Bagian 41

2K 36 4
                                    

Holla! Aku comeback lagi. Maaf ya kelamaan updatenya 🙏

Tangis Arana semakin menjadi-jadi. Bola matanya seolah tiada lelah mengeluarkan air mata, sedangkan Nando masih betah berdiri di samping ranjang sang adik dengan napas yang berderu kacau.

Jantungnya serasa lepas dari tempatnya tatkala menyaksikan percobaan bunuh diri yang Arana lakukan. Berani sekali gadis ini mengakhir hidupnya! Dia pikir dia siapa! Hanya Nandolah pemilik raga serta nyawa gadis itu.

Namun, keadaan itu berlangsung dua jam yang lalu. Sekarang Arana kembali ke mode diam dengan tatapan kosongnya dan Nando terlihat anteng mengobati luka-luka di tubuh adiknya. Tatapan teduhnya sama sekali tidak Arana gubris.

"Jangan lakukan itu lagi. Kamu sama sekali gak berhak mengakhiri hidup. Tubuh dan juga nyawa kamu sepenuhnya milik kakak," ucap Nando dengan suara beratnya. Nada bicara pria dua puluh sembilan tahun tersebut kentara sekali mendominasi.

Arana tertawa miris. Sebejat inikah sosok asli laki-laki yang sudah dia anggap seperti kakak kandung?

"Kamu dilarang marah. Kan kamu duluan yang membangunkan sisi iblis yang udah lama teridur di dalam diri kakak."

Setelah mewanti-wanti Arana dengan sederet kalimat persuasif lantas Nando menyingkap kain yang menutupi tubuh adiknya. Terlihat beberapa luka memenuhi sekujur pangkal paha dan punggung putri kandung Setya ini. 

Masih memiliki sedikit rasa iba, Nando berdecak lalu mengambil salep di laci yang tidak jauh dari tempat mereka duduk. Bak seorang dokter pria dua puluh sembilan tahun ini telaten mengolesinya ke tubuh Arana.

Arana yang sudah terlalu hancur akibat perbuatan Nando cuma bisa bergeming. Tubuhnya membeku kaku bak mayat hidup yang sedang terbaring di atas kasur.

Sejuknya salep tersebut menembus tepat di permukaan kulit mulusnya. Saat obat berbentuk gel ini menyentuh lukanya rasa perih tersebut kembali mencuat.

"Kakak harap kamu gak bakal melakukan kebodohan yang sama di masa depan atau kamu pikir dengan mati, kehidupan kamu akan baik-baik aja? Jangan berkhayal terlalu jauh. Kakak pastikan hidup kamu lebih sengsara lagi dari ini." Nando membisikan kata-kata tersebut ke telinga Arana. Satu jarinya pun mengusap pangkal paha si pemilik nama belakang Swephira itu sensual.

Sentuhannya pun terkesan sangat lembut dan berhati-hati. Seakan-akan dia memperlakukan Arana seperti Vas yang bisa kapan saja pecah lalu hancur berkeping-keping. Meski begitu sifat mendominasinya enggan lenyap juga di kondisi seperti ini.

"Asal kamu tahu buat apa kakak harus susah payah ngancam-ngancam dan memperingatkan kamu untuk patuh kalau bukan karena rasa obsesi kakak yang terlalu besar sama kamu, tapi kamu malah membantah dan ngebuat kakak terus marah."

Perkataan Nando yang begitu spontan otomatis memaksa Arana menatap bola mata sehitam jelaga itu. Ekspresi polos yang dia perlihatkan langsung memancing seringai kecil Nando.

"Kenapa? Apa salah kakak terobsesi dengan kamu? Persetan dengan hubungan saudara di antara kita. Kamu cuma adik tiri kakak."

Akhirnya terungkap sudah semua tanda tanya yang bernaung di kepala Arana. Ternyata inilah kenyataan di balik sikap berlebihan seorang Arnando Delicio terhadap dirinya selama ini.

"Dan kakak akan ngelakukan apa pun demi mendapatkan kamu meski harus mengorbankan banyak nyawa sekali pun."

****

Brother Or Lovers [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang