51 - Assassin Meeting 3/4

267 27 1
                                    

Ballroom yang awalnya damai berubah menjadi ricuh usai kedatangan pria tinggi dengan tampang rupawan yang berasal dari Prancis, bernama Caesar itu. Membuat seluruh anggota organisasi panik sekaligus senang karena kehadirannya.

Caesar tersenyum ramah usai melihat reaksi para anggotanya dan ia angkat bicara. "Haha, sepertinya kalian sangat menanti kehadiran saya."

"Tuan Caesar! Akhirnya anda datang juga, saya benar-benar menanti kehadiran anda." panggil Theo ayah dari Aluna yang tiba-tiba muncul di belakang.

"Ah? Tuan Aziekiel, maaf saya datang terlambat karena ada sedikit hambatan di jalan. Ngomong-ngomong apa kabarmu dan organisasi kita? Oh ya, apakah matamu...baik-baik saja?" tanya Caesar sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Theo.

"Kabar saya baik tuan, mata saya terluka karena misi yang begitu sulit di tangani dan soal organisasi semuanya berjalan dengan baik." balas Theo sambil menjabat tangan Caesar.

Mendengar jawaban dari Theo, Caesar tersenyum hangat. "Syukurlah, kalau semuanya berjalan dengan baik. Anda tak perlu memaksakan diri, itu mungkin saja akan membuat anda bisa terluka lagi. Ngomong-ngomong, bisa kita mulai seleksinya?"

Theo mengangguk. "Tentu tuan, saya akan menyiapkan mic—"

"Tak perlu, suara saya cukup lantang dan keras untuk di dengar." ucap Caesar penuh percaya diri dan ia menghadap kerumunan yang ada di bawahnya.

"Selamat malam, nyonya dan tuan-tuan," ucap Caesar dengan suara lantang dan suaranya memang benar bisa di dengar oleh para anggota.

"Lama tak berjumpa, maaf atas keterlambatan saya untuk datang ke meeting yang bisa di bilang urgent ini,"

Bisikan mulai terdengar dari ballroom yang membuat Caesar tersenyum.

"Saya bilang meeting ini urgent karena meeting ini bertujuan untuk mengumumkan sesuatu dan melaksanakan seleksi tapi tentu saja ini bukan seleksi rank yang nyonya dan tuan harapkan,"

"Pengumumannya adalah kita kelebihan anggota dan 10% dari kita harus mengundurkan diri dari organisasi. Kalian tahu konsekuensinya jika kelebihan anggota kan?" tanya Caesar sambil tersenyum.

Seluruh orang yang ada disana pun mulai berbisik kembali dengan cemas begitu pun dengan Aluna dan Delicia. "Kelebihan anggota..? secepatnya ini?!" heran Aluna.

"Maka dari itu, kita akan melakukan seleksi anggota dan siapa yang gagal dalam seleksi ini akan di keluarkan dari organisasi secara paksa," ucap Caesar sambil tersenyum.

"Bagaimana tuan dan nyonya? Apakah kalian setuju? Atau mungkin.. kalian mau menerima konsekuensinya?" lanjut Caesar.

Para anggota mulai terdiam sejenak lalu Zayan angkat bicara dan memecahkan suasana. "Saya setuju."

"Oh? Haha, salah satu dari kalian ada yang setuju ternyata. Bagaimana dengan yang lain?"

Tak ada jawaban dari mereka yang membuat Caesar harus menunggu dan pada akhirnya semua orang yang ada di sana menyetujui keputusan Caesar. Caesar tersenyum puas lalu mulai berbisik kepada Theo yang ada di sampingnya.

Theo mengangguk mengerti lalu memanggil para bawahan Caesar yang sudah berada di pintu depan. "Come in!"

Pintu terbuka lebar yang menunjukkan 6 orang pria memasuki ballroom, mereka semua berasal dari Prancis dan merupakan seorang pembunuh bayaran profesional. Para anggota organisasi terkesima melihat pria-pria itu memasuki ballroom dengan gagah dan gaya mereka yang begitu mencolok.

Caesar berjalan menuruni tangga dan menghampiri para bawahannya itu. "S'il te plaît, fais ce que je t'ai dit de faire."

"Fais-le monsieur!" ucap para pria itu secara bersama-samaan lalu membungkuk hormat kepada Caesar.

Caesar membalikkan badannya untuk melihat kearah kerumunan yang memperhatikannya. "Orang-orang ini akan ikut serta dalam seleksi, lebih tepatnya kalian akan di seleksi oleh mereka. Setiap rank akan di seleksi oleh salah satu dari mereka, jadi bersiaplah. Oh benar aku lupa satu hal,"

Caesar berjalan memasuki kerumunan itu yang membuatnya ia diberi jalan, ia melangkah menuju Aluna yang sedang mengobrol dengan Delicia. Caesar berhenti melangkah lalu mengulurkan tangannya dan menarik dagu Aluna untuk melihat ke arahnya.

Aluna pun terkejut bukan main ketika seseorang dengan beraninya menarik dagunya seperti itu. Mata Aluna terbelalak dengan alisnya yang mengernyit dengan amarah.

"Untuk anggota yang satu ini, kamu akan di seleksi olehku. Kau tak keberatankan, Ivy?" tanya Caesar sambil tersenyum sinis.

Delicia yang melihat hal itu pun sedikit panik dan ia membeku di tempat, begitu pun dengan Aluna yang membeku di tempat tapi dengan cepat ia menepis tangan Caesar dengan kasar. "Jangan sentuh gue."

Caesar terkekeh kecil. "Kau sama agresifnya seperti dulu ya," Caesar pun berbalik dan melangkah meninggalkan Aluna.

"Seleksi akan di mulai 1 jam lagi jadi aku berharap kalian semua siap." ucap Caesar lalu kembali menuju lantai atas, meninggalkan kerumunan. 6 orang pria itu pun mengikuti Caesar menuju lantai atas, sepertinya mereka akan mendiskusikan sesuatu.

Delicia menghela nafas lega. "Njir kaget banget tiba-tiba Caesar datengin lo, ini juga persiapannya cuman sejam bangke."

Aluna menggigit kuku ibu jarinya untuk menahan amarahnya dengan tatapannya yang masih penuh dengan amarah. Delicia yang menyadari hal itu pun hanya terdiam dan pergi menghampiri Zayan.

"Woy gue mau ambil senjata, lo jaga Ivy ya?" ucap Delicia sambil merangkul adiknya. Zayan pun mengangguk mengerti yang membuat Delicia melangkah pergi.

Zayan menghampiri kakaknya itu dan menuntunnya untuk duduk tanpa sepatah kata. Mereka sama-sama terdiam yang pada akhirnya Zayan tertidur dengan kepalanya yang tersandar di pundak Aluna.

Beberapa saat kemudian ketika pikirannya sudah tenang, ia berhenti menggigit kuku ibu jarinya yang sedikit terluka. Aluna menoleh ke samping dan melihat Zayan tertidur di sampingnya.

Aluna mengedipkan matanya berulang kali lalu menghela nafas pasrah.

[Maaf author ngilang seminggu hehe]

Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang