Bagian 36

1.1K 15 0
                                    

Tumpukan berkas memenuhi hampir separuh permukaan meja. Dering telepon tak hentinya berbunyi sejak setengah jam lalu. Semua orang kelihatan sibuk di kubikelnya masing-masing. Hartanto selaku wakil direktur pun tidak bisa berdiam diri. Mulutnya sedari tadi sibuk mengoceh via telepon, menyakinkan para investor kalau berita penggelapan dana yang dilakukan mantan karyawannya tidaklah benar.

Entah siapa yang menyebarkan rumor tidak berdasar itu padahal kasus penggelapan dana yang terjadi beberapa bulan lalu hanya merugikan kas perusahaan sebesar 1 Miliar saja. Itu pun sudah selesai dibereskan oleh tim terkait.

Imbas dari rumor tersebut mengakibatkan saham Palma terjun payung
di angka 10,5 persen yang pastinya membuat kepercayaan para investor hilang Terlebih jika mereka menarik seluruh investasinya. Kemungkinan bangkrut bisa saja terjadi.

Entah ini yang dinamakan karma atau bukan yang jelas Nando sebagai CEO sangat tidak senang mendengarnya. Ekspresi dingin nan datar terus saja dia perlihatkan, sampai-sampai setengah makhluk di kantor ini tidak ada yang berani menatap wajahnya.

Untuk saat ini kekejaman Nando mungkin akan menyamai Hitler. Terlihat dari masalah yang timbul sekarang.

Mau taruh dimana mukanya sekarang?
Kredibilitasnya sebagai seorang CEO sekaligus pemilik pasti akan diragukan. Sungguh rumor sialan itu membuatnya jengkel.

Semua orang yang pria dua puluh sembilan tahun itu lewati cuma bisa menunduk dalam. Hartanto pun tidak berkutik apa-apa, terlebih membela diri.

"Saham anjlok, kepercayaan investor hilang, orang luar jadi tahu masalah internal perusahaan. Ini cara kerja lulusan kampus elit? Benar-benar gak becus kayak sampah," tukas Nando melempar ponselnya ke dinding. Pecahan LCD benda mahal tersebut lantas berhamburan kemana-mana. Emosinya benar-benar meledak detik itu juga.

Semua stafnya terkejut bukan main. Baru kali ini mereka menyaksikan sang bos murka tak terkendali, sementara Nando sudah tidak peduli lagi tanggapan karyawannya. Dia sudah muak dengan masalah ini.

"Kenapa diam? Merasa jadi paling oon sekarang. Nyesal saya mempekerjakan sampah masyarakat gak berguna kayak lain," lanjutnya lebih tajam. Luapan emosinya akan berlanjut jika saja sang sekretaris tidak mengode kalau para investor mereka undang untuk rapat sudah pada datang.

Terpaksa Nando mengakhiri acara memakinya. Dia berjalan melewati para pecundang yang sialnya adalah stafnya sendiri.

"Arya tolong hubungi awak media, bilang ke mereka untuk blacklist semua berita yang membawa-bawa nama Palma. Kalau mereka gak bersedia, sogok aja dengan cara apa pun. Saya gak peduli itu media lokal atau pun nasional," titah Nando kepada Arya sekretarisnya sebelum memasuki ruang rapat.

Apa pun yang terjadi di dalam akan dia pastikan semua orang berpihak padanya. Terhipnotis dengan kalimat persuasifnya yang begitu menyakinkan. Kalau perlu siapa pun yang menghalangi jalannya akan dia singkirkan. Sungguh tidak akan Nando biarkan rumor sialan ini memengaruhi Palma. Apalagi sampai merusak kerja keras ayahnya di masa lalu.

****

Holla, aku update lagi. Jangan lupa vote, komen dan share ya. Thanks.

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang