Bagian 7

3.6K 78 1
                                    

Pantulan cahaya rembulan membayang indah di permukaan kolam berenang. Langit kelihatan terang benderang malam ini. Sunyi senyapnya keadaan sekitar memberi sedikit ketenangan pada gadis yang sedang menekukan lututnya sekaligus menengadah ke atas, menikmati embusan angin yang terus menerpa permukaan wajahnya. Rambut panjang dan berkilau itu sedikit banyaknya ikut mengibar.

Kini kepalanya sibuk memikirkan hal lain, mempertanyakan setiap asumsi yang bersarang di otak. Jujur, Arana cukup terusik dengan kejadian selama seminggu belakangan, dimana sikap aneh Nando terus mengisi seluruh ruang di kepalanya.
Kalian pasti sangat paham bagaimana kalutnya seseorang kala orang terdekat mereka tiba-tiba bersikap aneh tanpa sebab.

Bingung bercampur tanda tanya besar kian mengejar perempuan cantik itu. Mulai dari mencium puncak kepalanya, menaruh perhatian berlebih hingga menatap Arana dalam-dalam. Andai, Arana seorang cenayang sungguh dia pasti sangat mudah menguak tabir dalam hati sang kakak.

"Kadang menerka isi hati orang lebih sulit daripada mengerjakan soal matematika," keluh Arana sangat terbebani, jika diberi kesempatan memutar waktu, cewek introvert itu ingin tinggal di masa lalu.

Sikap Nando jauh lebih baik ketika dia kecil. Perhatiannya pun tidak terlalu berlebihan. Terkesan hangat dan sangat melindungi. Itulah yang Arana sukai.

Arana akui Nando sangat menyebalkan akhir-akhir ini meski begitu segala tentang sang kakak selalu bersarang di kepalanya. Memuakkan sekali memang. Mau menjauh sekali pun, bayang-bayang Nando tetap tidak mau enyah. Arana semakin mengeratkan pelukan di lututnya. Tempurung kepalanya menelungkup di sana.

"Terlalu lama di luar bisa menyebabkan hipotermia," ucap seseorang menegakkan kepala Arana. Wajah ayu gadis kelahiran 2006 tersebut terlihat agak letih kala bersitatap dengan kakak tiri tercintanya.

Sekian lama terkesiap barulah Arana sadar untuk membalas ucapan menjengkelkan Nando. "Aku cuma sebentar di sini, Kak. Lagipula, cuacanya gak terlalu dingin. Kakak gak perlu khawatir, buktinya aku masih anteng-anteng aja kan?" Sarkas Arana untuk pertama kalinya membalas ucapan sok tahu Nando.

Kontan smirk devil manusia sok perhatian ini timbul. Agaknya dia kaget mengetahui keberanian Arana yang satu itu. Ternyata adiknya ini sudah pandai beradu argumen. Nando kagum, tapi dia tidak senang akan hal itu.

"Kakak salut dengan jawaban kamu, tapi kenapa mulut kamu malah terkunci rapat ketika dinasehati di meja makan waktu itu?" Konfrontasi pria dua puluh sembilan tahun tersebut mempertanyakan ketidakonsistenan adiknya. Semenakutkan itukah Setya di mata Arana?

Orang yang Nando intimidasi langsung terdiam. Tentu jawaban dari pertanyaan Nando barusan adalah karena dia begitu menghormati ayahnya lalu apa bedanya dengan pria kedua paling penting di rumah megah ini? Dia memberitahu Arana  tidak baik berlama-lama di luar. Tepat di momen ini Arana dibuat mati kutu. Sulit bagi lidahnya membalas kata-kata menusuk orang lain.

"Pasti kamu mau bilang, kalau Ayah adalah orang yang harus dihormati kan? Terus apa bedanya dengan kakak? Kakak melarang kamu karena ada tujuannya. Jujur, Kakak lebih suka Arana yang penurut daripada Arana yang seperti tadi," ungkap Nando sambil melipat tangan di dada, menyorot tatapan tajam ke netra hitam lawan bicaranya. "Karena patuhnya seseorang itu emas," sambung Nando sebelum benar-benar meninggalkan Arana sendirian.

***

Holla! Aku update lagi. Maaf ya bab ini agak pendek. Jangan lupa tinggalkan vote dan komen.

Share cerita ini ke teman kamu kalau suka sama Brother Or Lovers.

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang