50 - Assassin Meeting 2/4

309 27 0
                                    

Aluna mengambil tasnya lalu bangkit dari duduknya dan tersenyum. "Aku pergi ya tante Lili, Yudha."

"Kamu pergi mendadak banget Aluna, kamu yakin nggak ada masalah?" tanya bibi Lili sedikit khawatir.

"Haha nggak apa-apa kok bi, saya ada urusan bentar. Besok saya balik lagi!" seru Aluna lalu tersenyum ke arah Yudha dan menepuk kepala Yudha.

"Jaga diri ya? Aku besok ke sini lagi kok buat jemput kamu." ucap Aluna lalu memberikan kecupan singkat di kening Yudha.

Wajah Yudha sedikit memerah dan ia mengalihkan pandangannya. "Hati-hati.."

Bibi Lili yang melihat kemesraan dua sejoli ini pun tersenyum semeringai. "Ya ampun, dua sejoli ini imutnya."

Aluna yang baru menyadari perbuatannya itu pun merona malu lalu ia terkekeh kecil. "Haha kita ini emang lucu!"

Yudha memutar bola matanya kesal sambil mengernyit. "Dah sana lo, nggak usah lama-lama disini."

Yudha pun memasuki rumah bibinya sambil melipat tangannya.

"Astaga tan aku di usir!" Aluna tertawa.

Bibi Lili pun ikut tertawa. "Iya tuh, dasar nih si Yudha. Yaudah kalo gitu hati-hati di jalan ya Aluna."

Aluna mengangguk dan menyalimi tangan bibi Lili. "Aku pergi ya bi!"

Aluna melambaikan tangannya ke arah bibi Yudha dan berlari ke arah mobil miliknya yang sudah terparkir di depan rumah bibi Lili.

"Iya hati-hati!" seru bibi Lili sambil ikut melambaikan tangannya.

-

-

-

-

-

Aluna memakai baju di yang baru saja ia beli di dalam mobilnya, ia membeli baju tersebut di toko yang tidak terlalu jauh dengan tempat di mana berkumpulnya para pembunuh bayaran. Setelah beberapa menit ia mengganti baju, akhirnya ia selesai memakai baju tersebut.

Ia memakai baju kemeja putih dengan lengan bajunya yang di setengah gulung serta dasi berwarna hitam dan celana panjang yang juga berwarna hitam.

Tak lupa ia memakai jam arloji berwarna perak miliknya yang terlihat mahal dan 2 cincin hitam yang berada di jari manisnya.

Aluna pun merogoh tasnya mencari sesuatu. "Mana ya.. oh ini dia, astaga kirain ilang."

Aluna mengambil sebuah mantel berwarna hitam panjang dan tali pinggang yang mana banyak senjata di sisi dan juga belakang dari tali pinggang itu. Ia mulai memakai mantel dan tali pinggang tersebut.

Setelah selesai Aluna menghela nafas ringan dan kembali ke kursi pengemudi. Ia kembali menyetir mobilnya untuk menuju tempat berkumpulnya para pembunuh bayaran. Ia menyetir cukup lama hingga ia sampai di tempat kurang lebih 30 menit.

Aluna keluar dari mobilnya dan menatap gedung yang terlihat tua itu, ia mulai melangkah ke arah pintu besi di hadapannya lalu memakai topeng untuk menutupi area wajahnya kecuali bagian bibir dan ia mengetuk pintu.

"Siapa?" tanya seseorang di dalam.

"G.I.V.E." ucap Aluna lalu ia menunggu sesaat sebelum pintu itu terbuka lebar. Aluna memasuki gedung tua itu dan menuruni tangga. Di hadapannya sudah terdapat pintu berwarna emas dengan ukiran menarik.

Lalu secara perlahan pintu tersebut terbuka yang menunjukkan beberapa orang sedang berdansa dengan di iringi musik klasik. Orang-orang di sana semuanya tampak memakai topeng untuk merahasiakan identitasnya.

Aluna mulai melangkah masuk dan melihat ke sekelilingnya, dan secara tiba-tiba seseorang memanggil nama samarannya. "Ivy!"

Aluna menoleh ke arah sumber suara dengan sosok yang tidak asing di matanya, siapa lagi kalau bukan Delicia. Delicia berlari ke arah Aluna dan memeluknya erat. "Dek Ivy! Akhirnya dateng juga."

"Anjir, jangan mendadak gitu napa?!" Aluna menghela nafas berat lalu ia berbisik ke arah Delicia. "Mana si Zayan?"

"Ohh dia lagi main game, tuh di sofa." ucap Delicia sambil menoleh ke arah sofa mewah yang dimana seorang pria bertopeng sedang bermain game.

"Hee, kirain dia nggak dateng," Aluna terkekeh kecil dan ia menuju sebuah meja makan yang berbentuk bulat lalu ia duduk di kursi.

"Kak Dodol, duduk sini dong! Masa iya gue duduk di sini dewekan." ucap Aluna sambil tersenyum semeringai.

Delicia terkekeh kecil. "Tumben manggil gue pake nama itu."

Delicia pun duduk berhadapan dengan Aluna dan beberapa saat kemudian seorang pelayan datang menaruh gelas wine kosong di atas meja. "Winenya nona-nona?" tanya pelayan itu.

"Boleh." ucap mereka bersama lalu pelayan itu menuangkan wine di gelas yang sudah di siapkan. Tak lupa pelayan itu memberikan daftar menu ke Delicia dan Aluna.

"Adakah makanan yang ingin nona-nona pesan?" tanya pelayan itu dengan lalu mengeluarkan note dan pena.

"Hmm gue mau chicken katsu deh." ucap Delicia.

"Gue mau ice cream rasa coklat, mesisnya di banyakin ya." ujar Aluna.

"Baik nyonya, akan segera kami siapkan." pelayan itu membungkuk hormat lalu melangkah pergi.

Aluna dan Delicia sama-sama terdiam lalu Delicia meminum wine itu dan menompang dagunya di tangannya. "Dek."

"Hmm?" sahut Aluna sambil bermain ponsel.

"Rank lo sekarang apa?" tanya Delicia.

"A." jawab Aluna singkat.

"Anjir??! beneran?? bangsat, gue masih rank C anjiing lama banget naiknya!" Delicia menggeram kesal.

"Eh kalo rank lo A berarti.. lo bisa ketemu sama—" ucapan Delicia terpotong ketika Aluna menatap tajam ke arahnya.

Delicia tersenyum kaku lalu mengalihkan pandangan sambil mengibas tangannya. "Nggak-nggak, l-lupain apa yang gue bilang."

Aluna menghela nafas berat lalu melihat ke arah layar ponselnya.

Orang itu... gue yakin dia dateng ke pertemuan ini, nggak mungkin dia absen, termasuk si tua bangka itu. Batin Aluna

Secara tiba-tiba sebuah pengumuman muncul yang membuat orang-orang sedikit terkejut. "Perhatian untuk seluruh anggota organisasi 'Dead Flower', Tuan Caesar telah memasuki area. Saya ulangi—"

Mata Aluna terbelalak dan ia mengernyitkan alisnya lalu tersenyum semeringai. Ia bangkit dari duduknya dan bergumam. "Akhirnya lo dateng, Caesar."

"BANGKEE! Dia dateng dong! Gue nggak mau di seleksi apa lagi sama tuh anak!" seru Delicia panik.

Lalu dari lantai atas munculah seseorang yang Aluna benci yaitu seorang pria berambut pirang dengan mata birunya, Caesar. Ia muncul dari bayangan dengan jas hitam dan mantelnya.

Caesar tersenyum semeringai dan melihat para anggota organisasi miliknya termasuk Aluna. "Welcome everyone, its nice to see you again."

[Author kasih spoiler dikit ya? jadi yang di maksud 'orang itu' adalah Caesar, rivalnya si Aluna. Si Caesar sama Aluna ini udah jadi rival semenjak SMP, mereka sama" memperebutkan sesuatu seperti nilai, kekuasaan dll. Dulu si Caesar ini sangking dia 'obsesi' untuk mengalahkan Aluna, ia sampe membuat Aluna memiliki trauma lagi setelah ayahnya mengperkaos dia so..kelemahan terbesar Aluna adalah ayah dia sama  si Caesar ini.]

Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang