58 - Over 2/2

299 27 2
                                    

Sebelum tragedi ledakan terjadi, Aluna terus di hajar oleh Caesar hingga wajah dan tubuhnya di penuhi oleh luka. Pukulan demi pukulan terus di kerahkan oleh Caesar dengan Aluna yang masih menahan serangan dengan lengannya.

Tsk, gue nggak bisa begini terus. Batin Aluna lalu menahan tangan Caesar yang hendak memukulnya.

Aluna menggenggam tangan Caesar dengan erat dan ingin membanting tubuh Caesar, namun bukannya tubuh Caesar yang terbanting malah Aluna lah yang terbanting oleh Caesar.

"Ugh!" Aluna merintih kesakitan saat Caesar menempatkan pahanya di atas punggungnya.

"Menyerahlah Aluna! Kamu nggak akan pernah bisa menang dariku, SERAHKAN NYAWAMU PADAKU SEKARANG KARENA USAHAMU AKAN SIA SIA!" pekik Caesar sambil tertawa kencang layaknya seorang maniak.

Aluna memberontak hebat dan terus mengirimkan pukulan ke arah paha Caesar. 

Caesar pun mulai mengeluarkan pisau tajam dari kantungnya. "Maaf ya, sepertinya aku akan melanggar peraturannya. "

Caesar pun melayangkan tusukkan ke arah Aluna namun terhenti saat Aluna mengeluarkan bom pemberian adiknya itu. "Silahkan tusuk gue, kita mati bareng-bareng."

Mata Caesar terbelalak dan hendak mengambil bom tersebut dari tangan Aluna yang berdarah, tentu saja Aluna tak akan membiarkan itu terjadi dan menjauhkan bom itu dari Caesar.

Caesar menggeram kesal dan terus menerus mencoba mengambil bom itu dari Aluna, saat Aluna merasa paha Caesar mulai tak menahannya karena perhatiannya teralihkan, ia dengan cepat membalikan tubuhnya lalu mencekik leher Caesar.

"Agh! Sialan kau!!" bentak Caesar saat Aluna berhasil memutar balikan keadaan. Kini Caesar yang berada di bawahnya dengan Aluna yang terus mencekik pria itu.

"Kayaknya gue bakal ledakin tempat ini bersamaan dengan lo," Aluna tersenyum semeringai.

"Sayang sekali, padahal lo yang berharap gue mati," Aluna menaruh bom yang ia pegang dan mengambil pisau Caesar yang tak jauh dari jangkauannya. "Sampai jumpa di neraka, Caesar William."

Dengan satu gerakan Aluna berhasil menusuk jatung Caesar yang membuat mata Caesar terbelalak dengan mulutnya yang mulai memuntahkan darah.

"..S..sial..an.." titah Caesar sembari batuk-batuk mengeluarkan darah segar.

Aluna pun bangkit dan mengambil bom yang ia sempat taruh tadi dan mulai mengaktifkannya, waktu Aluna melarikan diri hanya 60 detik. 

Dengan cepat Aluna melempar bom itu pada Caesar dan pergi melarikan diri.

"TIDAK! KAMU TAK BISA PERGI DARI SINI! KALAU AKU MATI, KAMU JUGA HARUS MATI!!" Caesar dengan cepat menggapai kaki Aluna yang membuat Aluna terjatuh.

"BANGSAT! Lepasin gue!!" pekik Aluna sambil menendang wajah Caesar berulang kali.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Caesar melepaskan genggamannya akibat tubuhnya yang sudah melemas. Maka dari itu, Aluna bergegas menuju pintu keluar dan mendobrak pintu yang terkunci itu hingga pintu tersebut berlubang.

Saat ia keluar ia dapat melihat Theo dan Afrin di luar sana yang membuat Aluna berteriak kencang. "SEMUANYA LARI!!"

-

-

-

-

Suara dengungan terdengar dari telinga Yudha yang membuatnya membuka kedua matanya yang sayu. 

Yudha merasa dadanya sangat sesak dan kakinya yang mati rasa. Ia merasakan bahwa sesuatu sedang menimpa kedua kakinya.

Samar-samar Yudha dapat melihat puing-puing yang ada di hadapannya dengan aroma darah yang dapat terhirup oleh hidungnya.

"Apa yang..." dengan suara serak Yudha membuka matanya lebar saat ia merasakan rasa sakit yang luar biasa di kakinya. "Aghh!!"

Yudha menjerit kesakitan dan buru-buru melihat ke bawah, yang benar saja kakinya benar-benar terhempit oleh puing bangunan yang berat. Dengan tenaga yang lemah Yudha mencoba mengangkat puing tersebut namun gagal.

Yudha terus menerus mencoba hingga ia berhasil mengangkat puing tersebut dan dengan cepat menarik kakinya. Dengan nafas memburu akhirnya Yudha berhasil melepaskan dirinya dari puing tersebut.

Ia yang awalnya niat membasuh keringatnya malah mendapati tangannya yang terbaluti oleh banyak darah. Mata Yudha terbelalak karena mendapati tangannya yang terbaluti darah.

Ternyata setengah wajah dari Yudha memang terbaluti oleh darah, ia mengalami pendarahan di bagian kepala. "Y-yang benar saja."

Bibir Yudha mulai bergetar saat ia melihat gedung yang awalnya berdiri kokoh kini hancur dan terbakar.

Yudha pun menengok ke arah sekitar mencari keberadaan seseorang. "A..Aluna?"

"Aluna!" panggil Yudha dan ia mulai bangkit dari duduknya lalu mulai berjalan bertatih-tatih.

"Aluna! Aluna!" panggil Yudha terus menerus dan ia menggertakan giginya. "Aluna!!"

Yudha begitu putus asa saat ini, ia berharap menemukan seseorang siapa pun itu. "Aluna..!"

"Aluna! Lo bisa denger gue?!" tak ada jawaban yang membuat Yudha semakin putus asa.

"Sial! ALUNA!" pekik Yudha hingga suara menjadi serak. "...ugh..sialan..." perlahan Yudha berlutut di atas rumput yang kering. "...ini sakit banget...tolong...siapa pun..."

Dengan penglihatan yang semakin buram Yudha menengok ke arah hutan di sebelahnya dan matanya terbelalak mendapati seseorang yang ada di sana, orang itu seperti tergelantung di atas pohon.

Tanpa memikirkan apa pun lagi, Yudha melangkah ke arah seseorang yang sedang tergelantung di atas pohon itu. 

Dan betapa terkejutnya ia mendapati Aluna yang ternyata tergelantung di atas sana tak sadarkan diri.

"Aluna.." mata ia berkaca-kaca lalu ia menarik kaki Aluna perlahan yang membuat Aluna terjatuh ke bawah namun sempat di tangkap oleh Yudha. "Hey, Aluna! Lo bisa denger gue?"

Wajah Aluna kini sudah babak belur, darah yang mengalir dari hidung serta kepalanya dan lembab yang berada di pipinya. Yudha pun mengecek nadi yang berada di leher Aluna, nadinya berdenyut lemah.

"Lun, gue mohon.. lo jangan pergi dulu... gue mohon jangan tinggalin gue.." dengan lembut Yudha memeluk tubuh Aluna yang melemah.

Yudha benar-benar tak bisa berbuat apa-apa sekarang, dia ingin mencari bantuan namun tubuhnya tak mengizinkan, ia ingin menyelamatkan gadis yang kini berada di pelukannya.

Lagi lagi... ini terjadi...? gue... kehilangan lagi? Gue nggak mau Aluna bernasib sama kayak Reva... Gue mau Aluna terus sama gue... batin Yudha hingga penglihatannya memburam.

"...lun..maaf.." ucap Yudha dengan suara yang melemah sebelum ia menutup matanya dan ikut tak sadarkan diri.

Waktu terasa berhenti begitu lama sebelum Yudha samar-samar mendengar suara helikopter dan suara langkah kaki yang menghampiri mereka.

"Kami berhasil menemukan korban lainnya!" seru seorang pria yang memakai pakaian setelan jas hitam, lalu muncul seorang wanita yang berada di belakang pria itu.

"...ah dia anak saya, bawa dia segera," ucap Sooha sambil menatap Aluna dan Yudha.

Anak ini lagi. Batin Sooha sambil tersenyum kecil.

"Bawa juga pria yang sedang memeluk anak saya itu, dia sangat membutuhkan perawatan." ucap Sooha lalu melangkah pergi.

"Baik, nyonya." sang pria memanggil rekan-rekannya yang lain lalu memisahkan tubuh Yudha dan Aluna, tubuh mereka di taruh di atas tandu berwarna oren dan dengan cepat membawa tubuh mereka pergi dari tempat itu.


Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang