Delicia bersenandung sembari duduk di depan meja makan menunggu seseorang datang. Dan beberapa saat kemudian bel rumah pun berbunyi.
"Oh? Udah dateng ya?!" ucapnya dengan antusias dan bangkit dari duduknya lalu berlari ke depan pintu kemudian membuka pintu.
"MET DATANG!!" sambut Delicia dengan semangat.
"KAKAK!" balas Aluna kemudian memeluk kakak satu-satunya itu. "Akhirnya, kirain lo nggak bakal bangun lagi! Kok lo bisa pulang? Bukannya lo harusnya di rumah sakit?" ucap Aluna.
"Yeuu, emang gue kayak kak Leona gitu? Ya pas udah selesai di obatin gue langsung pulang sih." tanya Delicia kemudian terkekeh kecil.
Delicia melepas pelukannya kemudian tersenyum ke arah Yudha. "Halo cantik~ ketemu lagi nih kita hehe." ujar Delicia dengan nada menggoda.
Yudha mengangguk. "I-iya.."
Aluna menaikan satu alisnya kemudian mengernyit kesal. Ia pun menggalungkan tangannya di pinggang Yudha. Wajah Yudha sedikit memerah kemudian ia mengalihkan pandangannya.
"Waduh sayang, kamu kecapek-an? Dari tadi cemberut mulu. Mauku gendong?" tawar Aluna.
"Nggak usah, gue gapapa." jawab Yudha.
Delicia yang merasa kesal pun mendecak tipis lalu tersenyum kaku. Ia mempersilahkan mereka memasuki apartemen mewahnya itu.
Aluna dan Yudha memasuki apartemen Delicia dan Aluna terus-terusan menempel kepada Yudha yang membuat Delicia semakin kesal dibuatnya.
"Aluna, Yudha. Udah dulu nempel-nempelnya sini makan malam dulu." ajak Delicia sambil mengambil beberapa makanan yang kemudian di taruh di atas meja.
"Woahh! Ini lo yang masak kak?" tanya Aluna kemudian duduk di kursi yang di ikuti oleh Yudha.
Delicia duduk di hadapan mereka lalu tersenyum bangga dan sombong. "Iya lah hehe." Delicia menuangkan segelas teh untuk mereka.
"Lah, lo kan abis pingsan. Kok tiba-tiba ada tenaga buat masak?" tanya Aluna bingung.
Delicia terkekeh kecil. "Canda euy, ini yang masak asisten gue hehe."
"Yaudah, silahkan di nikmati tuan dan nona~" ucap Delicia dan mereka pun langsung menyantap makanan buatan Delicia.
Aluna menatap malas Delicia lalu memakan makan malamnya.
Delicia terdiam sejenak dan melirik ke arah Yudha. "Gimana Yudha? Enak nggak?" tanya Delicia dengan senyum seringai.
Yudha hanya menjawab dengan anggukan dan melanjutkan makan malamnya. Delicia menyandarkan kepalanya di tangan lalu tersenyum ke arah Yudha. Lalu ia melihat tangan Yudha yang menganggur di atas meja.
Sebuah ide terlintas di pikiran Delicia dan ia berencana untuk menggoda Yudha. Perlahan Delicia mengarahkan tangannya ke arah tangan Yudha.
"Hahh! Pedes banget..!" ucap Aluna sambil meminum tehnya.
Delicia yang kaget langsung menarik tangannya kembali dan tersenyum kaku. "Hahaha! Iya nih.." Delicia mengusap tengkuknya lalu melirik ke arah Yudha.
Ia salah fokus dengan pipi Yudha yang mengembang ketika makan yang membuat Delicia semakin tertarik dengannya. "Hmm.. Yudha, pipi kamu... bikin aku terangsang."
Mata Yudha terbelalak lalu tersedak. "Uhukk! Hah??!" heran Yudha.
Aluna yang mendengar ucapan Delicia, mata Aluna ikut terbelalak lalu ia mengambil pisau makan dan menancapkan di piring Delicia hingga piring itu pecah dari beberapa bagian.
"AAAA!" teriak Delicia yang terkejut.
"Tadi bilang apa? Terangsang?" tanya Aluna dengan senyum mengerikannya.
"HEH K-KAKAK CUMAN BERCANDA KOKK! HEHE UDAH DEK JANGAN MARAH-MARAH YA??"
"Anak ngen-" Aluna menggeram dan berniat untuk mencekik Delicia namun ia mengurungkan niatnya usai di tahan oleh Yudha. Yudha menggeleng dan menatap Aluna dengan serius.
Aluna menatap balik Yudha dan menghela nafas panjang lalu ia kembali duduk di kursinya.
Suasana pun menjadi hening dan Delicia tertawa kaku. "Haha, hmmm udah nggak marah lagi kan? Y-yaudah ya.. yok-yok di habisin makan malamnya hehehe."
-
-
-
-
Usai makan malam Yudha pun pergi ke kamar dan ia tidur disana, bersama Aluna. Ini bukan pertama kalinya mereka tidur bersama tapi usai kejadian di mobil beberapa jam yang lalu, membuat suasana menjadi canggung.
Yudha memutuskan untuk tidur duluan dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Saat Yudha ingin memejamkan matanya ia mendengar suara pintu terdengar dan langkah kaki.
Aluna duduk di sisi kasur dan menguap sambil melihat Yudha yang tidur menghadap ke samping, Aluna tersenyum tipis dan membaringkan tubuhnya.
"Yudha? Kamu udah tidur?" tanya Aluna dengan suara husky-nya.
Yudha sedikit terkejut karena perubahan suara Aluna. Ia menghiraukannya lalu memejamkan matanya erat, namun ia merasakan sebuah tangan meraba tubuhnya dan merasakan sebuah nafas hangat di lehernya.
"Aku tau kok kamu belum tidur.. gapapa kali ini aku cuman mau bicara sama kamu sebentar." bisik Aluna.
Yudha terdiam sejenak lalu berbalik ke arah Aluna dan membuka matanya. "Apa?" tanya Yudha.
Aluna tersenyum tipis. "Semua kejadian yang kamu alami sebelumnya.. apa kamu merasa bingung dan curiga?"
Mata Yudha terbelalak dan ia menghela nafas berat. "Ya iyalah goblok! Nembak orang tanpa ragu, bunuh-bunuhan terus kak Leona tadi coba ngebunuh gue! Terus siapa kak Leona sama kak Cia?! Gue juga merasa nggak beres, kalian ini mafia atau apaan sih?!"
Yudha menarik kerah Aluna. "Lo sebenarnya siapa?!"
Aluna terdiam dengan matanya terbelalak lalu ia memegang tangan Yudha yang ada di kerahnya. "Hmm.. sebenarnya sulit di jelasin tapi.. oke aku bakal kasih tau identitasku."
"Identitas? Identitas lo yang sebenarnya? Jangan-jangan nama lo bukan Aluna lagi."
"Namaku memang bener Aluna, ya aku jelasin pekerjaanku aja dan keluargaku mungkin," ucap Aluna sambil menghela nafas panjang.
"Aku sebenarnya.. pembunuh bayaran." lanjut Aluna.
Mata Yudha terbelalak dan perasaan takut tiba-tiba muncul di benaknya.
"Aku tau kamu bakal takut, aku ini memang orang jahat yang haus akan uang. Tapi ini adalah pekerjaan yang harus di lakukan di keluargaku, keluarga Aziekiel,"
"Keluarga Aziekiel mengharuskan keturunan mereka menjadi pembunuh bayaran. Dan ya.. mama papaku juga pembunuh bayaran, kak Delicia sama kak Leona mereka kakakku yang juga pembunuh bayaran." jelas Aluna.
Yudha terdiam lalu sedikit menunduk. "Ah.. oke gue paham sekarang," Yudha menatap Aluna.
"Pantesan banyak hal aneh dan perbuatan kriminal. Ternyata kalian emang pembunuh ya?" ucap Yudha.
Aluna terkekeh kecil lalu tersenyum. "Kamu... nggak takut?"
"Jujur sih gue takut tapi.. gue yakin lo nggak bakal bunuh gue, kan?"
Aluna memeluk Yudha. "Aku nggak akan pernah membunuh orang yang aku suka. Kecuali ada bayarannya."
Yudha menggeram kesal lalu memukul punggung Aluna dengan kuat.
"Aduh duh.. maaf loh kan aku cuman bercanda hehe." ucap Aluna lalu mengecup kening Yudha. Aluna menaikan dagu Yudha dan tersenyum kearahnya.
"Kamu bisa janji sama aku? Tolong jangan sebar identitasku ya..? dan jangan lapor aku ke polisi."
Yudha terdiam sejenak lalu ia mengangguk. "Iya gue janji."
Aluna tersenyum lalu memeluk erat Yudha. "Makasih."
Hmm author kepikiran buat nulis spesial chapter, kayak genderbender, role switch and maybe author bakal bikin spesial chapter yang BxB wakaka
Pada mau nggak nih? T_T

KAMU SEDANG MEMBACA
Give | GxB
Romance[Budidayakan follow sebelum membaca!] Yudha, seorang siswa yang di kenal sebagai 'saksi' atas kasus pembunuhan keluarganya sendiri dan sudah lama menghilang dari publik. Namun pada akhirnya ia kembali bersekolah dan bertemu dengan teman masa keciln...