21 - Pass 2/2

516 34 1
                                    

Pukul 11 malam Aluna baru sampai di 'rumah utama' tempat perkumpulan keluarga berada. Ya, Aluna datang karena terpaksa, kalau Aluna tidak datang maka ada ancaman yaitu mansionnya akan di hancurkan beserta ia akan di pecat dari pekerjaannya.

Tapi anehnya 'rumah utama' terlihat sepi namun seluruh lampu di 'rumah utama' menyala terang.

Aluna pun memparkirkan mobilnya di tempat parkiran khusus untuk keluarga Aziekiel. Ia pun keluar dari mobil dan menengok ke arah sekitar.

"Hmm beneran sepi, kayaknya gue mau di jebak ya?" gumamnya lalu ia melangkah masuk ke dalam 'rumah utama' tersebut.

Saat Aluna ingin membuka pintu secara tiba-tiba pintu terbuka sendiri dan itu membuat Aluna sedikit terkejut. Pintu akhirnya terbuka lebar dan pada saat Aluna melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah utama lampu menjadi padam.

Dor!

Suara pistol terdengar dan untungnya Aluna menyadari bahwa ada seseorang yang ingin menembaknya.

"Haha, udah gue udah duga pasti ada jebakan kayak gini." ucap Aluna dan ia mengeluarkan shotgun beserta melepaskan coatnya. Ternyata ia membawa pedang yang berada di punggungnya dan Aluna siap untuk bertarung.

Hujan peluru terjadi menghujani Aluna dan Aluna berhasil menghindarinya serta melumpuhkan orang-orang yang ingin menembaknya.

Rasa sudah tak aman Aluna bersembunyi di balik pilar dan mempersiapkan peluru.

Di tengah keseriusannya itu, ia melihat seorang pria yang juga menembak orang-orang yang berada di atasnya atau pun di dekatnya.

Aluna tak mengenali pria itu karena matanya yang tertutupi oleh rambut. Tapi ia juga tampak tak asing dengannya.

Aluna pun siap untuk bertarung lagi dan berhasil melumpuhkan banyak musuh. "Ck, kapan selesai sih ini?! Sialan!!" teriak Aluna kemudian ia mengeluarkan bom dan berlari cepat dari persembunyiannya.

Kemudian Aluna melempar bom yang sudah aktif itu ke arah para musuh.

DUAR!!

Ledakan kecil pun terjadi dan akhirnya pertempuran itu berakhir dengan Aluna yang berhasil selamat.

Nafas Aluna terengah-engah dan ia bangun dari pose tiarapnya.

"Ha! Segitu doang?!" serunya.

Aluna tersenyum sinis dan menengok ke arah pria yang tadi ikut melawan para musuh. Pria itu terdiam kemudian menatap balik Aluna.

"Siapa lo?" tanya Aluna.

"... seriusan nggak kenal?" tanya balik pria itu.

"Ih si anying! Ya mana gue tau mata lo aja ketutup gitu!"

Pria itu sedikit tersentak dan ia membenarkan poninya hingga matanya terlihat.

"EH?! ZAYAN?!! Lo ngapain di sini??" tanya Aluna heran.

"Dateng ke rumah utama, kalo nggak semua game gue bakal di ambil terus di jual." ucap Zayan dengan nada datar.

Aluna terdiam sebentar dan menatap bingung adiknya itu. "Gaje! Ancemannya kok gitu amat?"

Zayan hanya menaikan pundaknya.

Aluna menghela nafas lelah dan menghampiri Zayan. "Btw rambut lo kok jadi gondrong gitu? Pft!! hahaha kayak bocah emo tau!"

"Berisik."

Tanpa sepengetahuan mereka ada seseorang yang ingin menembak Aluna dari kejauhan dan secara tiba-tiba Aluna merasakan rasa sakit di bagian pundak kirinya.

"..lo... kena tembak!" seru Zayan.

"Eh?" Aluna pun menengok ke arah pundaknya dan benar pundaknya tertembak.

"Sial perbuatan siapa–" tiba-tiba Zayan menarik Aluna untuk bersembunyi dan terlihat 2 peluru yang ingin menembak mereka.

"Ck, ini pistol tanpa suara ya? Pantesan.." gumam Aluna.

Aluna mengernyit dan ia sedikit mengintip. "Siapa sih?"

Mata Aluna seketika terbelalak dan ia tak percaya dengan pemandangan yang ia lihat. Orang yang barusan menembak Aluna adalah Sooha, ibu dari Aluna dan Zayan.

Aziekiel Dervia Soohara, dia adalah ibu dari anak-anak keluarga Aziekiel. Sooha di kenal sangat di takuti oleh para bawahannya serta ia yang tak segan membunuh orang tanpa bersalah.

Dan Sooha memiliki ciri khas yaitu wajahnya yang terlihat tanpa ekspresi dan jarang mengeluarkan emosi.

Sooha pun menuruni tangga dan membenarkan kacamatanya. "Zayan, Aluna keluar kalian." ucap singkat dari Sooha dengan nada datar.

"Apa mau lo? Kita dateng ke sini bertujuan baik tapi kenapa tiba-tiba kita di jebak gini?! GAJELAS ASU!" ucap Aluna kesal.

"...Aluna jaga bicara kamu, kamu tau kan sedang berbicara dengan siapa?" tanya Sooha.

"Malas! Gue nggak kenal lo!" seru Aluna.

Sooha terdiam kemudian berlari cepat ke arah persembunyian mereka dan siap untuk menembak mereka dengan basoka.

"ANJIR! WOY ZAYAN AWAS!" teriak Aluna.

DUAAAR! Rumah utama pun menjadi setengah hancur ulah Sooha.

"Uhuk! Uhuk! Anjing beliau ini baperan."

"Nghh.. kak... kita harus pergi.." ucap Zayan yang masih terkapar.

"Gamau! Gue mau gelud sama mamih inikan pertemuan keluarga." ucap Aluna kemudian bangkit.

Katanya nggak kenal.. batin Zayan.

"Aluna, kamu benar-benar udah berani sama saya. Saya nggak bisa maafin kamu." ucap Sooha yang muncul dari kebulan asap.

"Emang lo siapa gue? Gue juga nggak minta permaafan dari lo," Aluna pun menghela nafas berat.

"Okey karena pertempuran lagi epik-epiknya gue gamau pulang." ujar Aluna dan menarik Zayan yang terkapar.

"Woy dek bantuin gue kalo lo mau gue beliin game baru."

Zayan menggeleng.

"Ayoo yaudah deh gw beliin apa aja yang lo mau, lo mau game baru kan?"

Mendengar ucapan itu Zayan pun menegakan kakinya dan siap kembali untuk bertarung. "Jangan PHP."

"Bwahaha! Nggak akan kok dek."

Sooha tersenyum tipis dan menyiapkan senjata-senjatanya.


Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang