Gemerisik daun yang tersapu angin bercampur jadi satu dengan suara halaman buku yang dibolak-balik. Di bawah pohon mangga saling berjarak satu meter tampak dua sosok remaja berbeda jenis kelamin duduk dan fokus pada bacaan masing-masing. Hilir mudik angin yang berlalu lalang menambah sepoi-sepoi hawa sejuk.
Grizzel yang berada tidak jauh bermain bulu tangkis di lapangan cengengesan ke arah sahabat karibnya. Entah kesenangan atau karena iseng belaka dia mengerlingkan mata nakal. Hatinya terasa berbunga-bunga kala mengingat kilas balik kejadian siang tadi.
Keinginannya terealisasi sesuai rencana. Teringat pula bagaimana lidahnya begitu lancar menjawab setiap kalimat yang Nando tanyakan. Meski terkesan abai, Nando tetap memperbolehkan Grizzel menumpang di mobil padahal supir gadis itu telah menunggu di parkiran.
Grizzel sadar Arana juga malu memiliki teman keras kepala, pecicilan dan tidak tahu diri sepertinya, tapi apa boleh buat dia terlanjur menyukai Nando. Bukan sebagai kekasih tentunya tetapi sebagai kakak. Kalau Nando bisa dibawa pulang sudah dia karungi Kakak Arana itu.
Arana yang masih fokus membaca soal, tidak sadar kalau Grizzel sedari tadi salting brutal. Sikap gentle Nando membuat gadis ber-shio anjing itu mendadak menginginkan seorang Kakak laki-laki. Tidak apalah Kakak angkat dari panti asuhan asal dia bisa merasa bagaimana diratukan sebagai seorang adik. Keinginan yang cukup gila untuk seukuran remaja yang seringkali menonton series bertema sister complex.
Siulan Grizzel bertambah keras. Mode cari perhatiannya makin menjadi-jadi setelah Khalil mengangkat kepala sekaligus bokongnya hendak mendekati sang sahabat yang kelihatan asyik mencoret-coretkan sesuatu ke buku.
Tiga menit lalu dia salah tingkah akan perilaku Nando dan sekarang gara-gara Khalil yang kelihatan menunjukkan perhatian kecilnya. Cowok setinggi seratus enam puluh senti tersebut menepuk bangku di sebelah Arana, telapak tangannya membersihkan debu yang menempel di sana.
Tertangkap pula percakapan singkat mereka. "Ran, pindah ke sini aja. Itu bangkunya rada berkarat takutnya nempel di rok atau baju kamu," ungkap Khalil menjelaskan maksud dan tujuan sebenarnya.
Arana mengangkat kepalanya. Setelah tiga detik memproses ucapan Khalil, dia pun pindah ke sebelah.
"Makasih, Lil."
"Bu Carla belum datang ya?" Khalil mengedarkan pandangannya ke sepenjuru halaman, seolah mencari keberadaan guru pembimbing olimpiade gadis pujaanya. "Aku kira tadi kamu udah sama Bu Carla, jadi gak berani ngedekat buat ngasih ini."
Tatapan Arana terpaku ke secarik kertas di selipan jari-jari Khalil. Dia mengerutkan kening heran. "Kayaknya belum. Soalnya beliau bilang bakal telat beberapa menit"
"Ini salah satu pembahasan yang pernah dikerjakan Kak Irene pas ikut olimpiade tahun lalu. Siapa tahu berguna buat kamu. Semalam kan baru beberapa soal. Terus pembahasannya juga kurang lengkap," jelas Khalil menangkap raut kebingungan gadis berkuncir satu ini.
Modus terbaik orang jenius mendekati gebetan adalah mengajak mereka belajar bersama atau memberikan segudang pembahasan soal. Taktik yang terbilang jitu dan sangat ampuh. Terbukti dari obrolan panjang berhasil sepasang anak manusia ini rangkai.
"Ya ampun, Lil. Makasih ya. Dari semalam kertas yang kamu kasih ngebantu aku banget." Netra hitamnya berbinar terang. Khalil merasa sangat puas. Usahanya tidak sia-sia memohon kepada Irene.
"Sama-sama. Sebagai manusia harusnya kita saling tolong-menolong kan?" Ulasan senyum cowok jenius ini terkembang sempurna. Dia gembira bukan main bisa menatap wajah cantik Arana dari dan menangkap kebahagian dari matanya.
Ulasan senyum cowok yang bertampang sebelas dua belas dengan nobita tersebut menggambarkan betapa dia gembira.
Akhirnya kepala dua remaja itu menunduk. Mereka terlihat asyik berdiskusi satu sama lain. Tak ada yang merasa paling pintar atau semacamnya sebab mereka saling mengoreksi. Khalil yang mewakili sekolah sebagai peserta olimpiade di bidang matematika begitu klop berbincang dengan si pemegang ranking tiga di kelas secara berturut-turut.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang memperhatikan dari kejauhan. Interaksi sepasang anak Tuhan tersebut menyulut api cemburunya.
"Sepertinya bocah ingusan itu harus diberi pelajaran agar sadar dimana posisinya." Pria itu tersenyum menatap monitor yang ada di hadapannya.
***
Wah, siapa yang ngintai Arana tuh? Makin serem aja 😭
Holla! Makasih udah mampir ke Brother Or Lovers. Jangan lupa pencet bintangnya, komen dan share kalau kalian suka sama cerita ini.
Sampai jumpa di bab berikutnya.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Or Lovers [21+]
Teen FictionDisakiti secara mental nyatanya jauh lebih mengenaskan daripada dilukai secara fisik. Namun, apa bedanya jika Arnando Delicio melakukan keduanya pada Arana. Dia menyakiti gadis itu, membuat mental sang adik jatuh-sejatuh-jatuhnya hanya karena satu k...