59 - Convey

257 21 0
                                    

Ruangan putih yang berisi beberapa peralatan rumah sakit dan sebuah kasur rumah sakit yang berada di tengah ruangan di tempati oleh pemuda yang tampak terlihat lemah dan terluka.

Sepasang mata dengan bulu mata lentik itu tertutup dengan tenang, kedua pipi yang lebam dan perban putih yang menyelimuti area kening. Cahaya matahari pagi menyinari tubuh pemuda itu melewati jendela yang sedikit tertutupi oleh gorden.

Beberapa saat kemudian tampak seorang wanita tua dengan baju dress hitam dengan sepatu haknya memasuki ruangan tersebut. Wanita itu tampak menatap Yudha sesaat kemudian tersenyum kecil.

"Kurasa dia sudah membaik ya?" gumam Sooha kemudian duduk di kursi yang tak jauh darinya.

Sooha menyilang kakinya lalu bersandar di kursi sembari menunggu pemuda yang berwajah manis ini bangun dari tidurnya.

Alis yang sedari tadi menukik pada akhirnya rileks perlahan usai ia membuka matanya perlahan, mata yang terlihat sayu itu pun menatap langit ruangan sesaat sebelum mengalihkan pandangannya.

"...ini..dimana...?" ucap Yudha dengan suara serak nan lemah lalu ia mencoba duduk namun rasa sakit yang luar biasa di bagian tulang rusuknya yang membuat Yudha merintih kesakitan.

"Nak Yudha? Jangan bangun dulu nak, kepalamu pusing nanti." ucap Sooha.

Yudha menatap Sooha dengan terkejut. "T-tante?"

Sooha tersenyum kecil lalu membantu Yudha untuk kembali ke posisi semula. "Iya, kamu masih inget tante kan?"

"...tante ibunya kak Reza kan?" tanya Yudha.

"Ya tepat sekali," jawab Sooha sambil menuangkan segelas air hangat yang terdapat meja. "Kemarin tante menemukan kamu berada di hutan bersama Aluna, kalian terluka parah banget."

Ah! Iya juga, Aluna sama kak Delicia!

"Anu tante, kak Delicia sama Aluna dimana ya?" tanya Yudha dengan wajah cemas.

"Mereka berada di ruangan lain, tenang saja mereka baik-baik saja sekarang." ucap Sooha lalu memberikan segelas air hangat untuk Yudha.

Yudha pun menghela nafas lega dan menerima segelas air hangat tersebut. "Makasih tante."

"Tunggu sebentar," ucap Sooha lalu merubah posisi tempat tidur menjadi sedikit tegap. "Sama-sama, Yudha."

Yudha tersenyum kecil lalu meminum segelas air hangat yang diberikan oleh Sooha. Kenapa tante ini bisa tahu lokasi gue sama Aluna ya? Kayaknya dia juga pembunuh bayaran sama kayak Aluna atau semacamnya.

Dan...

Yudha menatap ke arah tangan Sooha yang setengahnya tertutupi oleh mantel yang menyelimuti pundaknya.

Tangannya, tante ini kira-kira kenapa ya?

Setelah Yudha meminum segelas air, ia menaruh gelas tersebut di atas meja dan membenarkan posisi bersandarnya.

"Nak Yudha, sepertinya tante belum memperkenalkan diri ya?" ucap Sooha.

"Ah iya benar.." balas Yudha.

Sooha tersenyum kecil. "Nama tante Soohara, tante ibu dari Aluna, Delicia dan Zayan."

Mata Yudha terbelalak dengan sangat terkejut. "Eh??!"

Sooha terkekeh kecil. "Kenapa kamu tampak terkejut nak?"

Anjir! Pantesan aja mukanya kelihatan familiar sama Zayan, ternyata emang ibunya. Batin Yudha.

"Hehe, maaf tante saya kaget aja karena tante ibu dari mereka." ucap Yudha sambil tersenyum kaku.

Sooha pun ikut terkekeh dan menggelengkan kepalanya. "Ngomong-ngomong nak pas kamu udah membaik, apakah kamu mau melihat Aluna? Kebetulan ruangan dia bersampingan sama ruanganmu."

"Oh! Tentu tante." balas Yudha.

-

-

-

-

4 hari berlalu, kini Yudha di perbolehkan untuk memasuki kamar rawat Aluna tepat di samping kamar Yudha. Dengan bantuan tongkat, ia berjalan perlahan menuju kamar Aluna dan membuka pintu kamar perlahan.

Ia mengintip sedikit dan Yudha dapat melihat kasur rumah sakit di tengah ruangan, terdapat Aluna yang terbaring di sana.

Yudha menghela nafas pelan dan melangkah masuk ke kamar Aluna kemudian kembali menutup pintu kamar. Ia berjalan mendekati Aluna dan melihat ke arah tubuhnya yang terbaring lemah dan memprihatinkan.

Terdapat perban di area keningnya dan mata kirinya, tangan kanan Aluna yang juga ikuti di perbani dan nebulizer yang terdapat di area hidung dan mulut Aluna.

Kedua mata itu tertutup dengan indah dan tenang dengan sepasang alis tebal yang rileks, menunjukkan kesan damai.

Yudha tampak terkejut dan syok karena melihat kondisi Aluna yang begitu parah di banding dirinya. Yudha pada akhirnya duduk di kursi di dekatnya kemudian menaruh tongkatnya.

Yudha menatap Aluna sebelum tangan yang sedikit bergetar itu pun menggenggam tangan Aluna dengan ragu dan mengelusnya. Untuk beberapa saat, akhirnya Yudha meletakkan tangan Aluna di pipinya yang masih lebam lalu Yudha mulai mengdusel pipinya di tangan Aluna.

"Tangannya... dingin." gumam Yudha.

Yudha pun ikut menutup matanya dan bibirnya mulai bergerak. "Tau nggak, Lun? Pas pertama kali gue ketemu lo... lo kayak orang yang ga punya malu, sumpah,"

"Caper sana sini, narsis, ganggu anak orang terus sokap lagi," Yudha tekekeh pelan. "Dan dengan sifat lo yang gajelas itu.. membuat hati gue bergerak buat suka lo, gue tau lo orangnya brengsek banget, ngeculik gue, terus main asal sentuh gue,"

"Tapi ada sifat lo yang lain yang bisa gue terima, selama ini lo nggak berniat buat bunuh gue dan lo terus jaga gue layaknya seorang kekasih, dan gue cuman mau bilang," ucap Yudha sambil tersenyum hangat nan lembut.

"Terima kasih." ucap Yudha dan ia terdiam sejenak sebelum kembali membuka mata. Aluna masih menutup matanya dan masih dalam posisi yang sama.

Yudha pun perlahan melepas tangan Aluna namun tangan Yudha di genggam erat oleh Aluna secara tiba-tiba.

"Aluna?" panggil Yudha terkejut.

Sepasang alis tebal itu menukik tak menyenangkan dengan keringat dingin yang mulai membasahi pipi Aluna.

"...pasti mimpi buruk." Yudha pun menghela nafas pelan lalu mengelus rambut Aluna sambil terus menggengam tangannya.

[OMAGA OMAGAA BELIAU SUDAH JATUH CINTAA]

Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang