57 - Over 1/2

313 25 2
                                    

Kini mereka berada di lorong panjang yang mana hanya terdapat pintu-pintu terkunci dan mereka di sana, mereka bertiga sebentar lagi akan sampai di pintu keluar. 

Delicia berjalan bertatih-tatih yang di bantu oleh Aluna dengan cara di rangkul serta Yudha yang berjalan di samping Aluna.

Delicia masih sesenggukan pasca tragedi dan Aluna ia berusaha menguatkan Delicia. Sedangkan Yudha, ia juga ikut bersedih dan merasa terpukul karena ia kehilangan seseorang yang ia anggap teman untuk sekian kalinya.

"Kak..? udah ya nangisnya, nanti dada kakak sesak." ucap Aluna lembut.

"Nggak bisa, Lun... gue.. gue masih nggak terima kematian Zayan, gue nggak mau dia mati.." ucap Delicia dengan nada lemah.

Aluna kembali terdiam dan ia mengernyit kesal, Aluna sebenarnya tak menerima kematian adiknya, Aluna juga merasa marah dan sedih secara bersamaan.

"...semua ini gara-gara dia," gumam Aluna sambil memberhentikan langkahnya.

"semua ini gara-gara Caesar, GARA-GARA BAJINGAN ITU KITA JADI MENDERITA KAYAK GINI!" pekik Aluna dengan murka. Aluna pun langsung melepaskan Delicia kemudian berbalik dan mengeluarkan senjata api milik Delicia yang berada di kantungnya.

"WOY BANGSAT! GUE TAU LO DI SINI! KELUAR LO BRENGSEK, PENGECUT!"

Delicia dan Yudha terkejut atas perubahan sikap dari Aluna dan ikut berbalik ke belakang, lorong yang luas nan panjang itu tampak hening sesaat sebelum salah satu pintu terbuka dengan sendirinya.

Suara terkekeh pun terdengar dan memunculkan dalang di balik semua tragedi hari ini, Caesar.

Ia tersenyum tanpa adanya rasa bersalah dan berdiri tegap menghadap mereka. "I'm back, baby."

"BANGSAT LO! GARA-GARA LO GUE JADI KEHILANGAN ADIK GUE! LO BIADAB ANJING!!" pekik Aluna dengan emosi yang tak terbendung lagi.

Caesar kembali terkekeh. "Lho? Jadi kamu menyalahkan kematian adik kamu ke aku? Aku mengharapkan kematianmu sayang, bukan adikmu."

Dengan nafas memburu dan tangan yang bergetar hebat, Aluna dengan cepat mengarahkan pistol ke arah Caesar dan menarik pelatukanya. Tentu saja Caesar dengan mudah menghindar dan kembali tersenyum.

"Jangan terburu-buru dong, cah ayu. Aku kan belum siap," Caesar terkekeh dan menatap ke arah Yudha dan Delicia.

"Sebelum kita mulai duel kita yang kedua, mari kita singkirkan dua penggangu kecil ini." ucap Caesar lalu ia berlari cepat ke arah Delicia dan Yudha, Yudha sempat menghindar namun tetap saja ia di tangkap oleh Caesar begitu pun juga Delicia.

Mata Aluna terbelalak terkejut dan menembak Caesar namun dengan cepat ia menggunakan Delicia sebagai perisainya. "Huh?! Bajingan!"

Dengan itu Caesar tersenyum dan berlari cepat menuju pintu keluar, dengan sekuat tenaga Caesar melempar Yudha dan Delicia keluar dari gedung.

"Kak Delicia! Yudha!" Aluna mulai panik ketika melihat Yudha dan Delicia di lempar dengan kencang oleh Caesar.

Caesar menutup pintu besar yang ada di hadapannya lalu berbalik menatap Aluna. "Sekarang tinggal kita berdua, hmm?"

Aluna mendecak kesal dan menodongkan senjata api ke arah Caesar.

"Eits! Tapi sebelum kita mulai, ayo kita bertarung secara tangan kosong! Dengan begitu duel akan semakin menarik bukan?" tawar Caesar sambil tersenyum lebar.

"Bajingan, banyak mau lo!" bentak Aluna.

"Kamu mau kakak dan kekasihmu selamat? Turutin dulu kemauanku." Balas Caesar.

Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang