29 - The Last Breath 2/2

442 42 2
                                    

saya double up? well lagi mood saja

2 hari berlalu, mama Yudha kini sudah memperlakukan Yudha dengan baik dan penuh perhatian. Ia tak lagi memerintah Yudha seperti dahulu dan memperlakukan Yudha seperti saudara-saudarinya.

Namun kondisi itu tak merubah Yudha dari rasa sedih dan kehilangannya. Sehabis pulang sekolah, Yudha terus mengurung dirinya di kamar dan bahkan ia tak makan untuk beberapa hari.

Fera yang selalu menemani Yudha walau pun tak selalu, tapi Fera tetap ada di samping Yudha.

Saat ini Yudha sedang menyendiri di kamarnya, duduk di kasur dengan tatapan kosong dan matanya yang lelah. Ia melihat tangannya yang penuh darah dan kejadian Reva mati tepat di depan matanya masih teriang-iang di pikirannya.

Perasaan rasa bersalah dan kehilangan semakin besar, membuat Yudha hampir gila di buatnya. Yudha meneteskan air matanya kembali dan menunduk dalam.

Beberapa saat kemudian, ia mengusap air matanya dan bangkit dari duduknya. Ia mengambil jaketnya dan pergi keluar kamar.

Kondisi rumahnya sangat sepi saat ini, wajar saja. Karena ini sudah tengah malam dan pasti mereka sedang tertidur. Yudha menutup pintu kamarnya dan pergi menuju pintu keluar.

Yudha pun keluar dari rumah dan berjalan di jalanan yang lumanyan sepi. Kondisi malam saat ini sangatlah dingin dan hanya beberapa toko yang masih buka. Yudha pergi menuju taman yang sering Reva kunjungi dahulu.

Ia duduk di bangku taman dan terdiam sejenak sampai ia menoleh ke arah sampingnya. Entah mengapa Yudha merasa rindu dengan Reva yang ada di sampingnya.

Sampai akhirnya ia menatap langit malam yang di penuhi bintang-bintang.

Yudha tersenyum kecil. "Kamu benar Reva, bintang-bintang itu sangat indah... apa kamu ada di salah satu bintang itu..?"

Yudha terkekeh kecil dan menggelengkan kepalanya. "Apaan sih.."

Yudha kembali terdiam dan terus menatap langit hingga 1 jam terlewatnya. Yudha memutuskan untuk kembali ke rumahnya dan bangkit dari duduknya. Ia berjalan dengan santai sambil memainkan ponselnya.

Sampai akhirnya ia sampai ke rumahnya, namun ia merasa ada yang janggal. Mengapa ada tiang tinggi di depan rumahnya? Sebelumnya Yudha tak pernah melihat tiang itu di depan rumahnya.

Yudha mendongak melihat ke atas dan tampak ada sesuatu di sana. Yudha yang penasaran menyoroti senter kameranya dan matanya terbelalak karena ketakutan dan syok.

Ponselnya hampir terjatuh dan kakinya bergetar hebat. Yudha pun terduduk di tanah dengan ekspresi ketakutan.

"I..itu kepala..? kepala ayah?!" tanya heran Yudha dengan seluruh tubuh bergetar. Yudha menengok ke arah pintu rumahnya dan dengan cepat berlari ke arah pintu dan membukanya perlahan.

Yudha menoleh ke sana kemari dan menghidupkan lampu. "Mama?! Kak Rien?! Kiona?! Fera?!" Yudha memanggil seluruh anggota keluarganya dan pergi menuju kamar mereka.

Kamar yang ia lihat adalah kamar mamanya dan saat Yudha membuka kamar itu, betapa syoknya ia melihat tubuh mamanya terpotong-potong dengan darah yang berceceran kemana-mana.

Yudha hampir muntah di buatnya. "M-mama.." Tubuh Yudha masih bergetar dan ia mengecek kedua kamar kakaknya. Tubuh mereka sama-sama termutilasi dan kepala Kiona sedang di gantung dengan tali di langit-langit.

Yudha mulai ketakutan dan air mata mengalir di pipinya. "A-apa-apaan ini..?" Yudha pun merasa mual dan ingin membungkam mulutnya.

Sampai ia tersadar bahwa kamar adiknya, Fera masih belum ia cek. "FERA!"

Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang