34 - Some Stuff

566 46 3
                                        

Kini Yudha berada di kamarnya dan ia sedang membuka koper besar itu untuk mengecek barangnya. Saat ia membuka koper tersebut, bajunya sudah tertata rapi dengan beberapa barang tambahan seperti... lingerie?!

Seketika wajah Yudha memerah dan ia mengambil lingerie itu dengan hati-hati.

"Kok ada pakaian cewek di koper gue??! apaan ini??!!" heran Yudha dan langsung melempar jauh pakaian itu.

"Itu punya si Aluna? T-tapi masa sih??!" dengan nafas memburu ia mengambil pakaian itu lagi.

"Harus gue apain ini anjeng??" Yudha pun berpikir sejenak dan ia mendengar seseorang memanggil namanya. Dengan cepat pakaian itu iya sembunyikan di bawah tempat tidur.

Aluna membuka pintu kamar. "Yudha? Gimana? Ada yang kurang nggak? Kalau kamu cari tas sekolah kamu dan peralatan sekolah kamu ada kok ini, baru aja mau ku kasih."

"A-ah.. i-iya.." ucap Yudha dengan gugup.

Aluna memiringkan kepalanya bingung. "Kenapa?"

"Gapapa kok! um.. g-gue mau ganti baju." jawab Yudha.

"Oh?? boleh aku iku-" Dengan sigap Yudha melempar bantal ke wajah Aluna.

"NGGAK! PERGI LO SANA, TANTE-TANTE CABUL!" teriak Yudha dengan nada marah.

Aluna mundur beberapa langkah usai bantal itu mengenai wajahnya. "I-iya.. iyaa aku pergi, canda doang aelah."

Aluna terkekeh kecil lalu menutup pintu kamar.

"Sialan...!" ucap Yudha kesal.

-

-

-

-

Aluna berada di ruangan lain di apartemen Delicia, ia sedang memeriksa rekaman CCTV di flashdisk yang Afrin beri kemarin menggunakan laptopnya.

Ia mulai memeriksa kamera CCTV di depan kamarnya dan ia dapat melihat kacung Leona dan Leona masuk ke kamarnya. Dan saat melihat itu Aluna beralih ke arah basement, Aluna dapat melihat Yudha yang sedang memasuki basement dengan melewati pintu rahasia yaitu rak buku.

Aluna melihat itu dengan penuh tanya dan ia menghela nafas panjang, ia pun melanjutkan melihat rekaman itu. Aluna melihat pertarungan antara Leona dan Delicia dan pertarungan antara Yudha dan Leona.

Ia dapat melihat bagaimana Yudha menembak Leona dan membuatnya tersenyum puas lalu ia mematikan laptopnya.

"Hmm.. nggak mungkin Yudha bunuh Reza kan? Kalau Yudha bunuh Reza untuk apa? Gue yakin kak Leona yang lakuin itu." gumam Aluna.

Beberapa saat kemudian ia mengambil sebuah amplop coklat di dalam laci dan ia membuka amplop tersebut. Di dalam amplop tersebut terdapat informasi tentang Reza.

Aluna berpikir sejenak dan memutuskan untuk pergi ke tempat orang tua Reza berada. Aluna bangkit dari duduknya lalu ia memakai jas hitamnya dan mantel putihnya.

Ia melangkah keluar dari ruangan tersebut dan tanpa sengaja ia melihat Delicia dan Zayan tertidur pulas di atas sofa. Aluna tersenyum dan ia pun melangkah keluar dari apartemen Delicia.

Singkatnya, Aluna sudah berada di daerah desa dimana orang tua Reza berada. Desa itu sangat asri dan jalannya yang mulus, membuat Aluna betah selama perjalanan. Ia pun sampai di rumah gubuk tua yang terlihat bersih dan tenang itu.

Aluna turun dari mobilnya dan menengok ke arah sekitar, Aluna melihat ke arah gubuk tua itu sesaat lalu pergi ke depan pintu gubuk tersebut dan mengetuknya.

"Permisi!" ucapnya.

Belum ada jawaban dari seseorang hingga terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Seseorang wanita tua membuka pintu dan ia tersenyum ramah ke arah Aluna.

"Oh? Sampean non Aluna ya? Wah iya iya non silahkan masuk maaf yo rumah mbah berantakan." ucap nenek yang merupakan ibu dari Reza bernama Siti.

"Gapapa mbah, makasih." Aluna tersenyum lalu memasuki rumah Mbah Siti.

Aluna pun duduk di kursi di ruang tamu lalu Mbah Siti menyiapkan minuman untuknya. "Jadi non, sampean ada perlu apa kesini?" tanya mbah Siti.

"Hm saya mau tau soal Reza mbah," jawab Aluna.

"Selama Reza bekerja sama saya, di jarang banget terbuka sama saya. Dia selalu pendem apa pun sendiri bahkan saya pernah nanya tentang dia, dia malah ngelak. Mbah nggak keberatan buat cerita tentang Reza kan?"

Mbah Siti terkekeh kecil lalu tersenyum. "Ndak ndok mbah dengan senang hati kok ceritain Reza ke kamu,"

Senyuman Mbah Siti seketika berubah menjadi senyuman yang terlihat menyakitkan. "Apa non Aluna mau tau masa lalunya si Reza?"

Mata Aluna terbelalak lalu ia mengangguk. "Iya mbah boleh."

"Kalau gitu tunggu bentar ya." Mbah Siti bangkit dari duduknya lalu pergi ke sebuah kamar. Aluna menunggu dengan penuh kesabaran hingga Mbah Siti kembali dengan beberapa dokumen di tangannya.

Mbah Siti menghela nafas berat lalu ia tersenyum ke arah Aluna, ia menaruh dokumen itu di meja.

"Mbah bakal jelasin semuanya, sebenarnya... Reza bukan anak kandung Mbah." ucap Mbah Siti.

Mata Aluna terbelalak. "Hah?! B-bukan anak mbah...?"

"Iya, Reza dia anak dari panti asuhan yang mbah adopsi. Dulu orang tua dia membuang Reza dan sampailah dia di panti asuhan itu, dan juga non," mbah Siti menggengam tangan Aluna.

"Reza berasal dari keluarga kamu, keluarga Aziekiel." lanjut mbah Siti.

Aluna terdiam dan tak percaya akan semua ini. Bagaimana Reza bisa menyembunyikan rahasia terbesar ini?!

"R-reza..? bagian keluarga Aziekiel...?! t-tapi di stuktur keluarga..." Aluna mempalingkan wajahnya sejenak.

"Iya non, dia kakak kamu. Sebenarnya Reza lah anak pertama dari keluarga Aziekiel, mbah dengar saat Reza masih bayi.. kepala keluarga Aziekiel tak menginginkan anak laki-laki sebagai anak pertama, istri beliau tak menginginkan anaknya di buang begitu saja,"

"Walau pun pada akhirnya, Reza tetap di buang ke panti asuhan hingga mbah mengadopsi Reza. Saat Reza umur 13 tahun, mbah memberitahu semuanya dan mbah berpesan kepadanya untuk tidak mencari ayah dan ibunya,"

"Dan saat umurnya sudah mencukupi, Reza pergi ke kota mencari pekerjaan, si Reza juga cerita ke mbah kalau dia jadi asisten non Aluna yang merupakan anggota keluarga Aziekiel. Dan mbah juga kasih tau ke dia kalau non Aluna itu adiknya." lanjut mbah Siti.

Aluna mendengar cerita itu dengan seksama hingga Aluna dapat melihat air mata yang mengalir di pipi mbah Siti.

"Mbah nggak nyangka.. dia pergi secepat ini non..." ucap mbah Reza dengan suara lirihnya. Aluna duduk di samping mbah Siti dan memeluknya erat.

"Maaf ya mbah, gara-gara saya.. Reza jadi kehilangan nyawanya, maafin Aluna ya mbah."

"Ndak non, non jangan minta maaf..." Mbah Siti menyeka air matanya lalu memeluk Aluna balik.

"Ini sudah takdirnya, mbah nggak menyalahkan siapa pun kok.. makasih non sudah menjaga dan menerima Reza sebagai asisten non selama ini."

Aluna mengangguk dan menepuk punggung mbah Siti dengan lembut.



Give | GxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang