47 - Home Town 1/2

365 36 6
                                    

Pintu seketika terdobrak karena kedatangan Aluna bersama Afrin yang membantu Aluna membawa barangnya. "Yudha!"

Yudha yang sedang mengerjakan tugasnya tersentak lalu menoleh ke arah Aluna yang memanggil dirinya. "Aluna? Kenapa?"

"Ayo kita kerumah bibi kamu sekarang!" seru Aluna sambil menghampiri Yudha.

"Hah?! Kok mendadak banget?" tanya Yudha dan ia langsung bangkit dari duduknya.

"Eh.. itu karena besok aku ada urusan! Jadi aku nggak bisa kalo hari itu, please lah ya! Hari ini aja, aku bantu kamu buat beresin barang-barang deh." balas Aluna lalu memegang pundak Yudha.

Yudha menghela nafas berat. "Kenapa sih harus mendadak gitu? Gue nggak masalah kok kalo gue kerumah bibi gue besok lusa atau mungkin minggu depan."

"Nggak bisa Yud, mau besok lusa atau minggu depan aku masih.. sibuk jadi tolong ya, kamu terima tawaran aku?" Aluna menggenggam erat pundak Yudha dengan matanya yang berbinar.

Suasana menjadi hening sejenak lalu dengan terpaksa Yudha menyetujui Aluna. "Ya, tapi janji lo harus bantu gue beres-beres barang."

Mata Aluna berbinar seketika lalu memeluk Yudha dengan erat. "Yayy! Makasih sayangku!"

"Gaahh! Lepasin! Lo bau darah anjingg!" Yudha memberontak dengan cara memukul punggung Aluna berkali-kali.

Seketika Aluna tersentak lalu melepaskan pelukannya. "Haha, sorry sayang~"

Beberapa saat kemudian, Zayan keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan dirinya. Ia hanya memakai handuk yang menutupi pinggang serta area bawahnya, dan tentu saja ia telanjang dada.

Ia menarik rambut basahnya kebelakang lalu menghela nafas panjang.

Melihat ke arah sekitar, Zayan sedikit terkejut karena kehadiran Aluna beserta Afrin dan dengan cepat ia menutupi dadanya lalu wajahnya bersemu merah. "S-sejak kapan kalian pulang?"

"Hmm oh Zayan? Sejak tadi sih hehe, btw kenapa di tutup? Kan gue dah pernah—" ucapan Afrin terpotong dengan Zayan yang tiba-tiba melempar bantal ke arah Afrin.

"Berisik!" seru Zayan dengan wajahnya yang masih memerah lalu dengan gerakan gesitnya ia pergi ke arah kamarnya dan menutup pintu kamarnya kencang.

"Pft, ternyata dia punya sifat pemalu juga ya?" Afrin mengalihkan pandangannya ke arah Yudha dan Aluna yang sedang berbenah lalu Afrin menghampiri Aluna.

"Bre gue duluan ya? Gue mau ngojek dulu." ucap Afrin.

Aluna memberhentikan gerakannya lalu menatap Afrin. "Eh? Udah mau berangkat nih? Yaudah deh, hati-hati ya," Aluna merogoh kantungnya lalu memberikan uang kepada Afrin.

"Bwahaha, siap bu negara. Oh ya Yud gue duluan." ucap Afrin lalu menawarkan tos kepalan kepada Yudha.

Yudha sedikit tersentak lalu menerima tos itu. "Hati-hati.."

Afrin tersenyum lebar lalu beranjak pergi. "Yoi! Gue pergi ya!"

Yudha dan Aluna melambaikan tangan mereka lalu pintu tertutup. Suasana menjadi hening karena mereka yang fokus menata barang, Aluna memutuskan untuk mencairkan suasana dengan cara berbincang-bincang dengan Yudha.

"Rumah bibi kamu dimana Yud?" tanya Aluna.

"Rumah bibi gue ada di daerah Pesisir Barat nggak jauh sih kalo dari sini." balas Yudha.

"Oh di daerah Pesisir Barat? Berarti naik mobil dari sini bisa dong ya?" tanya Aluna.

Yudha mengangguk lalu ia menutup tas yang barangnya sudah di tata. Ia menghela nafas panjang dan bangkit dari duduk.

Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang