37 - Son

413 32 1
                                    

Di sebuah gedung tempat perkumpulan antara pembunuh bayaran organisasi Dead Flower, Sooha ibunda dari Aziekiel bersaudara memasuki sebuah ruangan yang dimana suaminya Theo berada.

"Theo, aku punya kabar untukmu." ucap Sooha dengan ekspresi datar.

Theo memutar kursinya menghadap ke arah Sooha, terdapat bekas luka yang besar di wajah Theo dan matanya yang buta sebelah akibat pertarungannya dengan Aluna. "Ah, istriku. Berita apa yang kau punya sayang?"

"...ada apa dengan wajah jelekmu itu?" tanya Sooha sambil mengernyitkan alisnya.

"Ohh luka ini.. hanya kesalahan kecil," Theo terkekeh lalu menyilang kakinya.

"Lalu? Apa yang terjadi dengan tanganmu? Tangan kirimu...hilang?" tanya Theo dengan senyumannya.

"Anakmu yang melakukan ini padaku," Sooha menghela nafas berat lalu duduk di hadapan Theo.

"Jadi berita yangku punya saat ini, anak kita Leona dan Reza mereka tiada di hari yang sama." ucap Sooha.

Theo terdiam sejenak dan matanya terbelalak lalu ia terkekeh pelan. "Leona... dia sudah meninggalkan kita..? sialan padahal dia akan menjadi penerus organisasi ini,"

"Dan Reza, siapa anak itu? Apa maksudmu anak yang kita..buang?" tanya Theo.

Sooha mengernyit kesal. "Anak yang kita buang? Maksudmu anak yang kau buang?!"

"Aku tak menginginkan anak itu di buang begitu saja, aku menyayanginya! Dan kau hanya memikirkan penerus organisasi ini lalu tak mempedulikan perasaan istrimu dan anakmu!"

"...jujur saja istriku, aku tak peduli dengan keluarga ini." jawab Theo.

Mata Sooha terbelalak lalu ia megertakan giginya, ia memendam emosinya dalam-dalam namun tidak untuk saat ini.

"Aku memang hanya mementingkan penerus organisasi haram ini, lalu saat aku menemukannya aku bisa pergi dengan tenang. Aku bisa mati tanpa memikirkan siapa yang akan menjadi penerus organisasi ini," Theo tersenyum semeringai.

"Dan kau Sooha, kau hanya pelampiasanku." lanjut Theo.

Dengan sigap Sooha mengeluarkan sebuah pisau kecil yang sangat tajam di kantungnya lalu mengarahkannya di leher Theo.

"Kau benar-benar..." Sooha menatap Theo dengan matanya yang tajam dan kemarahannya yang tak terkendalikan.

Theo hanya menatap Sooha dengan ekspresi santainya lalu ia menurunkan pisau itu dari lehernya. "Baiklah waktu sudah habis, kau boleh pergi sekarang."

Sooha mendecak kesal lalu berbalik menghadap pintu dan berjalan pergi, tapi sebelum ia pergi ia mengatakan sesuatu. "Lebih baik aku tak menikah denganmu dan melahirkan keturunanmu yang busuk ini."

Ia keluar dari ruangan Theo, mengatur nafas dan emosinya. Ia mengingat masa lalunya yang suram dan sulit di lupakan di pikirannya itu.

Flashback on

Suara tangis bayi terdengar dari ruangan rumah sakit, seorang anak laki-laki yang tampan baru saja lahir di dunia. Sooha tersenyum bahagia karena anak lelakinya itu tumbuh dengan sehat.

Namun kebahagian itu harus hilang ketika Theo mengambil anaknya dengan paksa dan berniat untuk membuang anak itu.

"Theo!! jangan buang anakku! Dia.. dia pantas untuk hidup! Aku tak mau dia pergi.. aku menyayanginya Theo! Kumohon!" ucap Sooha yang sedang berlutut di depan Theo dengan air matanya yang mengalir deras.

Theo tersenyum semeringai dan menendang kepala Sooha untuk menjauh dari dirinya. "Jujur saja, aku tak mau dia menjadi penerus organisasi. Aku ingin anak perempuan, bukan laki laki!"

"Diamlah atau aku akan berubah pikiran, bisa saja anakmu ini akan mati di tanganku."

Mata Sooha bergelinang air mata dan ia hanya melihat iblis yang mengambil anaknya itu berjalan pergi.

"Anakku...anakku!" teriak Sooha lalu ia menangis terisak-isak sebelum di tenangi oleh para pelayan di sekitarnya.

Flashback off

Sooha menutup matanya sejenak lalu menghela nafas panjang, ia membuka matanya kembali dan keluar dari gedung itu. Ia berniat untuk pergi ke makam Reza dan Leona, anak pertama dan keduanya yang ia sangat sayang.

-

-

-

-

Di tempat pemakaman Reza, Sooha membawa buket bunga mawar putih dan berjalan menuju makam Reza. Ia memberhentikan langkahnya seusai melihat seorang pemuda menggunakan seragam sedang berdoa di hadapan makam Reza.

Sooha terdiam sejenak sebelum ia mendekat menghampiri pemuda itu. "Siapa kamu nak? Apakah kamu kenalannya anak saya?"

Yudha tersentak dan ia menoleh ke arah Sooha. "Ah, m-maaf tante. Iya saya kenalannya Reza."

"Begitu ya," Sooha melihat ke arah makam Reza.

"Kamu teman baiknya?" tanya Sooha.

"Hmm ya bisa di bilang gitu, maaf ya tante saya ganggu waktu tante. Saya cuman kangen sama anak tante hehe." ucap Yudha lalu mengambil tasnya.

Sooha menggeleng kepalanya. "Gapapa, saya senang karena Reza punya teman yang seperti kamu."

"Makasih ya tan, kalo gitu saya pergi. Tante yang semangat ya!" ucap Yudha menyemangati lalu pergi meninggalkan Sooha.

Suasana menjadi hening dan Sooha melihat punggung itu menjauh dari dirinya. Ia tersenyum kecil lalu melihat ke arah makam Reza.

"Mama harap, mama bisa lihat kamu tumbuh nak tapi... mama terlambat ya..?" ucap Sooha lalu berlutut di hadapan makam Reza.

"Maafin mama ya..."


Yudha ketemu mamih mertua, wakakakka


Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang