip seperti tarzan yang mampir ke rumah orang. Untung rumah tetangga sekitar berjarak nyaris dua meter jadi tidak ada yang menegur kehebohannya, sementara sang tuan rumah mana berani bersungut muka.
Terlebih Miranda yang baiknya gak bisa putar balik. Makin ever lastinglah pertemanan mereka. Orangtua Grizzel juga sangat menyukai Arana yang terkenal sopan.
"Halo, ada orangkah? Di sini Grizzel sedang menunggu," teriak Grizzel tidak tahu malu.
Paling di jam begini, Arana sedang sibuk beraktifitas bersama ibunya, sedangkan sang ayah pergi melihat perkebunan sebentar. Oh tentu panutannya, Arnando Delicio juga sibuk akan pekerjaannya jadi cewek Chinese itu bersikap santai sekali.
Pintu lebar itu langsung terbuka, menampilkan wajah yang sudah nampak segar. Harum parfum kasturinya menyeruak kemana-mana.
"Kok gak bilang-bilang udah nyampai. Aku kan bisa gelar karpet merah buat kamu," kelakar Arana menanggapi kerempongan temannya ini.
"Berasa jadi Ariana Grande deh saiya." Grizzel memainkan rambutnya terlihat centil di hadapan tuan rumah yang katanya gak bisa marah.
"Masuk, Zel. Kita ke ayunan belakang aja ya ngobrolnya. Di sana teduh."
Baru saja Arana hendak mengantarkan Grizzel ke halaman belakang, lengannya di tarik oleh cewek over aktif tersebut.
"Gak usah, Ran. Aku mau langsung pamit aja. Tante Miranda ada kan di dalam?" tanya Grizzel celingak-celinguk ke sana kemari. Semua area sampai sudut terkecil sekali pun dia pindai, mencari eksistensi si nyonya rumah.
"Lho kok pamit?" Arana jelas bingung mendengar ucapan Grizzel barusan. Ada-ada saja kelakuan warga +62 satu ini. Baru datang tapi mau pulang?
"Ish, kan aku ke sini mau izin ngajak kau keluar. Gak bosen apa di rumah terus? Lagipula, aku bukan kayak cowok-cowok di luar sana, jemput ceweknya di depan gang. Ya, meski pun kau cuma teman ya, kan, harus ada effortlah ngajak anak orang keluar."
Arana pun melongo. Sungguh dia speechless dengan niat all out sang teman. Tingkah Grizzel memang di luar nalar.
"Ayolah, Tante Miranda ada di dalam gak?" Ulang Grizzel greget.
"Ada, tapi baru aja keluar sama temannya."
Bahu Grizzel merosot. Aish, gagal sudah niatnya jadi tamu paling sopan sejagat raya. Tapi, tidak masalah asal Arana bisa diajak keluar tentu dia fine-fine saja.
"Yaudah, ganti baju sana. Kita langsung tancap gas aja. Paham?" Baru akan mengusir Arana dari ruang tamu, kedua remaja satu server itu dikejutkan oleh kehadiran seseorang. Otomatis Grizzel mengulas senyum terbaiknya.
"Mau pergi kemana, Ara?" Dari tangga paling atas suara Nando terdengar sangat seksi di telinga Grizzel. Matanya sampai tidak mau berkedip saking senangnya melihat presensi pria tersebut.
Arana bergantian menatap Grizzel dan Nando. Ditanya begitu dia bingung mau jawab bagaimana. Pasalnya, sang kakak terlalu berlebihan saat menyangkut segala tentang Arana. Panggilan Ara pun dia sematkan semata-mata di depan Grizzel.
"Kak aku izin ajak Arana keluar ya? Gak jauh-jauh kok. Masih di sekitaran Pekanbaru juga, hehe." Malah Grizzel yang menjawab. Keterdiaman Arana memantik emosinya. Selagi ada waktu bersantai kenapa disia-siakan sih sayang. Mumpung hanya ada malaikat ganteng di rumah ini. Siapa tahu bisa sekalian minta antar.
Nando menatap Grizzel lekat. Satu jawaban lagi yang dia butuhkan. "Tujuannya kemana? Kakak gak mau sampai kalian lalai dan mengabaikan waktu. Apalagi main ke tempat gak jelas."
Ingat, Nando itu sangat baik hati maka dengan lantang Grizzel menjawab. "Ke danau buatan Kak."
Arana menahan napas. Pasti jawabannya tidak sesuai ekspetasi karena Nando bukanlah remaja dua puluh tahun yang teramat santai memperbolehkan Arana pergi meski dengan sejumlah persyaratan.
"Pasir Putih? Kalian yakin di sana ada pantai buatan? Setahu Kakak gak ada. Jadi, karena alasan kamu gak menyakinkan, Arana gak boleh pergi apalagi Pasir Putih itu jauh dari sini kalau terjadi sesuatu sama kalian siapa yang mau bertanggung jawab. Kalian perempuan. Jangan buat orangtua khawatir."
Makjleb! Grizzel diserang nasehat bertubi-tubi oleh Nando. Semula dia berpikir Nando itu berlebihan tapi setelah mengingat tujuan mereka kemana Grizzel sadar yang Nando ucapkan benar adanya.
"Yaudah, kalau kayak gitu aku pamit dulu, Ran. Kayaknya Pak Anto udah nungguin dari tadi di luar. Gak enak buat orang lain nunggu, lagi pula kita gak jadi pergi," bisik Grizzel kepada Arana.
****
Holla! Aku update lagi. Jangan bosan ya buat baca cerita ini. Share ke teman kalau kamu suka Brother Or Lovers.
Di karykarsa udah update sampai bagian 26-an ke atas ya, yang mau mampir bisa ke akun karyakarsa purpleflo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Подростковая литератураDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...