Bagian 25

1.9K 30 7
                                    

Matahari masih malu-malu menunjukkan wujudnya. Tepat di bawah dahan mangga yang berdiri kokoh terlihat sepasang anak manusia sedang berjongkok di depan sekarung tanah humus yang telah berhamburan keluar isinya.

Begitu telaten dia menggemburkan tanah yang semula padat. Sekop kecil yang berada di tangan jadi alat bantu Arana kali ini. Dia tampak fokus mengerjakan bagiannya. Gadis itu tidak mempedulikan sesosok pria yang sibuk mengisi sebuah polybag dengan tanah.

Siapa lagi kalau bukan Arnando Delicio, kakak tersayangnya. Entah ide darimana pria itu datang lalu bergegas menyingsingkan lengan bajunya, siap membantu sang tuan putri, yang pasti Arana tidak peduli.
Dia enggan ambil pusing atas kemunculan Nando yang begitu tiba-tiba.

Arana harap acara berkebun kali ini jangan sampai diisi oleh perdebatan. Gadis berkaos ungu tersebut ingin menikmati setiap menit dan detik dari kegiatan yang sudah dia rancang beberapa hari lalu.

Jangan kalian kira Arana adalah tipikal gadis manja yang semua kebutuhannya sudah tersedia, dengan sekali menepukkan tangan maka pelayan pun datang. Tentu tidak begitu. Setya betul-betul mendidik Arana menjadi perempuan mandiri yang tangguh. Selain itu dia memang suka sekali bermain kotor-kotoran.

Bukan cuma Arana tapi Grizzel juga. Cewek hyper aktif itu gemar bermain ke spot-spot berunsur air. Jiwa petualangannya akan muncul ke permukaan seperti tarzan. Seringkali sungai atau pantai jadi tempat destinasi liburan mereka semasa SMP.

Arana menyeka keringat sebesar biji jagung yang mengalir deras di dahi. Dia gunakan lengan lantaran tangan yang dilapisi sarung tangan itu telah kotor dipenuhi tanah. Meski lelah, gadis penyuka ilmu sains tersebut sangat menikmati aktivitasny.

Sama seperti Nando yang kelihatan fokus menakar tanah dan pupuk agar pertumbuhan mawar putih ini sehat. Walau bertampang datar dapat dipastikan Nando senang membantu adiknya.

Dia merasa Arana tidak terlalu pintar dalam memperhitungkan takaran tanah serta pupuk yang mesti digunakan. Tidak cukup sampai disitu, gebetan Khalil tersebut belum cakap memperkirakan berapa senti mawar ini mesti ditanam ke tanah. Sebagai lulusan pertanian patut saja bila Arnando Setiadji begitu jumawa.

Tanah yang telah Arana gemburkan tadi telah sembilan puluh persen berpindah ke polybag dan pot. Mengambil inisiatif sendiri, Arana memundurkan badannya ke belakang.

Dia membungkukan badan sembilan puluh derajat hendak mengangkat karung yang di di sana agar lebih dekat tempat mereka jongkok tadi agar lebih mudah saat dipindahkan ke polybag, akan tetapi seberapa kuatlah tenaga remaja belasan tahun ini saat hendak mengangkat sepuluh kilo tanah humus yang baru Miranda pesan kemarin.

Suara decakan lidah terdengar dari mulut Nando. Terpaksa pria berkaos hitam lengan panjang itu berdiri dan menghampiri Arana yang nampak akan limbung ke samping kala membawa karung goni itu.

"Kalau butuh bantuan itu bilang. Jangan sok-sok kuat padahal baru lima menit aja udah ngos-ngosan," ucap Nando agak nyelekit. Arana mengerutkan dahi, apa-apaan kakaknya ini? Tidak bisakah mulutnya mingkem sebentar saja.

Saat Arana mulai menggerutu dalam hati, Nando sudah berhasil mengambil alih si karung dari tangan adiknya. Tidak butuh waktu lama karung tersebut sudah mendarat di permukaan rerumputan.

Arana mendekat kala sebuah cutter menyobek permukaan karung tanah. Tubuh ramping tersebut kembali berjongkok. Dengan bantuan sekop, Arana kembali menggemburkan tanah yang agak padat lalu membuang beberapa kerikil yang terselip di sana.

Tahu Nando akan mengambil alih mengisi pot-pot itu, Arana berinisiatif mengambil tangkai mawar yang dia tidurkan beralaskan karung bekas tanah barusan.

Namun, tatkala memegang batang si bunga, duri yang terdapat di sana menggores jari Arana. Belum cukup sampai di situ, tubuhnya nyaris tersungkur ke samping dan lengannyalah yang jadi sasaran duri mawar itu.

Sontak tangan Arana memerah disertai luka yang menetes. Melihat Arana meringis pedih, si kakak langsung menghampiri Arana.

"Dasar ceroboh." Walau berkata demikian, Nando meraih lengan Arana. Mulutnya meniupi luka gores itu. Nando kembali lagi setelah mengambil kotak P3K untuk mengobati tangan Arana.

Miranda yang disuguhi pemandangan manis ini tersenyum kecil. Dia bahagia menyaksikan kedua objek yang tengah berjongkok di sana. Meski tidak dapat mendengar percakapan mereka, Miranda sangat mudah menebak apa yang terjadi.

Gak nyangka mereka udah sedewasa ini, batin Miranda terharu. Miranda sedikit tenang karena keputusannya dan sang suami untuk memberi setengah tanggung jawab Arana kepada Nando, putra sulung mereka.

****

Holla! Aku update lagi. Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini ke teman kamu kalau suka dengan Brother Or Lovers.

Yang mau berkunjung ke Karyakarsa boleh banget lho ya. Udah sampai bagian 30 di sana

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang