49 - Assassin Meeting 1/4

334 30 2
                                    

Aluna dan Yudha sedang berjalan di tepi pantai dan Aluna masih merangkul Yudha, sudah sekitar 30 menit mereka berjalan. Aluna terus melihat ke arah pantai karena takjub dengan keindahannya.

Ia pun menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan. "Udah lama aku nggak pergi ke pantai, terakhir kali itu dua tahun lalu haha!" seru Aluna.

Yudha menatap malas Aluna lalu mencoba melepaskan rangkulan Aluna dari dirinya. "Lepasin anjir risih gue!"

"Tapi kalau kayak gini kan enak," Aluna tersenyum semeringai.

"Atau mungkin... aku harus kayak gini." Tangan Aluna mulai berpindah ke pinggang Yudha yang membuatnya bergidik geli.

"Anjir! Lo nyetuh area sensitif gue!" pekik Yudha dengan wajah yang sedikit memerah. Aluna terkekeh kecil dan terus memegang pinggang Yudha sebelum ia menemukan sebuah kursi pantai yang tak jauh dari mereka.

"Oh ya, kita duduk—" ucapan Aluna terpotong setelah ia mendengar suara gonggongan anjing yang membuat Aluna terkejut.

Yudha yang ikut terkejut pun melihat ke arah belakang dan melihat Mino yang berada di belakangnya. "Mino?"

"Woof!" seru Mino sambil menjulurkan lidahnya dan menggoyangkan ekor panjangnya.

"Kamu kenapa ngikutin kita? Astaga.." Yudha terkekeh kecil lalu menepuk kepala Mino.

"Woof, Woof!"

Aluna mengendus kesal dan menatap kesal Mino, Aluna mengalihkan pandangannya ke kursi pantai di dekatnya lalu duduk di sana. "Sini Yud." ajak Aluna.

Yudha hanya mengangguk singkat dan duduk di samping Aluna dengan Mino yang berbaring di atas pangkuannya. Mereka berdua sama-sama menatap laut yang begitu tenang, sampai akhirnya Aluna memecahkan suasana dengan menunjukan suatu foto.

"Kamu ingat ini, Yudha?" tanya Aluna sambil menunjukkan layar ponselnya ke arah Yudha.

Yudha pun melirik ke arah layar ponsel Aluna lalu terkejut. "Lo dapet itu foto dari mana anjir??!"

Aluna tertawa lepas. "Reaksi kamu lucu banget, hehe!"

"Aku dapet foto ini dari rumah bibi kamu, karena lucu jadi aku foto deh." Aluna tersenyum semeringai. Wajah Yudha seketika memerah lalu mencoba untuk mengambil ponsel Aluna.

"Hapus fotonya bangsat!" seru Yudha.

Aluna tertawa lepas dan ia terus menjauhkan ponselnya dari Yudha agar ia tak bisa meraihnya. "Haha gamauu! Soalnya lucu bangeett!"

"Hapus bajingaan!!" pekik Yudha dengan kesal dan ia tetap kekeuh untuk mengambil ponsel Aluna sebelum Aluna mencium bibir Yudha yang membuat Yudha membeku di tempat. Ciuman itu berlangsung beberapa menit sebelum Aluna melepaskannya.

"Dah tenang?" tanya Aluna dengan lembut.

Yudha tetap membeku di tempat sebelum ia memberikan pukulan yang lumanyan keras di kepala Aluna.

"ADUH! Ihh Yudha jangan asal pukuull!" seru Aluna sambil memegang kepalanya.

"Lah lo asal cium gue!" balas Yudha.

"Tapi itu masih mending," Aluna mengerucutkan bibirnya.

"Memang kenapa sih sama foto ini? Ini kan kamu pas masih kecil."

"Ya tetap aja, gue nggak mau kasih tunjuk muka gue pas masih kecil ke orang lain selain keluarga gue!" seru Yudha.

Aluna mengendus kesal. "Ya deh iya maaf-maaf bakal ku hapus kok nanti, ngomong-ngomong ini kamu pas masih SD kan?"

"Iya, kelas 1 kalo nggak salah." balas Yudha.

"Ohh! Pas kita masih satu kelas ya, naluhodoo~" ucap Aluna lalu melihat ke foto itu.

"Haha rasanya jadi.. kangen." ucap Aluna sambil tersenyum lembut.

Flashback on

Nampak beberapa murid dan wali murid berbondong-bondong masuk ke sekolah dasar yang terlihat besar dan ramai itu. Ada beberapa murid yang menangis entah karena tak mau di tinggal oleh orang tuanya atau bahkan ada murid yang mengajak orang tuanya untuk masuk ke kelas bersama.

Situasi sekolah sangat ramai sebelum bocah umur enam tahun dengan rambut yang sedikit berantakan, menggunakan tas berwarna biru navy dan menggunakan seragam SD layak murid di sana memasuki sekolah itu.

Yudha kecil menatap ayahnya dengan kedua matanya yang berbinar lalu ayahnya menepuk kepala anak lelakinya itu. "Sekolah lah yang benar dan jangan menangis."

Mendengar ucapan ayahnya itu Yudha pun mengangguk mengerti sebelum ayah Yudha melangkah pergi. Yudha yang melihat ayahnya pergi pun ingin memanggilnya untuk kembali namun ia takut untuk melakukannya dan menggepalkan tangannya erat.

Aku nggak tau kelasku dimana... batin Yudha sebelum ia menghela nafas pasrah.

"IHH! Udah ya bi! Aku bisa cari kelas aku sendiri!" seru dari seorang gadis berkuncit dua yang tangannya sedang di genggam oleh seorang wanita di sebelahnya.

"Tapi non, saya takut anda tersesat." ucap wanita itu yang ternyata adalah pelayan pribadinya.

"Aku bisa sendirii!!" seru Aluna sebelum ia melihat Yudha yang sedang membeku di tempat dan menatapnya.

Mata Aluna pun berbinar dengan senang. "Yudha??! Kamu satu sekolah sama aku yaa! Yaayy!"

Aluna menarik tangannya dengan paksa lalu ia berlari menghampiri Yudha, Yudha yang merasa panik karena di hampiri Aluna pun celingak-celinguk sebelum Aluna memeluknya erat.

"Aku kangen banget sama Yudhaaa!" seru Aluna dan ia meraih tangan Yudha.

"Bibi, aku udah bareng Yudha jadi aku nggak bakal tersesat. Ayo Yudha kita cari kelas kita!" ucap Aluna lalu melangkah pergi dengan tangannya yang masih memegang tangan Yudha.

Yudha mengangguk pelan dan mengikuti Aluna.

Wanita yang Aluna sebut bibi itu pun menghela nafas pasrah. "Sepertinya aku kurang yakin.."

Flashback off

Aluna menutup matanya sejenak lalu menghela nafas dengan lembut. "Ayo kita balik Yud, nanti bibi kamu nyariin kita."

Yudha pun mengangguk dan bangkit dari duduknya yang di ikuti oleh Mino. "Jangan lupa hapus itu foto ya njeng."

Yudha melangkah duluan meninggalkan Aluna yang berada di belakangnya.

"Siap sayang~" ucap Aluna lalu ia melihat ke arah foto itu lagi dengan tersenyum semeringai.

"Mana mungkin gue hapus foto seindah ini..." gumam Aluna lalu terkekeh. Secara tiba-tiba layar ponselnya berubah menjadi sebuah panggilan masuk yang membuat Aluna langsung menjawabnya.

"Kenapa rin?" tanya Aluna dengan sang penelpon.

Aluna mendengar kata-kata sang penelpon yang ternyata adalah Afrin dengan seksama sebelum ia matanya terbuka lebar karena terkejut.

"Meetingnya hari ini??! LAH KOK JADI DI MAJUIN?!" heran Aluna. Aluna menggeram frustasi dan mengacak-acak rambutnya.

"Gue nggak bisa kalo hari ini gue—" ucapan Aluna terpotong karena ia mendengar bahwa tempat para pembunuh bayaran bertemu adalah di daerah dimana Aluna berada saat ini.

Aluna menghela nafas lega. "Tapi tetep aja, gue nggak bawa bajunya anjir."

Setelah hening beberapa saat Aluna pun mengangguk berkali-kali. "Yaudah gue beli aja nanti.. ya-ya! See you."

Aluna pun menutup teleponnya dan bergegas menghampiri Yudha lalu merangkulnya kembali. "Yudha, aku punya berita bagus buat kamu!"

"Hm apaan?"

Aluna tersenyum semeringai. "Kamu boleh nginep di rumah bibi kamu."


Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang