Bagian 56

450 12 2
                                    

Malam itu angin bertiup sangat kencang otomatis memadamkan pasokan listrik di daerah sekitar. Termasuk lilin yang tengah Arana nyalakan di meja belajar kamar hotel, tempat dia dikarantina sebelum mengikuti olimpiade tingkat nasional yang tiga minggu lagi akan diselenggarakan.

Dan demi menyukseskan rencana balas dendamnya, Nando rela melepas mangsa kecilnya walau cuma untuk sesaat. Nando juga cukup pintar memakai koneksinya. Menentukan hotel mana yang akan para peserta olimpiade itu tempati.

Menyuap beberapa pihak dari lembaga terkait. Tak lupa menjadi donatur serta menyediakan fasilitas serba lengkap untuk sekolah Arana.

Bodoh jika kalian masih berpikir Nando sedermawan itu. Setiap rupiah yang dia keluarkan sekarang hanya untuk mengawasi gerak-gerik tawanannya.

Sudah semingguan lebih Arana tinggal di hotel. Kedatangannya kemari pun diantar oleh Nando. Mungkin pria bajingan itu takut pelacur pribadinya kabur dan membeberkan kepada seluruh dunia tentang bagaimana bejatnya dia sebagai seorang pria.

"Manfaatkan, sedikit kebebasan kamu ini, Sayang. Setelah ini Kakak tidak akan membiarkan kamu kemana-mana. Kalau perlu kamu home schooling saja," pesan Nando saat mengantarkan Arana ke hotel tempat dia di karantina.

"Dan jangan coba-coba kabur dari tempat ini. Kakak punya banyak mata-mata yang selalu siap dua puluh empat jam mengintai pergerakan kamu."

Walaupun sudah sering diancam dengan kalimat serupa tetap saja Arana selalu merasa ketakutan. Badannya gemetar bersamaan ludah yang ikut tertelan kasar.

Arana tidak tahu hal apa lagi yang akan sang kakak perbuat demi menyiksanya. Bahkan, sampai detik ini pun Arana tidak tahu apa kesalahannya. Apa yang menyebabkan seorang Arnando Delicio sekejam itu pada adik tirinya.

Peristiwa kelam yang merenggut kegadisannya di malam itu sungguh meninggalkan trauma mendalam. Apalagi setelah dia berada sejauh ini dari monster berwujud manusia tersebut.

Di tengah gelapnya kamar hotel pun Arana masih sempat meneteskan air mata. Bulir bening itu jatuh ke lembaran kertas dari soal-soal yang dia kerjakan.

Sebuah jari yang entah milik siapa mulai menyeka air mata Arana. Gerakannya cukup lamban tapi mampu menyebabkan dia merinding. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Arnando Delicio. Anak kesayangan Miranda Saraswati yang nyaris membuat Arana Swephira gila.

Arana menengok ke samping kemudian memundurkan kepalanya beberapa senti meter ke belakang. Namun, tangan kekar pria bajingan itu menahan pergerakan Arana. Sedikit demi sedikit lehernya dibuat mendekat lalu kecupan lembut dari bibir berbentuk plum tersebut pun berlabuh.

Entah mengapa gadis peraih nilai Kimia tertinggi di sekolah itu memejamkan mata. Perasaan cinta, sayang dan rasa ingin memiliki terpancar kuat dari setiap gerak-gerik sang kakak. Yang mengakibatkan rasa takut Arana naik berkali-kali lipat.

"Jangan menangis. Selagi kamu patuh terus seperti ini, kakak gak akan pernah menyakiti kamu." Usai membisikan kalimat itu ke telinga Arana tak lama kepalanya sudah berada nyaman di ceruk leher sang gadis.

Dia mendusel serta mengendus-endus di leher Arana bagaikan seekor anjing pelacak. Untuk sekian kalinya suara lenguhan di adik tiri terdengar mencetak sebilah senyum di bibirnya.

Setelah itu kalian pasti sudah tahu apa yang selanjutnya akan terjadi. Meski Arana tengah berada dalam masa karantina tidak sekali pun kegiatannya untuk bersenang-senang jadi terhenti. Dia kerap kali rindu dan menginginkan Arana.

Dan ini bukan yang pertama. Minggu lalu Nando hampir tiga kali bertandang kemari tanpa sepengetahuan siapa pun. Tentunya mengajak Arana saling berbagi kehangatan Kegiatan yang selalu membakar gairahnya sebagai pria dewasa.

Dengan dalih mengadakan meeting di tempat yang sama Nando bebas keluar masuk kamar hotel Arana. Dia mendapat akses kunci kamar sang adik dari temannya yang merupakan pemilik hotel berinterior klasik modern ini.

Bahkan, tidak ada satu pun guru atau teman-teman Arana yang tahu kalau dia bermalam di kamar bernomor 2828.

Jelas pria licik seperti putra tunggal Miranda ini sudah men-setting sedemikian rupa agar keinginannya tercapai.

Sama seperti malam ini, setelah puas membuat Arana menjerit kenikmatan,
keesokan paginya Nando telah meninggalkan kamar berukuran tiga kali tiga meter tersebut. Dia juga memaksa Arana untuk membersihkan tubuhnya supaya tidak ada satu orang pun yang curiga.

Kini dia sudah berada di rumahnya selepas menyalurkan hasrat yang kerap kali meledak-ledak itu. Saat turun dari mobil seorang penjaga keamanan yang baru saja dia pekerjaan datang menghampiri.

"Ada apa?" tanya Nando spontan. Suasana hatinya sedang baik-baik saja maka dia yang inisiatif bertanya lebih dulu.

"Ada anak remaja yang tadi datang ke sini, Tuan. Dia bilang mau ketemu dengan Non Arana. Dia juga bingung melihat saya yang berjaga di gerbang bukan satpam yang biasanya," jelas anak buahnya melapor. Sudah tanggung jawab pria ini untuk melaporkan siapa saja yang hendak berkunjung ke rumahnya.

"Gadis berparas Tionghoa yang pernah saya tunjukkan fotonya sama kamu? Orang yang paling saya larang untuk masuk ke sini?" Si penjaga itu mengangguk. Mendengar informasi tersebut Nando tersenyum tipis karena sudah menduganya.

Siapa lagi yang begitu getol menemui Arana dan seperhatian ini kepada kondisi adik tirinya selain Grizzel Anastasia.

"Dia juga bilang kalau sudah lama bersahabat dengan Non Arana. Jadi, seharusnya dia boleh masuk ke sini. Tapi, dia tetap tidak saya izinkan masuk sesuai perintah Tuan."

Nando semakin merekahkan senyumnya mendengar fakta tersebut. Bagus! Dia sangat puas dengan kinerja pegawai barunya ini.

"Yasudah, kamu boleh pergi. Dan tetap awasi siapa pun yang bertamu ke rumah ini. Kalau ada sesuatu yang aneh langsung laporkan ke saya," titah Nando mengusir penjaga keamanan baru di rumahnya.

Arnando Delicio menelurkan tawa renyahnya. Mengetahui gadis tengik itu tidak akan pernah lagi bertemu dengan Arana.

"Mau sekeras apa pun kamu mencoba, Grizzel, sekeras itu juga saya menutup akses untuk kamu menemui serta mengetahui kondisi Arana," ujar Nando senang menyadari langkahnya sudah benar dalam menjauhkan gadis sialan itu dari kehidupan adik tirinya.

Tanpa bisa dia prediksi, gadis cerdik itu sudah berdiri di depan gedung hotel, tempat Arana menginap.

****



















Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang