Bagian 55

481 14 0
                                    

Rasanya sakit sekali mengetahui bahwa Khalil-lah sumber dari gosip jahat tersebut. Tatapan-tatapan sinis dari orang lain mulai dia terima. Mereka seakan-akan percaya Arana adalah perempuan kotor yang secara sukarela melemparkan tubuhnya kepada sang kakak.

Tanpa sedikit pun mereka berpikir dialah korbannya. Bahkan, untuk sekedar menanyakan kebenaran dari rumor itu saja mereka enggan.

Namun, dengan lancangnya mereka membicarakan hal-hal buruk tentang Arana. Siapa pun pasti akan terkejut bila mendengar kebenaran dari mulutnya.

Tentang pelecehan yang dia terima, rasa takut yang selalu Nando berikan serta ancaman yang acapkali pria dewasa itu jadikan senjata untuk membuat Arana tunduk.

Arana diperlakukan persis seperti seorang pelacur yang telah Arnando Delicio bayar. Jika sang kakak menginginkannya untuk telanjang maka Arana harus mau melakukannya. Sedikit saja dia menolak serentetan hukuman akan tubuh gadis muda itu terima.

Pada akhirnya Arana cuma bisa mengeluarkan lelehan air matanya. Dirinya sudah lama terkurung di dalam sangkar emas yang Nando sengaja ciptakan. Kemewahan serta kenyamanan hidup yang dia dapatkan selama ini cuma kamuflase belaka.

Seumur hidup Nando tidak akan pernah membiarkan anak kandung Setya dapat hidup tenang. Sebisa mungkin dia akan
mengikat kaki Arana Swephira menggunakan rantai tak kasat mata yang dapat seratus persen mengekang kebebasan remaja belia tersebut.

Nando sampai menyumbangkan sedikit uangnya kepada sekolah Arana demi
memuluskan rencananya.

Memutar segala ingatan buruk tersebut Arana sama sekali tidak sadar telah melamun. Grizzel yang duduk di sebelahnya mencoba menarik sang teman ke kenyataan.

Buru-buru Arana menutup buku diary tersebut. Takut Grizzel mengetahui apa yang sudah dia tulis di buku ini.

"Ran, kau gak kenapa-napa kan? Kau nangis ya tadi?" todong Grizzel saat tidak sengaja melihat lelehan air mata menetes di pipi Arana.

Grizzel langsung memeluk Arana kuat-kuat. Dia juga bisa merasakan rasa sakit itu. Meski bukan rasa sakit karena rumor inilah yang membuatnya terluka. Dia kecewa kepada Khalil, tapi rasa sakit tersebut tidak lebih besar dibandingkan saat Nando memperlakukannya serupa hewan peliharaan.

Rasa cinta yang penerus Phalma Grup itu berikan bagai tusukan pisau yang menggores batinnya hingga tanpa kedua remaja itu sadari mungkin inilah pelukan terakhir di antara mereka karena Nando takkan pernah membiarkan si adik tiri dekat dengan siapa pun.

***

"Jadi, ayah dan ibu akan menetap lama di Palembang?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Nando. Di ruang tamu mereka berkumpul, duduk berhadap-hadapan setelah sekian lama tidak berjumpa.

Kesibukan kedua orangtuanya mengurus bisnis di Palembang menyebabkan mereka mau tidak mau meninggalkan putra serta putrinya.

"Ya, kamu benar. Rencananya Ayah dan Ibu akan menetap setahun atau dua tahun di Palembang. Sayang kalau perkebunan kelapa kita kurang terurus di sana," jelas Setya panjang lebar menjawab pertanyaan anak tirinya.

Arana meremas ujung dress rumahannya ketika mendengar penjelasan Setya.
Ketakutan di matanya terlihat kian jelas. Pasti sebentar lagi nasibnya akan jauh lebih buruk dari ini. Orangtuanya secara sukarela akan memberikan tanggung jawab rumah kepada Nando. Anak sulung yang begitu mereka percayai.

Arana sampai berdoa kepada Tuhan supaya membatalkan rencana kepergian mereka. Berbagai memori menyakitkan itu kembali bolak-balik berkeliaran di kepala Arana. Mengingatkannya untuk selalu waspada.

"Tolong jaga rumah ini ya, Nak. Kalau ada masalah tolong hubungi kami." Itu Miranda yang bicara. Suara lembutnya kembali mengisi rumah besar mereka.

Selesai sudah kewajiban mereka memberitahu hal tersebut ke Arana serta Nando. Meski berat, kepindahan mereka ke Palembang mutlak tidak bisa diganggu gugat.

Dalam diam Nando menarik sudut bibirnya. Aura psikopatnya muncul. Ini saatnya dia bersenang-senang. Tidak ada lagi orang yang mampu menyudahi segala kegilaan yang hendak dia perbuat. Khusus untuk Arana saja.

Semua dimulai saat Grizzel mulai menghubungi. Ponsel yang menampilkan nama sahabat karib Arana itu berdering keras sekali ketika dia sedang asyik mencumbui Arana.

Tak ingin hal yang sama terulang, dia sampai membuang ponsel Arana entah dimana lalu melepas kartu sim di telepon seluler tersebut supaya tidak ada satu pun orang yang dapat menghubungi Arana.

Kegilaan selanjutnya yang Nando lakukan adalah mengajak Arana bercinta dimana pun tanpa mengenal tempat. Dia juga sudah berani meliburkan para pekerja di rumah ini dengan puluhan alasan paling masuk akal.

Sepinya hunian berlantai dua ini menyebabkan Nando dapat berbuat apa saja ke adik tiri tersayangnya. Terutama ketika dia sedang turn-on.

Dirinya bahkan enggan membiarkan Arana keluar kamar. Nando tetap menyalurkan hasratnya walau si adik tiri sudah lemas tidak berdaya. Mau melawan pun rasanya sulit karena tidak ada yang bisa menolong Arana keluar dari neraka berbentuk Arnando Delicio.

Apabila terus melakukan ini Nando
bisa menyiksa Arana sampai mati.

"Terimakasih sudah menjadi gadis yang patuh, sayang. Kakak semakin mencintai kamu." Nando menggendong Arana seperti seorang pengantin. Perlahan dia keluar dari area kolam berenang tempat mereka saling menyalurkan hasrat satu sama lain.

Senyumnya semakin melengkung lebar ketika tak sengaja menatap linggerie merah yang sudah tak berbentuk itu. Linggerie yang beberapa minggu lalu khusus dia beli untuk perempuan kesayangannya.

Sejak ketiadaan orangtua mereka di rumah, Nando kian bebas memperlakukan Arana bagai pelacur pribadinya. Sedikit demi sedikit wishlist balas dendamnya mulai terpenuhi.

Salahkan saja Miranda yang membawa gadis kecil dan ayahnya itu ke dalam rumah mereka. Sungguh Nando sangat membenci orang asing masuk ke dalam kehidupannya.

*****










Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang