Bagian 11

3.2K 52 4
                                    

Arana semakin merapatkan selimut yang mendekap tubuh kurusnya. Aroma hujan di luar sana kian tercium bersama udara dingin yang menusuk tulang. Sudah lebih dari lima jam perempuan ayu tersebut mengurung diri di kamar, menunggu hujan berhenti lalu melakukan aktifitas favoritnya.

Apalagi kalau bukan membolak-balik halaman buku sembari duduk menikmati pemandangan dari ayunan besi yang terletak di pekarangan belakang.

Namun, sepertinya keinginan itu harus pupus sebab cuaca yang tidak mendukung. Sekarang hanya langit-langit kamar yang bisa dia pandangi.

Suasana rumah memang selalu terasa sepi begini walau Setya dan Miranda baru saja kembali dari luar. Sudah pasti sepasang sejoli itu sedang mengistirahatkan diri di kamar atau menghabiskan waktu berdua setelah lelah bekerja.

Demi membunuh rasa bosan, Arana mencoba menutup mata. Mungkin dengan terlelap, waktu akan berlalu lebih cepat. Sialnya wajah tersebut malah muncul, mengacaukan ketenangan yang coba Arana rangkai selama ini. Belum puas membuat rasa bersalahnya muncul kini sosok itu hadir saat dia ingin meleburkan diri ke alam mimpi.

Lebih bodohnya lagi, otak Arana justru bertanya-tanya sedang apa sang kakak di sana. Mungkinkah dia makan dengan baik? Kalau tidak ingat betapa kejamnya mulut makhluk tuhan satu itu mungkin dengan senang hati dia menghubungi duluan untuk saling bertukar kabar, tapi biarlah seperti ini. Arana enggan repot-repot memancing singa kelaparan bangun dari tidurnya.

Grizzel pun entah kemana rimbanya. Kehadiran anak manja itu mirip sinyal sebuah operator. Hilang timbul tak menentu. Bila sosial media temannya aktif kemungkinan besar Arana takkan sejenuh ini menanti sinar matahari menerpa selepas bumi menghentikan tangisnya.

Buangan napas lelahnya spontan mengudara. Sejujurnya, Arana benci terjebak di situasi begini walau seorang introvert sejati rasanya tetap letih juga hanya tidur-tiduran di ranjang. Mencoba berbagai rumus dan menemukan jawaban dari sebuah soal pun telah dia lakukan. Lalu sekarang apa lagi?

"Gak kebayang sekacau apa rutinitas orang-orang ketika dikarantina karena wabah atau bencana alam. Bahkan ketemu orang lain aja gak bisa," ungkap Arana menyamakan keadaannya detik ini.

Ketika garis pandang Arana tidak sengaja menatap jam, senyuman tipisnya mengulas. "Udah jam tiga tapi hujan gak mau berhenti juga," keluh Arana sudah berdiri di depan jendela. Lihatlah sekarang sekumpulan kilat di langit pun telah menyambarkan petirnya.

Gorden kamar yang telah tersingkap menampilkan ribuan rintik hujan yang menghantam permukaan kaca jendela, mengaburkan pemandangan di luar sana.

Seolah-olah mendengar suara hati Arana yang menjerit kebosanan, denting notifikasi di ponsel membuyarkan lamunan putri tunggal rumah ini. Benda pintar yang tergeletak nelangsa di ranjang kontan kelima jarinya raih. Sudah tiga jam lebih ponsel keluaran Korea tersebut tidak disentuh sang tuan.

Grizzel Anastasia
Hayo ... Kau lagi rindu samaku kan? Sampai spam chat gitu? Jujur, aja hehe .... 😆😎

Bokong tanpa lemak itu mendarat di pinggir ranjang, membaca rentetan kalimat yang Grizzel kirimkan atas pesannya beberapa waktu lalu. Secepat mungkin jarinya mengetikan balasan.

Arana Swephira
Sok tahu 😂

Tawa Arana sontak menyembur. Mengobrol dengan Grizzel adalah mood booster terbaiknya. Cewek chindo itu tahu bagaimana menghibur orang lain. Kepribadiannya yang ceria dan ramai khas seorang ekstrovert garis keras. Bisa jadi di seberang sana Grizzel tengah terbahak-bahak.

Grizzel Anastasia
Tahulah. Aku kan cenayang. Anak dari Mama Lemon gitu lho.

Lihat kan, jawaban absurd yang justru Grizzel selipkan di obrolan mereka. Perlahan suasana hatinya membaik. Padahal tadi agak uring-uringan terkurung di kamar dalam kondisi hujan dan petir begini.

Arana Swephira
Anak Mama Lemon gak tuh. Kirain anak Mama Laurence 🙈😂

Grizzel Anastasia
Heh, pamali ngomongin orang yang udah meninggal. Aku anak Mama Lemon aja, bersih seperti tanpa kaca 😆😉

Arana Swephira
Hahaha .... Gak nyambung, Zel 🙄🤨

Obrolan ngalor-ngidul tersebut mengalir entah kemana-mana. Dipo yang saban hari Grizzel nistakan hingga coklat pemberian Canoy lantas mewarnai percakapan mereka.

Walaupun sudah lewat beberapa waktu yang lalu rasa si coklat masih terngiang-ngiang di lidah setengah munafiknya. Semula Grizzel bilang tidak akan banyak-banyak menyantapnya tapi bukti di lapangan justru menafsirkan seberapa rakusnya Grizzel.

Arana jelas tergelak, menunjukkan seberapa manis lesung pipi yang mengulas tersebut. Ponsel android gadis itu ramai seperti pasar malam. Grizzel dan kehebohannya memang tiada dua.

Pantas banyak orang yang mau berteman dengan putri sematawayang Luhan Adi Wijaya dan Meylira Tan ini. Namun, Aranalah yang dia pilih sebagai teman akrab. Grizzel bilang lebih enak mempunyai satu sahabat daripada banyak teman dekat yang nyatanya suka menusuk dari belakang.

Rasanya jauh lebih sakit, maka dari itu persahabatan dua remaja ini bertahan sampai sekarang. Di mulai saat mereka masih jadi remaja kinyis-kinyis yang menggunakan seragam putih-dongker.

Arana Swephira 
Enaknya mendung-mendung gini makan apa ya, Zel?

Grizzel Anastasia
Baksolah. Masa' makan darah nyamuk.

Arana menggelengkan kepalanya. Ah, bosan sekali, setiap ditanya, pasti jawaban Grizzel selalu merujuk ke bakso. Secinta itukah dia dengan bakso?

Status 'typing' lantas terlihat tatkala Arana mengetikan balasannya. Jelas dia bakal menolak pilihan Grizzel yang kurang bervariasi itu.

Arana Swephira
Bosennn ....

Sedetik kemudian datanglah balasan dari teman akrabnya tersebut.

Grizzel Anastasia
Udah makan darah nyamuk aja yang paling benar.

Arana Swephira
Pengen makan Lakse Kuah ... Kira-kira di Pekanbaru ada jual gak ya?

Akhirnya Arana mengungkapkan keinginannya. Lidahnya itu bergetar kala membayangkan rasa gurih bercampur pedas dari lembutnya mie sagu yang terendam kuah santan.

Kok jatuhnya seperti orang mengidam ya? Terkadang cacing di perut Arana memang sedikit menyusahkan

Grizzel Anastasia 
Oh, syulit itu, syulit. Itu makanan khas Batam cok! Kalau pun ada yang jual, gak seenak aslinya.

Harapan Arana dipatahkan Grizzel dalam sekejap mata. Liurnya nyaris menetes membayangkan makanan hangat tersebut memuaskan lambungnya. Arana jelas sadar belum ada yang bisa menandingi cita rasa asli masakan Kepulauan Riau itu.

Waktu pertama memakannya saja Arana masih SMP. Itu pun ketika keluarganya berlibur ke Batam tepat sebelum hendak menyebrang ke Singapura menggunakan kapal ferri.

Arana Swephira
Yah:)

Grizzel mengirim delapan emot ketawa, tanda menyanyangkan nasib Arana yang terlanjur menyedihkan. Contoh dong dia. Gemar makan bakso dan tidak sulit menemukan warung makanan berkuah bening itu dimana pun.

Asal punya duit, perut pun aman sentosa.

Setengah jam berlalu dari pembahasan lakse kuah, tidak terasa jam telah menunjukkan pukul enam sore. Arana yang saat itu kehausan kontan meninggalkan ponselnya dalam keadaan menyala. Tentu selepas berpamitan ke Grizzel.

Keluar dari kamar, suasana yang tertangkap di biji matanya masih sama seperti tadi. Bahkan, Bu Siti asisten rumah tangga di kediaman mewah ini tak kunjung menampilkan batang hidungnya.

Dengan langkah santai Arana menjamaah dapur yang terletak di arah barat. Keasyikan mengobrol di Whatsapp bersama Grizzel membuat Arana tidak sadar kerongkongannya mengering.

Dan sesampainya di dapur, betapa terbelalaknya mata Arana melihat semangkok lakse kuah telah menyamankan dirinya di atas meja. Namun, Arana tidak yakin ini cuma kebetulan semata. 

Entah kenapa feelingnya justru berkata lain .…

***

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang